Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31.. ustadz Dafa
Seorang pria berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit itu. Tubuhnya bergetar hebat, menandakan jika dirinya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tidak, tidak, ini seperti mimpi baginya, tidak mungkin jika....
Pria yang bernama ustadz Dafa itu menyentak nafasnya dengan kasar, matanya memerah. Dirinya bahkan tak sanggup untuk sekadar berjalan kembali.
Ini tidak benar, apa yang di lakukan olehnya tidak benar. Namun, memberitahu juga bukan hal yang baik, dirinya belum siap. Dirinya benar-benar bisa kehilangan..
Ustadz Dafa terduduk di sana. Menekan ujung matanya yang akan mengeluarkan cairan asin itu. Hatinya benar-benar risau dan gelisah.
Dirinya tak bisa berkata-kata, selain menghembuskan nafasnya kasar.
"Ustadz Dafa?"
Deg
Ustadz Dafa tersentak, langsung membalikkan tubuhnya, dan menoleh pada seseorang yang baru saja memanggil dirinya.
"Ni-ning Hanum?" Ustadz Dafa terkejut melihat gadis itu di rumah sakit ini. "Siapa yang sakit? Kenapa Ning Hanum ada di sini? Atau Ning Hanum sendiri yang sakit?" Tanyanya beruntun, bahkan matanya melirik gelisah ke sana kemari.
Hanum memicingkan matanya. "Saya ada keperluan datang ke rumah sakit ini. Ustadz Dafa ada apa ya, datang kemari? Siapa yang sakit?" Tanya Hanum mendadak curiga, bahkan sedari tadi sewaktu Laila di shalatkan dan di makamkan, pria itu tak tampak sama sekali. Padahal ustadz Dafa, ustadz yang paling di percaya oleh kyai Al-Ghazali. Bahkan mertuanya tadi sibuk mencari ustadz Dafa.
Ustadz Dafa menggelengkan kepalanya. Keringat bercucuran di keningnya, pria itu seperti orang kebingungan. "Nggak... Nggak saya... Eum itu... Saya cuman sakit perut." Kata ustadz Dafa, sambil tiba-tiba memegangi perutnya. Padahal tadi belum.
Hanum semakin mengerutkan keningnya. "Oiya? Ustadz sakit perut? Sejak kapan?"
"Ta-tadi malam. Saya sudah sedari malam ke sini." Sahutnya.
Hanum tersenyum tipis. "Oh, pantesan ustadz Dafa di cariin sama mertua saya, tapi sedari semalam tidak nampak katanya. Eum, sekarang bagaimana keadaannya? Ustadz udah lebih baikan?" Tanya Hanum.
Ustadz Dafa mengangguk, walaupun merutuki dirinya karena ternyata kyai Al-Ghazali mencari dirinya semalaman. Bahkan, ponselnya saja tidak aktif, karena memang kehabisan baterai. "Saya sudah lebih baik, tadi malam saya di opname di rumah sakit ini. Saya tidak tau kenapa kyai Al-Ghazali mencari saya. Tapi maaf sekali lagi, ponsel saya habis baterai. Makanya tidak aktif." Kata pria itu menjelaskan.
Hanum ber-oh saja, "jadi ini bagaimana? Ustadz mau pulang? Atau mau di sini dulu–"
"Hanum!" Suara seseorang membuat Hanum mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dirinya mendengus saat melihat seseorang berlari ke arahnya dan ustadz Dafa. Dan semakin kesal saat melihat tatapan tajam pria yang merupakan suaminya itu ke arah ustadz Dafa.
"Saya tinggal sebentar, nggak taunya kamu malah ngobrol sama ustadz ini berduaan lagi. Ccckk, kamu tau hukumnya nggak sih?" Omel Gus Fauzan.
Hanum mendengus, memutar bola matanya jengah. "Saya pergilah, buat apa saya di sana terus, nggak penting juga kan? Saya nungguin orang yang lagi reunian dengan teman SEKELAS-nya dulu. Mana mesra lagi." Kata Hanum sewot mengingat kejadian tadi .
Gus Fauzan mendelik, diam-diam dirinya merutuki dirinya sendiri karena tadi dirinya tak sengaja bertemu dengan teman sekelasnya dulu semasa SMA bersama dengan Arfira. Namanya Niken, dia sudah menjadi dokter di rumah sakit ini. Dan Fauzan tidak tau sama sekali, baru bertemu setelah sekian lama, ternyata Niken masih mengenal wajahnya, sampai dia menyapa, dan entah mengapa Gus Fauzan jadi lupa kalau di sana ada Hanum juga. Sampai Gus Fauzan berniat mengenalkan Hanum pada Niken, dan tidak taunya saja istrinya itu sudah diam-diam pergi dari sana. CK, salah dirinya juga, karena terlalu asik mengobrol. Ya, walaupun mereka mengobrol tidak terlalu dekat, karena Gus Fauzan tetap menjaga batasan, tapi tetap Gus Fauzan mengabaikan keberadaan Hanum.
"Cuman temen, kamu kenapa sih cemburuan banget." Kata Gus Fauzan.
Hanum berdecih. "Siapa yang cemburuan? Saya nggak cemburuan tuh, saya tau dirilah, nggak berkepentingan jadi pergi dari sana. Saya takut jadi obat nyamuk ganggu situ ngobrol." Sahut Hanum ketus, bahkan melengos tak mau menatap suaminya.
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar. "Maaf deh. Saya lupa kalau ada kamu, jangan marah."
"Ya, ya memang saya kan selalu di lupakan, mana pernah saya di anggap." Kata Hanum menyindir.
Gus Fauzan mendesah. Menarik tangan Hanum dan menggenggamnya, bahkan dirinya tak peduli di sana banyak orang yang lewat, dan dirinya juga tidak peduli di lihat oleh ustadz Dafa. "Maaf ya, saya beneran nggak ada maksud seperti itu tadi. Saya tadi beneran mau kenalin kamu sama Niken, tapi kamu udah keburu pergi, jangan ngambek, ya... Ya dong, kamu kalau ngambek jelek." Kata Gus Fauzan sambil mencolek dagu Hanum, membuat Hanum melotot.
"Biarin jelek." Kata Hanum sambil menarik tangannya, namun langsung di tahan oleh Gus Fauzan.
Kepala Gus Fauzan menggeleng kencang. "Nggak, nggak... Kamu cantik kok, nggak jelek. Maafin saya ya? Saya beneran nggak ada niatan untuk cuekin kamu tadi" kata Gus Fauzan memohon.
Hanum yang di puji cantik langsung merona, bahkan dirinya sudah mengulum senyumnya. Namun dirinya berusaha tetap biasa saja. "Halah alasan."
"Nggak, saya beneran nggak alasan. Maafin saya ya?"
Hanum berdekhem, di pegang tangannya saja sudah membuat jantungnya berdebar tak karuan, dirinya akhirnya luluh juga. "Ya."
"Seriusan? Jangan ngambek lagi ya?" Kata Gus Fauzan.
Hanum menganggukkan malu-malu, membuat Gus Fauzan tersenyum, lalu kepalanya tanpa sadar menoleh ke arah ustadz Dafa. Dan saat itu juga Gus Fauzan terkesiap, dirinya lupa kalau dirinya tadi melihat istrinya itu bersama ustadz Dafa di sini. Gus Fauzan langsung menyorot tajam ke arah pria itu. "Maksudnya apaan ini tadi? Kok kamu berduaan sama ustadz ini?" Gus Fauzan menunjuk ustadz Dafa sengit. Membuat ustadz Dafa menghela nafasnya kasar. Dirinya sudah terlalu sabar menghadapi sikap cemburuan ustadz itu.
Hanum tersentak. "Tadi nggak sengaja ketemu sama ustadz Dafa di rumah sakit ini. Dan rupanya ustadz Dafa lagi sakit perut, mangkanya tadi malam Abi cariin nggak ada." Kata Hanum.
Gus Fauzan mendengus. "Perhatian banget kayaknya." Ucap Gus Fauzan nyinyir.
Hanum menghela nafasnya kasar. "Jangan mikir aneh-aneh. Aku nggak ngapain-ngapain sama ustadz Dafa." Kata Hanum yang segera di angguki oleh ustadz Dafa.
"Iya, saya juga tidak sengaja ketemu sama Ning Hanum, beneran, saya tidak berbohong." Timpal ustadz Dafa.
Gau Fauzan berdecih sinis. "Kompak banget tuh."
"Beneran, Gus. Saya nggak ada janjian ketemu." Kata Hanum.
Gus Fauzan memicingkan matanya, lalu dirinya menarik Hanum. "Kita pulang, jangan sama dia."
"Eh, tapi kasihan ustadz Dafa-nya, lagi–"
"Hanum pulang...." Gus Fauzan memelototi Hanum, membuat Hanum langsung kicep.
"Saya pulang dulu, ustadz Dafa, maaf tidak bisa memberikan tumpangan. Assalamualaikum."
"Ngapain sih kamu malah pamitan segala. Pulang Hanum" Gus Fauzan menarik tangan Hanum membawanya pergi dari sana sambil mengomel.
Ustadz Dafa menghela nafasnya kasar. "Waalaikum salam. Tidak apa-apa Ning. Saya ngerti kok, Gus Fauzan memang cemburuan, wong istrinya aja secantik Ning Hanum." Seru ustadz Dafa sambil terkekeh kecil. Sesaat dirinya melupakan kesedihan dan ketakutannya tadi..
*
sy kira malah ust Fajar.... 😁
ma istri dah di kasih anak 5 4 perempuan 1 laki laki,,nah hus kaya gitu kurang apa yah
koq aga bingung nyambungin nya sedari part meninggal nya santriwati yg keguguran itu?!?? 🤔
kemarin tiba-tiba loncat Hanum persiapan acara di pesantren (kaya gak ada kematian santriwati itu!)
Lalu.. Hanum disuruh ke pasar sama ust Dafa lalu Fauzan cemburu...
dan sekarang malah di RS ????