NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:389
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Mata Velove melirik ke arah icon jam yang ada pada layar laptopnya yang ternyata sudah menunjukan pukul sembilan lewat, perempuan itu lantas menyimpan dulu file yang sudah dia kerjakan lalu kembali ke beranda.

Jam sepuluh ini dia, Dimas dan juga dewa sudah memiliki janji untuk mengunjungi perusahaan partner, maka dari itu Velove segera menyalakan layar ponselnya untuk melihat balasan dari Pak Tono, sebelumnya dia sudah meminta tolong pada supir kantor itu untuk menyiapkan mobil yang akan mereka gunakan untuk ke perusahaan partner.

Pak Tono sudah membalas pesannya dan mengatakan jika mobil kantor sudah selesai dia siapkan, maka dari itu Velove beralih untuk mencari nomor Dewa untuk menghubungi lelaki itu.

“Halo, Mas?” Perempuan itu menyapa seraya beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke ruangan milik sang atasan.

“Ya, Vel?” Terdengar suara milik Dewa dari seberang sana.

“Mas turun ke lobby duluan aja ya, aku mau nyusulin Pak Dimas dulu ke ruangannya.” Ucap Velove yang masih berjalan ke ruangan Dimas.

“Oh oke, nanti saya langsung turun.”

“Sipp Mas, aku tutup ya teleponnya.”

“Iya.”

Setelah itu panggilan mereka berdua berakhir dan Velove juga sudah sampai di pintu tinggi yang menjadi pembatasa ruangan sang atasan, sesampainya di depan pintu tinggi menjulang yang ada di depannya, Velove segera mengetuk pintu itu.

“Masuk.”

Mendengar suara sahutan dari dalam ruangan, Velove langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam, dia bisa melihat sang atasan yang masih berkutat dengan laptop yang ada di depannya.

“Maaf mengganggu Pak, kita harus berangkat sekarang karena pertemuannya jam 10.” Perempuan itu berucap dengan hati-hati karena takut jika suasana hati lelaki yang ada di depannya itu masih butuk seperti saat tadi pagi.

Tanpa membalas ucapan sang sekretaris dengan sepatah katapun, lelaki itu langsung beranjak dari tempay duduknya lalu berjalan untuk keluar dari dalam ruangan melewati Velove yang masih berdiri di depan mejanya.

Melihat sikap Dimas yang sepertinya kembali seperti sebelum-sebelumnya, Velove hanya bisa menghela napas lalu perempuan itu langsung mengikuti langkah sang atasan yang ada di depannya.

Mereka berdua berjalan dengan dipenuhi keheningan, lelaki di depannya saat ini seperti sedang mengeluarkan aura tidak bersahabat. Sampai kemudian mereka berdua sudah sampai di lobby kantor, disana sudah ada Dewa yang memang tadi Velove suruh untuk turun terlebih dulu.

“Kamu duduk di depan.” Ucapan Dimas itu ditunjukan untuk Velove yang berdiri di sana.

Ya, saat ini mereka akan diantarkan oleh Pak Tono. Jadi, supir kantor yang mengemudi, Velove yang duduk di kursi penumpang yang ada di sebelah kursi pengemudi, lalu Dimas dan Dewa mereka berdua duduk di kursi belakang.

Saat mereka semua sudah masuk ke dalam mobil, Pak Tono langsung menjalankan kuda besi itu menuju tempat tujuan. Selama di dalam perjalanan suasana di dalam mobil itu benar-benar hening, sesekali Velove melirik ke arah Dimas yang ada di belakang melalui kaca yang ada di depan.

“Kenapa?” Suara itu berasal dari Dimas saat lelaki itu menyadari Velove yang ada di kursi dengan sedang memandanginya lewat kaca.

“O—oh, nggak Pak.” Velove yang dilempari pertanyaan mendadak seperti itu tergagap, dia kira sang atasan tidak menyadari apa yang sedang dia lakukan.

Sedangkan Dewa di tempatnya hanya terdiam seraya diam-diam memperhatikan interaksi antara atasannya itu dengan teman kerjanya, Dewa merasa jika ada sesuatu di antara Velove dan juga Dimas, tapi dia masih belum yakin soal hal itu.

Tidak lama dari itu, mobil yang Pak Tono kendari sudah masuk ke lobby kantor perusahaan yang mereka kunjungi. Dimas, Dewa dan juga Velove keluar dari dalam sana, mereka bertiga berjalan ke meja resepsionis dan mengatakan jika mereka sudah memiliki janji temu dengan direktur persahaan ini.

***

Setelah pertemuan yang menghabiskan waktu sampai jam makan siang, akhirnya mereka bertiga berjalan di lorong menuju lift yang ada di gedung itu, Dimas selaku sang atasan jalan di depan, sedangkan Velove dan juga Dewa mengikutinya dari belakang.

“Mau makan siang di mana, Vel?” Dewa yang sedang berjalan di sebelah Velove bertanya dengan suata yang tidak begitu keras, tapi masih bisa didengar oleh Dimas yang ada di depannya.

“Di Kantin kantor aja deh Mas biar hemat.” Balas perempuan itu.

“Ya udah nanti kita bareng aja, saya juga mau makan di Kantin siang ini.”

“Oke, Mas.”

Dimas yang ada di depan mereka jelas masih bisa mendengar itu semua walaupun dua orang di belakangnya itu berbicara dengan suara yang kecil. Entah kenapa Dimas semakin merasa tidak senang dan terganggu ketika sekretarisnya itu memanggil Dewa dengan sebutan ‘Mas’.

Memang itu adalah hal biasa untuk memangg lelaki yang lebih tua, hanya saja Dimas tidak senang mendengar Velove menggunakan sebutan itu untuk memanggil Dewa.

Begitu sampai di depan lift, Velove maju untuk menekan panel yang ada di depan sana karena tidak mungkin dia membiarkan Dimas yang melakukannya. Tidak lama dari itu lift sudah terbuka dan mereka bertiga langsung masuk ke dalam sana untuk turun ke lantai lobby.

Di lobby sudah ada Pak Tono yang menunggu mereka di dalam mobil kantor, baru saja Velove akan membula pintu depan tempat dia tadi duduk, tapi hal itu langsung ditahan oleh suara milik Dimas.

“Duduk di belakang.” Ucap Dimas.

“Ya?” Velove yang belum memahaminya sontak menyahut.

“Biar Dewa yang di depan.” Ulang Dimas seraya masuk ke pintu belakang yang sudah dibukakan oleh Pak Tono.

“Baik, Pak.” Balas Velove dan juga Dewa secara bersamaan dan entah kenapa hal itu lagi-lagi membuat Dimas merasa kesal.

Tapi Dimas segera menetralkan kembali ekspresinya agar tidak telihat kesal, sesuai dengan permintaan sang atasan, maka kini Velove sudah duduk di kursi belakang, lebih tepatnya di samping Dimas dan Dewa sudah duduk di kursi penumpang yang ada di depan, yang tadi ditempati oleh Velove.

Pak Tono segera menyalakan mesin mobil lalu melajukan kuda besi itu untuk meninggalkan kawasan tersebut. Suasana di dalam mobil langsung menjadi hening, tapi kemudian suara milik Dimas memecahkan keheningan yang ada di dalam sana.

“Pak Tono, tolong mampir di Restoran yang deket kantor, sekalian kita makan siang di sana.” Ucap lelaki yang memiliki kekuasaan tertinggi di sana.

“Baik, Pak.” Balas Pak Tono yang sedang menyetir.

Sedangkan Velove dan juga Dewa di tempatnya sama-sama mengernyitkan kening, sampai akhirnya Velove yang membuka suara. “Maaf Pak, kalau Pak Dimas memang mau makan siang di luar, nanti bisa turunin saya sama Mas Dewa di deket lampu merah aja.”

“Saya bilang ‘kita’, jadi kalian berdua juga ikut.” Balas Dimas.

“Ya?” Velove sedikit terkejut.

“Saya tidak suka mengulangi ucapan saya.” Ucap Dimas dengan suara yang terdengar sangat menusuk.

Mendengar balasan dari sang atasan lantas membuat perempuan itu langsung terdiam di tempatnya dan memilih untuk tidak lagi berbicara. Velove dan Dewa hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh atasannya itu agar mereka tetap aman walaupun tertekan

Dimas diam-diam mengangkat salah satu sudut bibirnya, lelaki itu menampilkan seringai di wajahnya. Dimas tidak akan membiarkan Velove dan juga Dewa memiliki waktu untuk berduaan, dia harus selalu ada di antara mereka berdua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!