Ujian rumah tangga yang tidak pernah usai. Kekecewaan seorang istri yang sedang mengandung harus menyaksikan suaminya menikah lagi.
Rasyid tidak punya pilihan lain harus mengetahui wanita yang mengaku telah menghamilinya. Rasyidi berbohong kepada istrinya dan melangsungkan akad pernikahan tanpa sepengetahuan sang istri.
Tetapi jalan Tuhan jauh lebih indah yang membuat Cilla sang istri tahu. Cilla berpikir suaminya akan menghentikan semuanya dan nyatanya tetap melanjutkan pernikahan itu.
Cilla memilih untuk mengalah dengan semua rasa sakit hati yang tidak akan pernah sembuh, memilih untuk pergi dan hanya meminta kepada sang pencipta untuk menghilangkan seluruh perasaan cinta yang begitu besar kepada suaminya tanpa tersisa apa-apa.
Sampai 8 tahun kemudian Cilla kembali dengan kehidupan yang baru dan ingatan yang baru tanpa tersisa orang yang pernah dia cintai.
Bagaimana pertemuan suami istri itu kembali setelah bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Deep talk
Mikayla heran melihat kedatangan Robby bersama dengan Gama dengan Mikayla mengerutkan dahi.
"Ada apa Om?" tanyanya kebingungan.
"Kamu masih menunggu jemputan?" tanya Robby.
"Benar Om," jawab Mikayla.
"Mikayla, Om dan Gama ingin makan di depan. Kamu mau tidak ikut bersama kita?" tanya Robby.
"Mikayla menunggu jemputan di sini saja," jawabnya.
"Kamu pasti takut di marahi Mama kamu ya?" tebak Gama.
Mikayla tidak menjawab dan hanya menunduk.
"Gama tidak boleh berbicara seperti itu!" tegur Robby.
"Mikayla, hanya sebentar saja. Jika nanti Mama kamu marah. Om akan bertanggung jawab dengan berbicara baik-baik. Kamu tidak perlu khawatir," ucap Robby.
"Kamu mau ya," Robby mungkin sedikit memaksa dan akhirnya membuat Mikayla mau juga dengan menganggukkan kepala.
"Ayo Gama!" ajak Robby.
"Baik Om!" jawab Gama.
Robby sama-sama menggenggam tangan keponakannya dan juga Mikayla dengan mereka berjalan keluar sekolah. Tetapi mereka belum sempat ingin pergi ke tempat makan yang dikatakan Robby dan tiba-tiba saja Rasyid muncul di hadapan keduanya.
"Papa!" Mikayla dengan cepat melepaskan tangannya dari Robby dengan menghampiri Rasyid yang menggenggam tangan Rasyid.
"Papa tidak mengatakan akan menjemput Mikayla. Mikayla pikir sopir yang akan menjemput seperti biasa," ucap Mikayla.
"Papa tadi kebetulan ada meeting di dekat sini. Jadi sudah waktunya kamu pulang sekolah dan tidak ada salahnya Papa jemput," jawab Rasyid.
"Hmmm, kamu mau kemana?" tanya Rasyid melihat Mikayla bersama temannya sepertinya ingin pergi.
"Om Rasyid, tadi kita hanya ingin mengajak Mikayla untuk makan, tetapi tidak jadi ketika Om Rasyid sudah menjemput Mikayla," jawab Gama.
Mata Rasyid melihat ke arah Robby.
"Aku melihatnya sendirian menunggu dan aku pikir tidak ada salahnya untuk mengajaknya. Gama mengatakan bahwa Mikayla adalah teman pertamanya," ucap Robby sebelum diberi pertanyaan oleh Rasyid.
"Om Robby, terima kasih sudah menawarkan Mikayla. Tetapi maaf Mikayla harus pulang bersama Papa," ucap Mikayla.
"Tidak apa-apa Mikayla. Kamu santai saja. Om tidak masalah sama sekali," jawab Robby memberi senyuman.
"Ya sudah kalau begitu sekarang sebaiknya kita pulang saja," ajak Rasyid.
"Baik, Pa. Gama aku pulang terlebih dahulu," ucap Mikayla.
"Hati-hati Mikayla," jawab Gama dengan melambaikan tangannya.
Akhirnya Rasyid membawa putrinya pergi dengan mereka bergenggaman tangan. Robby masih berdiam diri di tempatnya dengan sorot matanya melihat genggaman tangan itu.
"Om! Apa kita jadi makan?" tanya Gama dan tidak disahut oleh Robby karena sibuk dengan lamunannya.
"Om!" tegur Gama sedikit keras dan mampu membuat Robby tersentak kaget dengan melihat cepat ke arah Gama.
"Iya-iya, kita jadi makan," sahut Robby terlihat begitu gelisah.
"Ayo!" ajak Robby.
Gama menganggukkan kepala dengan mereka berdua akhirnya sama-sama Pergi. Robby terlihat beberapa kali membuang nafas perlahan ke depan, entah apa yang dia pikirkan saat ini.
*******
Cilla baru saja selesai melaksanakan sholat isya dengan Cilla tidak lupa berdoa kepada sang pencipta.
"Ya Allah, sebentar lagi hamba akan melepas masa sendiri hamba. Hamba mengambil keputusan ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi. Tetapi tidak lepas dari putra hamba,"
"Hamba baru mengenal pria yang sudah menyatakan perasaannya dan keseriusannya kepada hamba ingin membangun rumah tangga,"
"Pertemuan ini mungkin bisa dikatakan masih terlalu singkat, kami berdua baru saja saling mengenal satu sama lain. Tetapi hamba bisa melihat bagaimana caranya berbicara memperlakukan putra hamba. Bahwa dia adalah orang yang sangat baik,"
"Ya Allah, kembali lagi, hamba serahkan kepada engkau atas segalanya. Jika memang beliau adalah takdir hamba, jodoh hamba, maka berikan kelancaran dalam semua rencana dan keinginan kami berdua untuk membangun rumah tangga dan jika tidak, hamba kembalikan kepada engkau yang maha mengetahui apa yang terbaik untuk hamba,"
"Hamba adalah manusia yang tidak luput dari dosa, hamba meminta dan berserah diri kepada engkau,"
Cilla menyampaikan semua permintaannya kepada sang pencipta. Cilla mengucapkan Amin dengan mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya.
Cilla tiba-tiba saja memegang kepalanya, terasa begitu sangat sakit kembali dan lagi-lagi ada bayangan wanita di dalam pikirannya dan juga bersama seorang pria, tetapi wajah itu tidak dapat dilihat, sabar-sambar membuat Cilla tidak mengerti.
"Sakit sekali!"
Cilla seperti biasa bahkan sampai keringat dingin, semakin dia mencoba untuk mengetahui wanita dan pria di dalam bayangan itu dan kepalanya semakin sakit.
"Bunda!" Cilla kaget mendengar suara itu ada yang seketika bayangan itu menghilang dengan rasa sakit kepala yang sudah mulai reda.
Gama memasuki kamar dan bermanja pada Bundanya dengan meletakkan kepalanya di paha Cilla.
"Bunda sudah selesai sholat?" tanya Gama.
"Sudah sayang. Bagaimana dengan Gama? Apa sudah selesai sholat?" tanya Cilla
"Baru saja selesai," jawab Gama.
"Hmmmm, Gama Bunda ingin mengatakan sesuatu kepada kamu," ucap Cilla.
"Mengatakan apa Bunda?" tanya Gama.
"Gama, kita jarang sekali berbicara intens seperti ini. Bunda ingin mengetahui bagaimana sebenarnya perasaan kamu saat melihat teman-teman kamu bersama dengan kedua orang tuanya?" tanya Cilla.
"Maksud Bunda. Tema-tema Gama saat bersama ayah dan Bundanya?" tanya Gama membuat Cilla menganggukkan kepala.
"Gama biasa saja. Meski mereka memiliki orang tua, tetapi mereka tidak sepenuhnya bisa bersama contohnya saja Mikayla. Gama sebelumnya sudah pernah mengatakan kepada Bunda, bagaimana kedua orang tua Mikayla," jawab Gama.
"Lalu apa tidak ada sedikit terbenak di dalam pikiran kamu, ingin bersama dengan seorang ayah?" tanya Cilla.
"Pasti ada. Tetapi ayah Gama sekarang sudah bahagia di surga bersama dengan nenek dan kakek," jawab Gama.
"Lalu bagaimana jika Gama kembali memiliki ayah?" tanya Cilla.
Gama penuh kebingungan dengan melihat serius ke arah bundanya.
"Gama tidak paham," ucap Gama.
"Maksud Bunda, bagaimana jika Bunda menikah lagi dan Gama memiliki seorang ayah?" tanya Cilla.
"Bunda mau menikah lagi dan memiliki suami?" tanya Gama membuat Cilla menganggukan kepala.
"Bunda ingin kamu tumbuh dewasa didampingi sosok seorang ayah. Agar Gama tidak kesepian," jawab Cilla.
"Gama merasa bahagia memiliki Bunda. Tetapi jika Bunda ingin menikah kembali. Maka Gama sudah pasti akan bahagia. Gama akan bahagia jika Bunda bahagia," jawab Gama tersenyum.
"Jadi kamu tidak keberatan jika Bunda menikah lagi?" tanya Cilla benar-benar harus meminta izin kepada putrinya.
"Tidak keberatan," jawabnya dengan sangat bijak.
Usianya memang baru 8 tahun, tetapi Gama merupakan pria yang sangat dewasa, wajahnya tampan, dengan pembawaannya yang benar-benar bisa mengimbangi curahan hati Cilla.
"Lalu siapa calon Ayah Gama?" tanya Gama dengan penasaran.
"Kamu sudah mengenalnya dan pasti Gama akan sangat menyukainya," jawab Cilla dengan yakin.
"Kenapa tidak mengatakan secara langsung saja. Kenapa juga harus main rahasia-rahasia seperti ini?" tanya Gama.
Cilla tidak mengatakan apapun dan kemudian memeluk putranya itu.
"Bunda hanya ingin kamu sama seperti anak-anak normal pada lainnya, didampingi sosok seorang ayah dengan tumbuh kembang kamu. Walau Bunda merasa bisa dan mampu mendidik kamu sampai kamu dewasa, tetapi Bunda juga tidak ingin egois. Bunda ingin kamu juga menjadi anak normal yang merasakan apa yang dirasakan teman-teman kamu," batin Cilla.
Pernikahan yang dia inginkan dengan calon suaminya tidak lebih dari kepentingan dari putranya. Cilla memutuskan semua itu setelah berpikir panjang, tidak ada hal yang harus di khawatir Cilla lagi.
Bersambung.....