NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh
Popularitas:874
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERNIKAHAN

Maya menatap langit-langit kamar, ia tak sanggup untuk melihat Pram yang terus memperhatikannya.

"Yang.. Ayo dong komen. Komen apa ke, aku senang banget pak, atau aku sangat kaget, atau apalah yang bisa buat aku senang. Emang kamu gak senang ya aku ajak nikah?" Pram meremas jemari Maya.

Sudah barang tentu itu mengagetkan Maya yang dari tadi fokus memandangi langit - langit kamar. "Pak, tolong, jangan mulai lagi." Sebelah tangan yang sedang di genggam Pram, ia kibaskan hingga terlepas.

"Marah ya?"

"Enggak, cuma aku gak enak aja. Pak Pram masih majikanku. Aku merasa gak enak aja berduaan terus di kamar," jawab Maya gugup dan salah tingkah. Sebelah tangannya yang sedang memegang bantal dalam rangka menyembunyikan kedua melonnya sudah mulai pegal.

"Hahaha.. Ngapain kamu gak enak?.. Sebentar lagi kita akan menikah. Jadi rasa itu harus kamu buang. Boleh enggak kalau aku lihat aset kamu lagi?.. Sebentar aja.." goda Pram. Ia memegang ujung bantal hendak melepaskannya.

"Jangan pak.. aku malu!" Maya makin erat memegang bantal. Benda tersebut dijadikan benteng pertahanan.

"hehe.. Enggak jadi. Aku cuma bercanda." Pram tertawa renyah menyaksikan Maya yang ketakutan.

"Maya, aku tahu ini mungkin terlalu cepat. Tapi aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu. Aku ingin cepat punya pendamping hidup agar aku ada tempat berlabuh.. Begitu juga dengan Riko. Ia butuh seorang mama. Dan kamu, cocok untuk jadi keduanya. Jadi istriku, dan jadi ibu untuk Riko."

Pram kembali menggenggam kedua tangan maya. Otomatis bantal yang menutupi melon Maya ikut terjatuh. Dan, Waw!.. Penampakan yang menggiurkan nampak di depan mata Pram. Dua buah melon montok!

Maya tak bisa kembali menutup asetnya karena kedua tangannya dipegang Pram. Jantungnya berdegup tak karuan saat tahu mata Pram mulai nakal, terus memandangi kedua asetnya yang bergelantungan.

'Glek..'

Suara air liur ditelan Pram. Libidonya naik seketika.

"Yang.. Boleh enggak aku minta sekali lagi. Aku udah gak kuat lihat melon kamu. Senjataku langsung berdiri." Pram menunduk memperhatikan aset miliknya yang sudah siap tempur kembali.

Maya menggigit bibir bawahnya, ia sebenarnya mempunyai keinginan yang sama dengan Pram, tapi sebisa mungkin ia tahan.

"Pak, udah! aku gak mau mengulangi kesalahan untuk yang kedua kali nya." Maya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Pram, kaus bajunya yang dari tadi tergulung dibawah leher, ia turunkan cepat - cepat.

Pram tersenyum, ia meraih tangan Maya kembali dan mencium punggung tangannya.

ketika lampu sudah menyala, berbarengan Riko menangis minta jatah dari Maya.

"Cup, cup sayang.. Kamu haus ya?" Maya langsung menggendong Riko dan tanpa menunggu lama Maya merogoh melonnya hendak menyusui.

Tapi ketika Maya tersadar akan Pram, ia reflek melihat Pram. Laki - laki itu sedang fokus memandangi aset Maya yang aduhai.. Sontak Maya mengurungkan niatnya karena tak mau Pram kembali berulah.

"Pak, maaf.. bisa bapak keluar? Aku sekarang mau menyusui dulu Riko. Kasihan dia udah haus. Kalau bapak masih disini, aku gak bisa fokus kasih asi."

"Oh ya, aku keluar. Maaf ya sayang akan kelakuanku tadi. Tidur yang nyenyak ya! kamu gak takut kan aku tinggal?.. Tidur berdua dengan Riko?" Pram memandangi Maya.

Maya menggelengkan kepala, " Enggak. Kan udah nyala." Ia tersenyum, terlihat begitu manis di mata Pram.

"Oke kalau begitu, cantik.. Met bobo ya!" Pram hendak mencium kening Maya, tapi reflek tangan Maya mendorong wajah Pram.

"Pak, maaf.. Setelah nikah aja ya? Untuk masalah tadi, aku benar - benar khilaf!" Maya tertunduk.

Pram mengangguk, seulas senyum langsung menghias wajahnya yang tampan.

Pria itupun beranjak keluar dari kamar Riko dan berjalan menuju kamar pribadinya.

Akhirnya pagi menjelang, mereka berdua sudah bersiap untuk pergi ke Kantor Urusan Agama (KUA). Pram menggenggam erat tangan Maya, seolah tak ingin melepaskannya.

"Kamu gugup?" tanya Pram sambil tersenyum.

Maya mengangguk, "sedikit," jawabnya singkat.

"Tenang saja, aku akan selalu ada di sampingmu," ucap Pram sambil mengecup punggung tangan Maya.

Sesampainya di KUA, mereka langsung menuju loket pendaftaran pernikahan. Petugas KUA menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah surat persetujuan wali nikah.

Maya terdiam. Ia sudah tidak memiliki ayah. Dengan berat hati, ia meraih ponselnya dan menghubungi adik dari almarhum ayahnya, yaitu pamannya.

"Halo, Assalamualaikum, Paman," sapa Maya dengan suara bergetar.

"Waalaikumsalam, May.. ada apa, Nak?"

"Paman, Maya mau minta tolong. Maya mau menikah, tapi Maya kan sudah tidak punya ayah. Apa Paman bersedia menjadi wali nikah Maya?"

Terdengar jeda sejenak di seberang telepon. "Menikah? Dengan siapa, May?"

"Dengan Pak Pram, Paman. Ia majikan Maya," jawab Maya.

"Pak Pram? Yang kaya itu?"

"Iya, Paman. Apa Paman bersedia?"

"Tentu saja, Nak. Paman akan datang. Kapan pernikahannya?"

"Bulan depan, Paman. Nanti Maya kabari lagi tanggal pastinya," ucap Maya dengan perasaan lega.

Setelah menutup telepon, Maya menatap Pram dengan mata berkaca-kaca. "Paman bersedia menjadi wali nikahku," ucapnya.

Pram tersenyum dan memeluk Maya erat. "Aku senang mendengarnya. Semuanya akan berjalan lancar," bisiknya.

Hari-hari berlalu begitu cepat. Pram dan Maya sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Maya memilih gaun pengantin yang sederhana namun elegan. Sementara Pram, mengurus semua keperluan administrasi dan perizinan.

Ditengah kesibukannya, Maya tak lupa menghubungi Reno, mantan suaminya. Ia ingin menunjukkan padanya bahwa dirinya telah berubah dan menjadi wanita yang lebih baik.

"Halo, Mas Reno," sapa Maya dengan suara mantap.

"Maya, ada apa?" jawab Reno. Ia merasa terkejut karena tak menyangka mantan istrinya itu tiba-tiba menghubunginya.

"Aku cuma mau kasih tahu, bulan depan aku akan menikah," ucap Maya.

"Menikah? Dengan siapa?" Reno mengernyitkan kedua alisnya.

"Dengan Pak Pram," jawab Maya singkat.

Terdengar suara tawa sinis dari sebrang telpon. "Pram? Majikanmu itu? Aku tahu dari bisik-bisik tetangga. Hahaha... kamu cuma jadi wanita simpanannya saja, May!"

Maya menarik napas dalam-dalam. Ia tidak terpancing dengan ucapan Reno. "Kamu salah, mas. Pak Pram mencintaiku dengan tulus. Dan aku juga mencintainya. Kami akan menikah secara resmi," tegas Maya.

"Terserah kamu saja lah! Aku tak peduli," ucap Reno sebelum menutup telepon. Ada perasaan gak ikhlas mantannya akan hidup bahagia setelah lepas darinya.

Maya tersenyum sinis. Ia sudah tidak peduli dengan apa yang dikatakan Reno. Yang terpenting, ia bahagia dengan Pram dan Riko.

Tibalah hari pernikahan Maya dan Pram. Acara akad nikah digelar di sebuah mesjid yang indah. Maya tampak anggun dalam balutan gaun pengantin putih. Pram gagah dengan setelan jas berwarna senada.

Paman Maya bertindak sebagai wali nikah. Dengan suara lantang, ia mengucapkan ijab kabul. Pram menjawabnya dengan mantap. "Saya terima nikahnya Maya binti almarhum Rohman, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Para saksi berteriak, "Sah!"

Maya dan Pram resmi menjadi suami istri. Mereka saling bertukar cincin dan berpelukan erat. Air mata bahagia mengalir di pipi Maya. Ia tak menyangka, takdir membawanya pada kebahagiaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Resepsi pernikahan digelar di sebuah hotel mewah. Para tamu undangan tampak menikmati hidangan dan hiburan yang disajikan. Maya dan Pram tak henti - hentinya menerima ucapan selamat dari para tamu.

Walau tanpa kehadiran kedua orang tua Pram berhubung keduanya masih berada diluar negeri, tapi hal itu tak menghalangi niat Pram untuk tetap melangsungkan pesta pernikahan secara meriah.

Ditengah keramaian, Maya melihat sosok Reno berdiri di pojok ruangan. Ia menghampirinya dengan senyum sinis.

"Selamat atas pernikahanmu, May," ucap Reno dengan nada datar.

"Terima kasih," jawab Maya singkat.

"Kamu pasti senang sekali bisa menikah dengan orang kaya," sindir Reno.

"Aku menikah dengan Pak Pram karena aku mencintainya. Bukan karena hartanya," balas Maya.

"Alah, jangan munafik. Semua wanita juga sama saja. Mata duitan!"

Maya tertawa sinis. "Kamu salah besar, Mas. Aku sudah tidak seperti Maya yang dulu. Aku sudah menjadi wanita yang lebih kuat dan mandiri. Dan aku tidak butuh uangmu," ucap Maya dengan tegas.

Reno terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya berbalik dan meninggalkannya. Ia menghampiri Pram dan Riko yang sedang bermain bersama. Ia memeluk mereka erat.

"Aku sangat mencintai kalian," bisik Maya.

Pram tersenyum dan mengecup kening Maya. "Kami juga sangat mencintaimu," balasnya.

Melihat semua itu hati Reno makin panas. Ia langsung membuang muka dan beranjak keluar dengan perasaan dongkol.

Malam itu, Maya merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia. Ia telah menemukan cinta sejati dan keluarga yang sempurna. Dari seorang baby sitter, kini ia menjadi Nyonya Pram yang kaya raya. Namun, kekayaan yang sebenarnya adalah cinta dan kebahagiaan yang ia miliki.

Maya bertekad untuk membuktikan pada semua orang, terutama pada Reno, bahwa dirinya bisa menjadi wanita yang sukses dan berharga. Ia akan menggunakan semua kesempatan yang ia miliki untuk meraih impiannya. Dan yang terpenting, ia akan selalu menjadi istri dan ibu yang baik bagi Pram dan Riko.

1
Tie's_74
Walaupun karyaku ini ada beberapa adegan dewasanya, tapi ada pelajaran kehidupan yang bisa diambil, kalau dalam hidup ini kita jangan menilai orang dari luarnya saja. Bisa jadi orang yang kita pandang rendah, ternyata dia mempunyai kemampuan diatas kita. Selain itu pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini, kita jangan cepat menyerah dengan keadaan, dan harus selalu semangat.. Yakinlah kalau dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Ok gess, selalu semangat ya.. 🥰🤗
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!