Sang Pemilik Cinta

"Kamu juga mencintaiku, Cinta." Ucap Rey sambil memegang kedua bahu Cinta.

"Aku ga tau kak, yang aku tau dari dulu aku sudah mengagumi Alif dan kita sudah lama berteman, dan sekarang aku memilihnya," jawab Cinta.

"Aku tau kamu mencintaiku Cinta, aku bisa merasakannya lewat bibirmu kemarin dan bisa aku perjelas lagi sekarang." Suara lirih Rey terdengar jelas ditelinga Cinta, seketika itu Rey langsung mencium lagi bibir Cinta.

Cup..

Bibir Rey mel*mat habis bibir ranum Cinta, lagi lagi Cinta memberontak memukul dada Rey, namun entah kenapa Cinta selalu tidak bisa menolak keinginan Rey.

Setelah terasa Cinta kehabisan oksigen, Rey melepaskan pangutan itu.

"Baru tadi kakak minta maaf, kenapa diulangi lagi!" Marah Cinta.

"Maaf," lirih Rey.

"Aku benci kamu, kamu tau kamu sangat menjijikkan." Cinta langsung mendorong tubuh Rey dan segera keluar dari ruangan pengap itu.

Reypun langsung pergi dari pintu belakang. Tanpa pamit kepada Ferdi, Rey langsung menuju ke mobilnya dan bergegas meninggalkan rumah Cinta. Sedari tadi Cinta diseret Rey pergi dan dibawa ke gudang, Inka mengikutinya dan mendengarkan percakapan mereka.

Di luarpun, ketika Rey keluar dari pintu belakang, Mely dan Jessy yang memang sedang berada diluar melihat kemarahan Rey menuju mobilnya dan bergegas pergi.

Inka berlari keluar dari pintu belakang dan bertemu Mely dan Jessy.

"Kalian lihat?" tanya Inka dan berkata lagi, "ada yang ga beres dengan mereka."

"Gue tau," sahut Mely.

"Kalau memang Cinta suka kak Rey, kenapa dia milih Alif," ucap Jessy.

"Hanya Cinta dan Allah yang tau alasannya Jes," jawab Mely.

Merekapun bertiga kembali kedalam rumah Cinta.

Keluarga Alif datang, mereka saling memperkenalkan diri dan bercengkrama satu sama lain. Alif datang tidak dengan rombongan yang banyak, mengingat Alif bukanlah keluarga besar dan hanya seorang yatim piatu. Namun tidak mengurangi ke khidmatan acara tersebut.

Alif memberikan kotak yang berisikan cincin kepada Cinta dan Cinta menerimanya. Acara lamaran keduanya berjalan dengan lancar walaupun masih ada ganjalan dalam hati Cinta, entah ia mencintai Alif atau tidak tapi yang jelas Cinta memilih Alif karena agamanya. Dan itu cukup untuk meyakinkan dirinya.

Ditengah malam, Inka dan Mely menginap dikamar Cinta. Jessy tidak ikut menginap karena besok acara lamarannya sendiri.

Mereka bertiga tidur satu ranjang. Sambil menatap langit-langit kamar, Mely berkata "Ta, lo seneng?" nama yang ditanya tidak menjawab, hanya terus memandang langit-langit kamar.

"Ta, lo di tanya Mely," ucap Inka.

"Ah.. oh hehehe.. senenglah Mel, masa orang mau nikah ga seneng sih," jawab Cinta menyungging senyum.

"Kita tau apa yang terjadi antara lo dan kak Rey, Ta. kenapa sih lo harus bohongi diri lo sendiri. jangan karena lo pernah janji berdua sama Alif diwaktu kecil terus lo harus menepatinya sekarang," ucap kesal Inka.

"Jadilah diri lo sendiri Ta," sahut Mely.

"Gw ga tau In, Mel. Gue ga tau Cinta itu seperti apa. yang gw tau Alif punya agama yang baik, sifat yang baik dan insyaAllah akan menjadi imam yang baik buat gw dan anak-anak gue nanti. Soal perasaan gue ke kak Rey, gw juga ga tau gimana, yang jelas gue ga pernah bisa menolak keinginannya, sedih saat liat dia sedih tadi," jawab Cinta.

"Alif belom jadi jodoh gue Mel, In. Apapun bisa terjadi atas kehendakNya. Dan gue hanya bisa berdoa memohon yang terbaik pada-Nya," jawab Cinta lagi.

"Lo lebih tau apa yang lo mau Ta. kita juga selalu berdoa yang terbaik buat lo, buat kita semua." Ucap Mely dan merekapun berpelukan bersama.

Di apartemen Rey, Rey melempar semua barang-barang miliknya, semua hancur seperti perasaan Rey yang hancur. Rey sangat berharap Cinta berada disisnya dan menemaninya berubah untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun sekarang itu tidak mungkin karena sebentar lagi Cinta akan menjadi milik orang lain. Mungkin takdir memang menginginkan Rey menjadi seperti sebelumnya. Rey yang dingin, cuek, mabuk di club dan sesekali bermain wanita untuk menyalurkan hasratnya.

Rey mengeluarkan koleksi anggur di lemarinya yang sudah tiga bulan lebih tidak ia sentuh, persis setelah dia mengenal Cinta.