Aluna, 23 tahun, adalah mahasiswi semester akhir desain komunikasi visual yang magang di perusahaan branding ternama di Jakarta. Di sana, ia bertemu Revan Aditya, CEO muda yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti drama. Aluna yang ceria dan penuh ide segar justru menarik perhatian Revan dengan caranya sendiri. Tapi hubungan mereka diuji oleh perbedaan status, masa lalu Revan yang belum selesai, dan fakta bahwa Aluna adalah bagian dari trauma masa lalu Revan membuatnya semakin rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. ciuman pertama
Malam merambat pelan saat Aluna dan Revan melangkah memasuki apartemen mereka. Suara langkah kaki mereka berpadu dengan suara pelan detik jam di dinding, menciptakan nuansa tenang yang justru terasa canggung di antara mereka. Pesta pertunangan yang baru saja mereka hadiri masih menyisakan jejak emosi di dada Revan, ia masih tidak terima jika istrinya diperlakukan dengan tidak adil.
Revan membuka pintu apartemen, mempersilahkan Aluna masuk lebih dulu dan tanpa berkomentar apa-apa Aluna pun masuk. Ia menoleh pada suaminya yang kini membuka jas dan menggantungkannya rapi di balik pintu. Revan, dengan gaya khasnya yang selalu tenang dan sedikit kaku, tak berkata apa-apa sejak mereka keluar dari mobil. Tapi Aluna tahu, di balik dinginnya wajah itu, pria itu sedikit memiliki rasa hangat, terbukti dengan cara Revan membela dirinya.
Hingga sampai di dalam kamar, mereka masih diam. Revan meregangkan dan melepas dasinya melemparnya begitu saja di salah satu sisi lantai,
Tanpa di minta, Aluna pun berjalan perlahan mengambil dasi itu,
"Biarkan saja," ucap Revan dingin, tapi Aluna tidak peduli. Ia tetap mengambil dan meletakkannya di keranjang baju kotor.
Aluna melangkah mendekat dan berdiri di depan Revan, hanya berjarak setengah meter.
"Terima kasih untuk tadi, kamu sudah membelaku dengan cara yang... aku nggak pernah duga."
Revan menatap Aluna, menggenggam kedua bahu Aluna, "Mereka keterlaluan, Aluna. Nggak sepantasnya mereka merendahkan kamu, istri aku." suaranya terdengar dalam, tegas, tapi tetap berusaha tenang.
Aluna tersenyum, mengulurkan tangannya mengusap dada Revan dengan lembut, "Aku tahu kamu nggak suka datang ke acara seperti ini, tapi kamu tetap datang, kamu tetap berdiri di sampingku waktu untuk membelaku. Itu... lebih dari cukup."
Revan terpaku sejenak. Ia masih tidak menyangka Aluna akan seberani ini.
Apa maksud Aluna?
Tangan Revan menyentuh jemari Aluna yang berada di dadanya dengan ragu-ragu. Ia tak pandai berkata-kata manis, bahkan saat ingin bicara manis pada Aluna yang keluar malah kata-kata dingin dan kasar.
Revan mengangkat wajahnya dan menatap Aluna dengan sorot yang dalam,
"Selama aku masih bisa berdiri, nggak akan ada yang boleh meremehkan kamu."
Aluna mengerutkan keningnya, apa maksud perkataan Revan ini?
"Kenapa kamu begitu membelaku?" tanya Aluna menyelidik.
"Karena ...," Revan terlihat ragu saat ingin menjawab pertanyaan Aluna.
"Karena?" Aluna tidak mau menyerah,
Revan kali ini lebih dekat menatap Aluna, "Kamu itu... bukan cuma istriku, kamu rumahku."
Kalimat itu menghantam pelan tapi kuat di dada Aluna. Ia menggigit bibir, tak percaya bahwa lelaki bernama Revan yang juga CEO di tempatnya magang tiba-tiba mengungkapkan perasaan sedalam itu.
Enggak, kayaknya aku yang terlalu Ge Er, aku nggak boleh gampang baper. Nggak mungkin pak. Revan, CEO dingin ini jatuh cinta sama anak magang, kita hanya nikah kontrak, beberapa bulan lagi akan cerai, jadi jangan berharap banyak.
Aluna menggelengkan kepalanya, ia tertawa kecil, berusaha untuk terlihat tidak terpengaruh dengan perkataan Revan, "Pak revan...., Kamu tuh..."
Aluna memberi jeda pada ucapannya, kemudian melanjutkannya, "Kalo ngomong gitu, aku bisa jatuh cinta sama kamu beneran."
Srekkkkkk
Cup
Tiba-tiba dengan gerakan cepat, Revan menarik tubuh Aluna dan mendarakkan kecupan ke bibir Aluna membuat Aluna terdiam, ia masih terlalu terkejut dengan yang terjadi.
Ini apa maksudnya, kenapa pak Revan menciumku ....
Aluna hendak melepaskan bibirnya, tapi ternyata lagi-lagi ia kalah cepat karena Revan sudah terlebih dulu melumat bibir Aluna, dengan satu tangannya mengekang tinggal Aluna.
Apa ini? Kenapa aku pasrah? Apa aku juga suka dia melakukan ini?
Aluna berusaha keras untuk menyadarkan diri sendiri bahwa yang mereka lakukan tidak benar karena pernikahan mereka hanya di atas kertas tanpa di landasi cinta satu sama lain.
Enggak aku harus bisa melepaskan ini ....
Srekkkk
Aluna dengan sisa kekuatannya kembali ke mendorong tubuh Revan memberi jarak diantara mereka, Revan masih menatap Aluna dengan tatapan yang sulit di artikan, kemudian mengusap bibirnya yang basah dengan jari jempolnya.
Bersambung
Happy reading