Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
"Wah, ada rumah loh, dan halaman belakangnya luas banget!" ucapnya sambil ngangguk-ngangguk, mata bercahaya lihat taman yang masih kosong tapi punya potensi.
Dia balik ke hp yang Ia pegang, melihat harga yang tertera. Bibirnya langsung menyipit. "Tapi harganya..." Dia ngulang baca angka itu: sekitar 150 juta. Iya, lumayan mahal buat kantongnya saat ini.
Tapi dia lihat lagi: rumahnya bagus dan besar, lantai 2 dengan 3 kamar tidur, tidak jauh dari pusat kota (cuma 15 menit naik motor), letaknya di tepi jalan jadi gampang akses, dan jarak ke tetangga juga cukup jauh, tidak akan ada orang yang ganggu.
Amirul menggaruk kepala, pikirannya bingung. Pilih rumah ini atau nunggu cari yang lain? Yang bikin dia penasaran banget itu halaman belakangnya, karena dia punya rencana khusus: buat bangunan khusus untuk pohon uangnya.
Pohon itu udah cukup besar, dan mau bawa ke rumah baru. "Aku pilih ini deh," katanya akhirnya, dengan nada yakin tapi juga ragu. "Kira-kira bisa di panjer dulu nggak ya? Boleh ngga bayar cicilan bulanan, gak terlalu besar?"
Amirul pun tersenyum dengan penuh keyakinan. "Aku coba tanya pemiliknya dulu." Dia langsung hubungi nomor yang tercatat.
Tuuut... Tuuut...
Tuuut... Tuuut...
Bunyi dering hp terdengar di telepon. Beberapa detik kemudian, suara seorang pria tua terdengar: "Halo?"
"Halo, saya Amirul, saya ingin membeli rumah yang Anda jual di jalan...," kata Amirul memberikan alamat rumah yang ingin dibeli.
"Oh, ya! Rumah itu masih tersedia, Anda ingin membelinya?" tanya pemilik rumah dengan nada yang ramah.
"Iya, saya ingin membelinya, tapi saya ingin tahu apakah bisa di panjer dulu?" tanya Amirul.
"Hmm, bisa saja, tapi kita harus membuat perjanjian dulu. Anda bisa datang ke rumah saya untuk membahasnya?" tanya pemilik rumah.
"Baik, saya akan datang sekarang juga," kata Amirul dengan senyum.
Amirul tersenyum dan mengangguk, merasa lebih percaya diri. Ia siap untuk membeli rumah impiannya dan membuat bangunan khusus untuk pohon uangnya.
Tanpa ragu, Amirul ambil hpnya dan telpon Bang Joko.
"Bang, mau nanya dong. Sementara aku belum punya uang beli motor, biarlah Bang jadi tukang ojek aku ya? Setiap kali aku mau keluar, aku telpon Abang. Lumayan juga buat nambah rezki Abang, kan?" ucapnya dengan suara ramah.
Di sisi lain telepon, Bang Joko langsung tertawa. "Boleh deh, Mas Amirul! Senang banget bisa bantu. Kapan mau keluar, cuma telpon aja!"
Setelah beberapa menit pasang telepon, suara kencang motor yang khas terdengar dari kejauhan, bunyi knalpot yang agak keras tapi akurat. Amirul tersenyum, langsung tebak: "Pasti Bang Joko itu."
Beberapa menit kemudian, motor Bang Joko berhenti tepat di depan dia. Pintu helm Bang Joko dibuka, dan dia tersenyum lebar: "He he he, bagaimana? Abang cepat sampaikan kan?"
Amirul langsung naik ke atas motor, nempel di belakang Bang Joko. "Iya, cepet banget. Ayo antar aku ke suatu tempat."
Bang Joko langsung nyalakan mesin motornya lagi, siap melaju. "Kemana ya, Mas? Siap siaga nih!"
"Kita ke rumah yang aku lihat tadi, yang harganya 150 juta itu," kata Amirul sambil memegang bahu Bang Joko. "Alamatnya jalan indah kasih."
Bang Joko mengangguk dan memacu motornya. "Oke, Abang tahu! Kita ke sana sekarang!"
Motor Bang Joko melaju kencang, membawa Amirul ke rumah impianya. Amirul merasa sangat gembira, ia tidak sabar untuk melihat rumah itu lagi dan membelinya.
Setelah beberapa menit, mereka tiba di depan rumah itu. Amirul turun dari motor dan melihat rumah itu dengan mata yang berkilau.
"Wow, rumahnya bagus banget!" kata Bang Joko sambil melihat rumah itu.
"Iya, aku juga suka," kata Amirul sambil tersenyum. "Aku akan membelinya, Bang!"
Bang Joko mengangguk dan tersenyum. "Wah, keren banget kamu, udah bisa punya rumah sendiri di umur muda," puji Bang Joko.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪