NovelToon NovelToon
Ibu Susu Untuk Anak Mafia Dingin

Ibu Susu Untuk Anak Mafia Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Mafia / Ibu Pengganti / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Bayinya tak selamat, suaminya berkhianat, dan ia bahkan diusir serta dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertuanya.

Namun, takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi ibu susu untuk bayi seorang Mafia berhati dingin. Di sana, ia bertemu Zandereo, bos Mafia beristri, yang mulai tertarik kepadanya.

Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas rasa sakitnya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?

Ikuti kisahnya...
update tiap hari...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27 #Aku Duda, Kau Janda

“Sahira, apa kau di dalam?”

Deg!

Jantung Sahira serasa melompat dari tempatnya. Suara Mauren bergetar di balik pintu. Dengan panik, Sahira mengerahkan seluruh kekuatannya, mendorong dada Zander. Kemudian, tanpa pikir panjang, sebuah tendangan kecil namun tegas mendarat tepat di b0kong pria itu, membuatnya terguling ke sisi ranjang.

“Sahira... kenapa kau menendangku?” ringis Zander. Rasa sakitnya tak seberapa, tapi harga dirinya sebagai bos mafia seolah terkoyak.

“Tuan, diam saja di sini! Jangan keluar!” bisik Sahira, buru-buru meraih selimut dan menutup tubuh Zander.

Namun, Bos Mafia itu dengan cepat menyingkirkan selimut dari wajahnya. Dengan gesit, Sahira kembali membungkus seluruh tubuh Zander, mendorongnya ke bawah ranjang hingga terdengar bunyi 'jeduk' pelan saat kepala pria itu tak sengaja terbentur kayu.

“Sahira... saya masuk ya,” suara Mauren terdengar lagi, kali ini disertai nada penasaran setelah mendengar sedikit keributan dari dalam.

Cklek! Pintu terbuka. Sahira langsung berdiri tegak, memblokir jalan Mauren dengan senyum yang dipaksakan. “Ya, Nyonya? Ada apa datang kemari?” tanyanya, berusaha menyembunyikan kepanikan yang melanda.

Mauren tersenyum, melirik sekilas ke arah dua bayi yang terlelap, lalu menatap Sahira dengan lembut. Wanita tua itu datang hanya untuk memastikan kondisi Sahira setelah sakit.

“Saya sudah baik-baik saja, Nyonya. Ini berkat obat yang Nyonya berikan. Terima kasih,” jawab Sahira tulus.

Senyum lega terukir di wajah Mauren. “Oh ya, apa kau melihat Zander?” tanyanya, matanya mencari sosok putranya.

“Sa-saya tidak tahu, Nyonya. Mungkin dia ada di halaman belakang,” jawab Sahira, terpaksa berbohong.

“Kalau begitu, saya ke sana dulu,” kata Mauren, lalu melenggang pergi.

Sahira menghela napas lega, namun belum sempat ia benar-benar bernapas, sebuah tepukan di pundaknya membuatnya terlonjak.

“Kenapa kau berbohong pada Ibuku?” tanya Zander datar, ada nada kesal di sana.

“Supaya ibumu tidak salah paham,” jawab Sahira.

“Kau takut?”

Sahira menggeleng, lalu mengangguk kecil. “Aku takut ibumu berpikir aku seorang wanita penggoda suami orang,” tuturnya tegas dan serius.

“Tapi aku sudah bukan suami orang, Sahira.”

“Hah? Maksudnya?” Sahira terperangah.

“Aku sudah jadi duda,” jelas Zander, senyum lebar terukir seolah bangga dengan status barunya. “Aku duda, kau janda. Bukankah kita sangat cocok sekarang?” rayunya.

“Duda apanya? Di jarimu saja masih ada cincin... eh?” Sahira menunjuk ke jari Zander, tapi cincin pernikahan itu sudah tak ada.

“Tenang saja, Sahira. Cincinnya sudah aku buang. Sekarang aku bukan milik orang lain, aku akan jadi milikmu,” ungkap Zander, menunjuk dirinya lalu beralih menunjuk Sahira.

Sahira mendorong telunjuk pria itu. “Tuan Muda, jangan asal bicara. Jika Anda berpisah dengan Nyonya Chia, kasihan bayi kalian.”

“Justru kalau aku masih bersamanya, kasihan bayiku, Sahira,” sungut Zander.

“Tuan Muda, apa pun yang terjadi, Anda tidak boleh berpisah dengannya.”

“Bahkan setelah wanita itu berbohong? Aku harus tetap bersamanya, begitu?” tanya Zander, nada suaranya berubah serius, penuh kekecewaan.

“Berbohong? Berbohong soal apa?” tanya Sahira, bingung.

“Soal baby Zee.”

“Baby Zee? Ada apa dengan anak kalian?”

Zander memegang kedua pundak Sahira, menatap mata coklatnya lekat. “Baby Zee bukan anak Chia denganku, Sahira.”

“Bukan anak Nyonya Chia? Bagaimana mungkin kau berkata begitu, Zan? Padahal dia sudah mati-matian melahirkannya,” ucap Sahira, menepis tangan Zander perlahan.

“Aku serius, Sahira. Dia bukan ibu kandung baby Zee,” ujar Zander, menekankan setiap katanya.

“Lalu siapa ibunya?”

“Kau!”

Hening. Sahira membeku, menunduk memegang dadanya yang bergetar. Beberapa saat kemudian, ia sedikit tertawa dan Zander mengernyit heran.

“Kau tidak percaya, Sahira?” tanyanya cemas.

“Ya, aku tidak percaya!” jawab Sahira menyentak.

“Ke-kenapa?” tanya Zander, sedikit kecewa. “Jelas-jelas wajah mereka sangat mirip, kau tidak menyadarinya?”

Sahira menarik napas. “Karena bukan aku yang melahirkan baby Zee.” Jawabnya tegas.

Zander mendesis kesal. “Sahira, coba kau perhatikan wajah dua bayi itu, mereka sangat mirip. Bayi perempuanmu juga punya kemiripan denganku. Itu sudah jelas membuktikan bahwa dua bayi itu adalah anakmu denganku,” tutur Zander, berusaha tenang sambil menunjuk baby Zee dan Zaena yang mulai menggeliat.

Sahira menatap dua bayi menggemaskan itu, lalu beralih memandangi wajah Zander.

“Kami mirip, kan?” tanya Zander, tersenyum penuh harap. Namun, Sahira tetap teguh pada pendiriannya.

“Zan, mereka memang mirip, tapi belum tentu mereka punya hubungan seperti yang kau katakan. Lagipula, bayi laki-lakiku juga belum tentu mirip denganmu,” pungkas Sahira.

“Oh, kalau begitu, bagaimana wajah bayi laki-lakimu yang sebenarnya? Apa kau masih ingat wajah bayimu yang satu itu?” tanya Zander, jengkel. Ia kesal dengan kekeras-kepalaan Sahira.

“Mungkin mirip Rames.”

“Rames?” Zander langsung mengepalkan tangan.

“Kenapa kau marah?” tanya Sahira, bingung. “Aku mantan istrinya Rames, aku pernah hamil anaknya. Jadi wajar kan kalau anakku mirip dengannya? Tapi kenapa kau yang tidak terima?”

Zander mendengus. “Aku marah karena kau, Hira. Aku ayah mereka, tapi kau masih tidak percaya dan malah menganggap Rames adalah ayah anakmu. Kau telah melahirkan anakku, bukan anak Rames, Sahira! Apa kau tidak bisa melupakan pria itu?”

“Cukup, Tuan!” bentak Sahira, matanya berkaca-kaca. “Saya tidak mau kau membahas laki-laki itu lagi. Saya juga tidak mau kau membuat alasan konyol seperti ini lagi. Baby Zee bukan anak saya, tapi anakmu dengan Nyonya Chia. Tolong mengerti dan jangan mengganggu saya lagi, Tuan Muda.”

Brak!

Pintu kamar ditutup keras. Zander yang berdiri di depan pintu hanya bisa mendecakkan lidah.

“Pak Bos, ada apa?” tanya Hansel, muncul memanggilnya.

Zander mengalihkan pandangan ke Hansel sambil memegang kepalanya yang berdenyut. “Hans, percuma. Aku sudah jelaskan, tapi Sahira tidak percaya. Sepertinya ucapanku tidak mempan. Aku harus lakukan tes DNA baby Zee, baby Zaena, dan Sahira,” gumamnya, menatap sampel rambut Sahira dan dua bayinya yang sempat ia ambil sebelum wanita itu bangun.

“Saya setuju, Bos. Ini satu-satunya jalan agar Nona Sahira percaya Anda adalah ayah kandung bayinya, bukan mantan suaminya,” kata Hansel setuju. “Dengan tes DNA itu, Bos juga bisa membuktikan kebohongan Balchia pada keluarganya.”

Zander dan Hansel bergegas pergi. Di dalam kamar, Sahira memeluk baby Zee dengan lembut. “Kau... apa kau sungguh anakku?” bisiknya, suaranya bergetar. “Jika itu benar, bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin aku mengandung anak Zander, bukan Rames?” pikirnya, kebingungan.

Sahira beranjak, ingin keluar menanyakan hal itu pada Zander, tapi ia terlambat. Mobil Hansel sudah melaju, membawa Zander dan Mauren pergi menuju rumah sakit, sebelum mereka ke rumah orang tua Balchia.

Kekecewaan melintas di wajah Sahira. Ia berbalik, ingin kembali masuk, namun sebuah teriakan membuatnya terhenti. Sahira menoleh cepat, terkejut melihat pria yang lari menghindari satpam itu adalah mantan suaminya, Rames.

“Ra-Rames? Bagaimana dia bisa tahu aku di sini?” batin Sahira, mundur perlahan. Ia berusaha masuk dan menutup pintu, tapi Rames dengan cepat menangkap pergelangan tangannya.

“Sayang, tunggu! Dengarkan aku dulu!”

“Cih, lepaskan aku! Aku tidak mau melihatmu lagi!” Sahira memberontak dan meminta satpam untuk mengusirnya.

“Sahira, jangan marah dulu. Aku ke sini bukan mau memaksamu, tapi aku hanya ingin memberitahumu kalau aku berhasil menemukan bayimu.”

“Ba-bayiku? Kau serius?” tanya Sahira, perlahan menjadi tenang.

Rames mengangguk, tersenyum penuh arti. “Ya, Sahira. Bayi kita masih hidup. Dia sekarang bersama ibuku. Sekarang kau harus tepati janjimu, sayang. Kau mau kan rujuk denganku?”

Anehnya, alih-alih merasa senang, hati Sahira justru dilingkupi kecemasan. “Kau tidak lagi berbohong kan, Mas?” tanyanya, bingung harus percaya yang mana.

“Kalau kau masih ragu, ikutlah pulang bersamaku. Kau bisa melihatnya sendiri di rumah nanti,” ajak Rames, meraih kedua tangan Sahira dengan penuh harapan.

1
Yus Nita
jangan mau sahira, mungkin ini hanya jebakan yg di buat Rames dan klrga ny
Yus Nita
siksa dulu, hancur kan karier ny, baru camak kan ke penjara. 😀😀😀😀😀
Yus Nita
dlm mimi sono, zander mencintsi mu peremouan iblis
Yus Nita
syukuriinnn...
percays sama jalang, yg akhir hiduo ny tragis, itu karma. ngejahati sahira, tapi di jahati teman sendiri. 😀😀😀
Yus Nita
gimanadiamau punya asi, jku melahir kan saja tdkpernah. ada masa ny diluman rubah itu akan kena axab ny
Uswatun Kasanah
Lanjut Thor 💪💪🙏🙏🩷🩷🩷
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap kk, update tiap hri 😇 ikuti terus... ya 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!