Masa depan yang bahagia telah tiada, Yuki dengan alat sihir yang diberikan oleh ayahnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan yang rusak.
Yuki terlempar ke tahun 2099 dimana dia dijual sebagai seorang budak dan dibeli oleh wanita dari keluarga bangsawan bernama Theresa Clorish dan diangkat menjadi penjaga keluarga Clorish.
Selain menjadi penjaga keluarga Clorish, Yuki juga harus menghentikan sesuatu yang akan menghancurkan masa depan dengan kekuatan mutan miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aidiel Batagor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Dendam Theresa
"Aku tidak terlalu terkejut mengetahui hal itu." Ucap Yuki mendengar pernyataan Theresa.
"Hahaha aku tidak menyangka kau mendengar percakapanku di telepon." Balas Theresa.
"Kalau begitu sekarang katakan apa sebenarnya tujuan anda, nona Theresa." Yuki meminta penjelasan sebenarnya pada Theresa.
Theresa berdiri dan meminta Yuki untuk mengikutinya, Yuki menuruti permintaannya lalu mengikuti Theresa dari belakang. Suasana mansion ini terasa tidak seperti biasanya, suasana sedih terasa memenuhi lorong-lorong gelap yang tersembunyi di mansion ini.
Theresa membuka sebuah pintu yang menuju ke ruangan bawah tanah mansion ini. Yuki tidak menyangka jika mansion ini memiliki ruang tersembunyi seperti ini.
"Hati-hati Yuki, jika kau tidak ingin tersesat untuk selamanya." Ucap Theresa memperingati Yuki.
Yuki dengan hati-hati berjalan mengikuti Theresa, mereka tiba di sebuah ruangan gelap yang hanya memiliki cahaya dari sebuah lilin.
"Nona Theresa tempat apa ini?." Tanya Yuki sedikit ketakutan.
Theresa tidak menjawab dan hanya terus berjalan menghampiri lilin tersebut. Theresa merapalkan sebuah mantra dan dengan sekejap merubah ruangan tersebut dipenuhi oleh lilin yang menyala.
"Keren." Ucap Yuki takjub.
"Ini bukan apa-apa." Bantah Theresa lalu melanjutkan rapalan mantra nya.
Tak berselang lama setelah Theresa merapalkan mantra nya, Yuki merasa sedikit pusing lalu terjatuh ke lantai. Theresa mendekat dan menatap mata Yuki sambil menyentuh dahi Yuki, perlahan Yuki menjadi tak sadarkan diri karena terjatuh dalam sihir Theresa.
"Maafkan aku, Yuki." Ucap Theresa.
Theresa mencoba untuk masuk ke ingatan Yuki dengan sihirnya. Setelah mendapatkan konsentrasi yang cukup, perlahan Theresa masuk ke dalam ingatan Yuki.
Di dalam sana, Theresa melihat Yuki kecil yang berada dipinggir gedung tinggi. Theresa melihat Yuki menatap ke arah bawah sana lalu melompat tanpa ragu.
"Hentikan!." Teriak Theresa berusaha menghentikan Yuki namun itu tidak berefek sama sekali karena Theresa hanyalah seorang penonton dari sebuah pertunjukan masa lalu.
Tubuh Yuki yang kecil itu hancur menghantam tanah dengan keras. Darah bercucuran dari seluruh anggota tubuhnya dan membuat Theresa tidak sanggup melihatnya lalu beralih ke ingatan Yuki yang lain.
Disaat Theresa beralih ingatan, dia tiba di sebuah hutan bersalju yang lebat dan melihat tubuh Yuki yang sedang dikoyak oleh seekor beruang. Salju yang seharusnya berwarna seputih kertas itu kini berubah menjadi merah darah karena hal yang menimpa Yuki.
"Apa-apaan ingatan ini?." Theresa merasa syok melihat semua kejadian yang dialami oleh Yuki.
Theresa kembali beralih ingatan dan tiba di dalam sebuah ruangan dan melihat Yuki yang diikat dan ditodong senjata oleh pasukan tentara dalam ruangan tersebut.
Para tentara itupun menembaki Yuki tanpa ampun hingga membuat ruangan tersebut dipenuhi oleh darah. Theresa menjadi semakin syok melihat hal yang dialami oleh Yuki dan berusaha untuk kembali, namun tiba-tiba dia berpindah ke sebuah tempat.
Dia berada ditengah jalanan berpasir dan melihat Yuki yang terbaring tak berdaya dan sedang dalam kondisi diikat. Tak lama kemudian tanah mulai bergetar dan sebuah mobil tank datang menghampiri Yuki yang sedang terbaring lemah itu.
"Tidak-tidak kumohon hentikan!." Teriak Theresa.
Namun hal itu tidak bisa dihentikan, tank tersebut melindas tubuh Yuki dengan sangat brutal. Tubuh Yuki remuk akibat terlindas, seluruh organ miliknya berhamburan kemana-mana.
"Kumohon...hentikan hal ini...." Ucap Theresa dengan nada lemah.
Beberapa saat kemudian Theresa berhasil kembali ke dunia nyata, air mata membasahi wajah Theresa, dia berusaha menghapus air matanya dan segera berdiri untuk membawa Yuki kembali.
"Pada awalnya aku hanya ingin mengetahui masa lalumu, bagaimana kamu mendapatkan kemampuan regenerasimu itu tetapi yang kudapat adalah penderitaanmu selama memiliki kemampuan itu." Ucap Theresa dengan nada sendu.
Dia merangkul Yuki yang tak sadarkan diri dan membawanya kembali ke kamarnya. Ditengah perjalannya para pelayan menanyakan apa yang terjadi namun Theresa tidak mengatakan apapun. Sebagian dari mereka meminta untuk menyerahkan Yuki pada mereka namun Theresa menolak hal itu karena ini adalah tanggung jawabnya.
Setelah tiba di kamar Yuki, Theresa langsung membaringkan tubuh Yuki yang masih tak sadarkan diri itu. Disaat Theresa hendak pergi, dia melihat benda aneh yang tergeletak didekat meja.
Theresa mengambil benda tersebut dan melihat benda itu dengan seksama. Benda aneh yang tidak pernah dilihatnya, kemudian dia melihat secarik kertas yang berada disamping benda itu dan membacanya.
Theresa membaca surat itu dengan seksama dan melihat sebuah nama yang familier baginya, Makoto adalah nama yang menarik perhatiannya. Theresa menatap ke arah Yuki seakan bertanya-tanya apa hubungan Yuki dengan orang bernama Makoto ini.
"Kamu benar-benar orang yang misterius Yuki." Ucap Theresa lalu pergi meninggalkan Yuki sambil membawa kertas itu.
Theresa berjalan untuk menuju kamarnya namun dia berhenti karena melihat pintu kamar Noelle yang sedikit terbuka.
Theresa mengintip dan melihat ke dalam kamar adiknya itu dan melihat Noelle yang sedang duduk sambil memegang sebuah foto yang menampilkan Theresa, Noelle dan seorang wanita yang terlihat sangat cantik dalam foto itu.
"Ibu...aku merindukanmu, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Kami semua sehat-sehat saja disini, ayah masih suka menonton baseball dan kakak tetap ceria seperti biasanya, tetapi aku tahu....aku tahu.....mereka pasti.... merindukan ibu juga." Ucap Noelle diiringi dengan air mata dan perlahan mulai menangis sambil memeluk foto itu.
Theresa yang melihat hal itu menjadi sangat sedih. Sebuah keinginan kecil adiknya yang tak akan pernah tersampaikan, semua ini terjadi karena kejadian yang menimpa ibu mereka 10 tahun yang lalu.
Theresa pun pergi lalu masuk ke dalam kamarnya. Theresa memegang ponselnya dan mencoba untuk mengirimi Nero pesan, namun Theresa ingat jika Nero sedang bekerja malam ini.
"Nero apa yang harus kulakukan?." Keluh Noelle.
Theresa membaringkan tubuhnya di kasurnya yang empuk dan berguling melihat ke arah luar jendela dan membuatnya teringat sesuatu, dia buru-buru menyalakan ponselnya dan menghubungi Aldrian.
"Ini Theresa, dimana kau sekarang?." Tanya Theresa.
"Aku berada di New York, ada apa?." Ucap Aldrian kembali bertanya.
"Sedang apa kau disana?." Tanya Theresa penasaran.
"Ini bukan urusanmu nona bangsawan." Jawab Aldrian sambil menendang wajah seorang pria dengan jas hitam yang sama seperti orang-orang yang mengejarnya di Mesir.
"Huh baiklah, aku masih menanyakan hal yang sama, apa kamu sudah bertemu dengan Makoto?." Tanya Theresa dengan nada serius.
"Nona, kau baru saja bertanya hal itu tadi siang." Jawab Aldrian kesal.
"Ini sangat penting, aku benar-benar memerlukanmu untuk melakukan ini, aku harus.... membunuh Nagumo Makoto." Ucap Theresa penuh emosi.
"Baiklah nona kita lanjutkan pembicaraan kita nanti karena aku sedang ada urusan disini." Ucap Aldrian menutup teleponnya.
Gerombolan orang dengan jas hitam itu mengepung Aldrian di gang yang sangat sempit itu. Mereka menggunakan pisau lipat dan berlari menyerang Aldrian.
"Manusia buatan seperti kalian.... tidak akan mungkin bisa mengalahkanku!." Teriak Aldrian menghajar mereka satu-persatu.
Setelah mereka berhasil ditumbangkan, Aldrian mendapatkan sebuah telepon dari seseorang. Dia berjalan pergi dari gang sempit itu sambil mengangkat teleponnya.
"Aku sudah menunggu kabarmu Makoto, ada seseorang yang sangat ingin menemuimu di Nexus." Ucap Aldrian.
"Siapa? Jangan bilang putri dari keluarga Clorish itu? Aku menolak!." Teriak Makoto.
"Tidak bukan itu, orang yang ingin menemuimu adalah seorang bocah mutan yang unik." Ucap Aldrian berusaha menenangkan Makoto.
"Mutan? Aku membenci mereka, kenapa aku harus bertemu dengannya?." Tanya Makoto.
"Entahlah, yang pasti dia tidak akan melukaimu." Jawab Aldrian meyakinkan Makoto.
"Huh, aku akan berada di distrik 10 besok sore, katakan pada bocah itu." Ucap Makoto lalu menutup teleponnya.
Setelah Makoto menutup teleponnya, Aldrian langsung kembali menghubungi Theresa untuk mengabarkan hal ini.
Theresa yang berusaha untuk menutup matanya agar tertidur dikejutkan dengan bunyi ponselnya, dia melihat jika Aldrian yang menelponnya dan langsung mengangkatnya.
"Nona, Makoto akan berada di distrik 10 besok sore. Jadi kesepakatan kita telah selesai kan?." Ucap Aldrian sambil bertanya tentang kesepakatan mereka.
"Ya terimakasih tuan Deathskull." Ucap Theresa berterimakasih.
Aldrian langsung menutup teleponnya setel mendengar nama Deathskull, sementara Theresa merasa bahwa dirinya semakin dekat dengan rencana yang telah dibuatnya.
"Maaf Yuki, tapi kali ini aku benar-benar ingin meminta tolong padamu. Bukan sebagai seorang bangsawan, tapi sebagai Theresa Clorish."