NovelToon NovelToon
Melawan Takdir Penulis

Melawan Takdir Penulis

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Cha Yuri berkerja sebagai perkerja paruh waktu pada sebuah minimarket.
menjalani hidup yang rumit dan melelahkan membuatnya frustasi .
Namun Suatu Hari dia bertransmigrasi ke Dunia Isekai dengan bantuan sistem dia mencoba untuk menjalani setiap misi yang diberikan.
Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja mengubah plot nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wujud Asli Belati

Kabut pagi masih bergantung rendah di antara pepohonan hutan luar Jiangrui saat tiga bayangan perlahan muncul dari balik kabut. Tanah basah menyerap suara langkah mereka, membuat kedatangan mereka terasa seperti hantu yang pulang dari dunia lain.

Liangyi berjalan paling depan. Jubahnya kotor, beberapa robekan di sisi lengan belum ia jahit. Tapi ada sesuatu yang berubah pada caranya melangkah—lebih tenang, lebih berat, dan… lebih sunyi.

Di belakangnya, Xuanwei dan Lingyu menyusul dalam diam. Tidak ada dari mereka yang berbicara sejak meninggalkan gua itu. Seolah, kata-kata pun merasa tak pantas hadir setelah malam semalam.

Gerbang Akademi Jiangrui terbuka perlahan saat penjaga melihat mereka mendekat. Seorang instruktur tampak berjalan cepat menyambut.

“Lingyu, Xuanwei… dan… Liangyi?” suara instruktur itu terdengar setengah ragu. “Kenapa hanya kalian bertiga?”

Tak ada yang menjawab segera.

Xuanwei memejamkan mata sejenak. “Yu Zhan… gugur.”

Instruktur itu menegang. Ia hendak bertanya lebih jauh, tapi hanya mengangguk kaku.

“Kami akan laporkan ini ke pihak atas. Kalian bersihkan diri dulu. Kelas hari ini tetap berlangsung seperti biasa.”

Suasana akademi terasa lebih ramai dibandingkan saat mereka pergi. Murid-murid baru tampak latihan pagi di pelataran batu, sebagian melirik ke arah mereka dan mulai berbisik-bisik.

“Eh, itu tim dari pelatihan gua?”

“Kenapa cuma bertiga yang kembali?”

“Ada yang tewas lagi?”

Liangyi tidak menggubris. Matanya menatap lurus ke depan, menembus keramaian tanpa melihat satu pun wajah. Tapi beberapa murid yang cukup peka… bisa merasakan ada sesuatu yang ikut berjalan di belakang punggungnya.

Bukan bayangan. Tapi semacam jejak tekanan… sesuatu yang menyusup dari dunia lain.

 

Saat tiba di pelataran asrama, Liangyi berhenti. Ia berdiri sejenak di bawah pohon plum yang mulai gugur, memejamkan mata.

Belati di balik lengan bajunya berdenyut halus, seolah mengingatkannya:

Kau sudah kembali ke tempat asalmu… tapi kau tidak lagi orang yang sama.

TING!

 [PENYESUAIAN ALUR BERHASIL.]

[LIANGYI TELAH DIIJINKAN MEMBAWA SATU ITEM KHUSUS SEBAGAI BAGIAN DARI PERKEMBANGAN KARAKTER.]

[SISTEM HANYA AKAN MEMBERIKAN BANTUAN BERDASARKAN KEBUTUHAN CERITA. TIDAK ADA PERMINTAAN, TIDAK ADA TAWAR-MENAWAR.]

Liangyi mengangguk pelan. “Baiklah. Kalau begitu, aku akan pastikan cerita ini tetap berjalan.”

Dan dari balik dedaunan… entah siapa yang mengintip, suara lirih terdengar pelan.

 “Dia kembali… tapi aura itu… bukan aura manusia biasa lagi.”

“Liangyi, kamu ngapain di situ?”

Suara itu datang dari murid senior yang baru selesai latihan pukulan dasar.

Liangyi berdiri di sudut lapangan. Ia memegang belati pendek berwarna perak kelam—bentuknya sederhana, tapi pantulan cahaya dari permukaannya seperti menyerap cahaya alih-alih memantulkan.

Tanpa menoleh, ia menjawab datar, “Latihan.”

Murid senior itu mengangkat alis. “Latihan? Pakai belati? Emangnya kamu pembunuh bayaran dari utara?”

Liangyi menoleh. Bibirnya sedikit terangkat, tapi bukan senyum. Lebih mirip seseorang yang baru melihat pelawak gagal tampil.

“Bukan. Aku hanya pembaca yang kebetulan tahu siapa yang mati di bab berikutnya,” ucapnya santai.

“Hah?”

“Tenang, kamu masih aman... setidaknya sampai bab ini selesai.” Liangyi mengangkat belati dan mulai mengayunkannya ke udara.

 

Setiap gerakan Liangyi terlihat ringan—terlalu ringan. Tapi justru itu yang membuat murid-murid sekitar mulai memerhatikan. Gerakannya seperti tidak menekan udara, tapi menyayat ruang. Setiap ayunan belati meninggalkan bekas garis tipis, hampir seperti bayangan pecah.

Seorang instruktur yang lewat berhenti.

“Belati itu… bukan senjata biasa,” gumamnya pelan.

TING!

[ITEM “JIANXUE” TERDETEKSI: MODE PEMBELAJARAN AKTIF.]

[MEMBACA POLA GERAKAN PENGGUNA… MENYIMPAN ALUR NARASI KEMATIAN… MENYESUAIKAN INTENSITAS.]

Tiba-tiba Liangyi berhenti. Matanya sedikit menyipit ke arah bayangan sendiri yang terpantul dari permukaan tanah basah.

“Jadi kamu belum puas, ya?” bisiknya ke belati itu.

Lalu ia tertawa—dingin, ringan, dan membuat bulu kuduk beberapa murid berdiri.

“Baiklah, Jianxue. Ayo lihat siapa yang lebih licik—aku, atau kamu yang cuma serpihan narasi gagal.”

 

Murid-murid di sekitar mulai menjauh, sebagian berpikir Liangyi kerasukan. Tapi yang lain tahu—itu bukan kerasukan.

Itu… mode serius seorang karakter sarkas yang baru sadar, dirinya bukan lagi figuran.

 

Malam itu, Liangyi sedang berlatih seorang diri di halaman belakang paviliun. Gerakannya tak teratur, napas ngos-ngosan. Belati Jianxue di tangannya bergetar samar—seperti ikut kesal karena pemiliknya seenaknya.

Sampai satu gerakan meleset.

Srek!

Belati itu menyayat lengan Liangyi. Darah menetes dan mengalir ke bilahnya.

 CETAR!!

Kilatan merah menyala dari belati, seperti pecahan kaca realitas. Liangyi melompat mundur, panik.

Dari cahaya merah itu… muncul sosok pria muda, rambut panjang diikat acak-acakan, jubah hitam panjang seperti malam, tatapan tajam seperti baru bangun tidur tapi langsung muak dengan dunia.

Liangyi memelotot. "Siapa—"

 "Tenang. Jangan kencing di celana dulu. Aku bukan hantu,"

ucap pria itu malas sambil menggerakkan pergelangan tangannya yang baru terbentuk.

"Meski... jujur, kalau kamu pingsan sekarang, aku nggak heran."

Liangyi menyipit. “Tunggu... kamu... Jianxue?”

 "Hah, akhirnya otakmu jalan juga. Aku mulai khawatir kamu cuma modal tampang dan nekat."

Pria itu mendekat, memiringkan kepala sedikit sambil tersenyum dingin.

 "Apa kamu kecewa karena aku bukan gadis cantik dengan dada besar?"

Liangyi: “Aku kira Jianxue itu belati. Senjata. Barang.”

 "Iya, iya. Tapi ternyata kamu lebih cocok dipasangkan dengan... bencana."

Dia mengedarkan pandangan, lalu menunjuk wajahnya sendiri dengan angkuh.

 "Tapi jangan salah. Wujud ini cuma bonus. Aku tetap belati. Hanya saja... sekarang aku bisa ngeluh."

Liangyi cengar-cengir. “Wah, hebat. Sekarang senjataku bisa ngomel.”

Jianxue mendekat. Tatapannya tajam, tapi mulutnya menyungging senyum tipis.

Jianxue menoleh, menatap ke arah langit yang mulai kelam.

"Latihan selesai. Kau nggak butuh tenaga untuk duel besok—kau butuh otak. Sayangnya... itu barang langka."

Dia kembali berubah menjadi belati di tangan Liangyi, menyisakan hawa dingin dan aroma darah samar yang tertinggal di udara.

Liangyi menghela napas. “Besok pagi... akademi Jiangrui, huh?”

Ia menatap langit. Bintang-bintang tampak jauh—dan entah kenapa, terasa seperti sedang mengawasinya.

“Kalau besok aku mati...” gumamnya.

Belatinya bergetar halus. Seolah menanggapi.

Liangyi menyeringai. “Setidaknya, aku punya belati cerewet yang bisa jadi saksi.”

Dan malam pun berlalu, membawa satu pertanyaan besar:

Siapa sebenarnya Jianxue, dan kenapa dia memilih bangkit sekarang?

 "Satu hal lagi, Liangyi."

 "Kalau kamu mati bodoh besok pagi, aku gak bakal sedih. Tapi setidaknya... mati dengan gaya dikit, oke?"

Liangyi: “...Kita bakal cocok.”

1
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
O.nyx: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!