Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja harus menjadi pengasuh 3 anak CEO nakal yang tiba-tiba sangat lengket padanya?
Rosetta, seorang gadis cantik yang berusia 19 tahun, adalah putri seorang bupati yang memiliki keinginan untuk menjalani hidupnya sendiri. Namun ayahnya telah membuat keputusan sepihak untuk menjodohkan Rosetta dengan seorang pria tuatua bernama tuan Bramasta, yang memiliki usia dan penampilan yang tidak menarik. Rosetta sangat enggan dengan keputusan ini dan merasa bahwa ayahnya hanya menggunakan dia sebagai alat untuk meningkatkan karir politiknya.
Hingga puncaknya Rosetta memutuskan untuk kabur dari rumah. Di sisi lain ada Zein arga Mahatma, seorang bussiness man dan single parents yang memiliki tiga anak dengan kenakalan di atas rata-rata. Karena kebadungan anak- anaknya juga tak ada yang sanggup untuk menjadi pelayan di rumah nya.
Dalam pelarian nya, takdir mempertemukan Rosetta dan ketiga anak Zein yang nakal, bagaimana kah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter : 31
Mereka merayakan ulang tahun Rosetta dengan pesta kecil- kecilan, semua hidangan tertata rapi di atas meja, lalu di tengahnya terdapat sebuah kue bolu yang sudah di hiasi sedemikian rupa dan terdapat lilin di atasnya. Alvaro, Alaska dan Chiara berlomba-lomba siapa yang paling banyak meniup balon, lalu balon- balon itu di gosokkan ke kepala mereka agar bisa terbang hingga ke atas plafon.
Alvaro yang menjadi sasaran kejahilan itu, lihatlah bagaimana rambutnya yang selalu tersisi rapi kini tampak berantakan seperti gembel karena adik- adiknya terus menempelkan balon- balon di atas kepalanya. Alaska dan Chiara kompak tertawa, melihat ekspresi Alvaro yang hanya bisa pasrah sambil melengos jengkel, melihat keseruan itu Rosetta, dan lainnya juga ikut tertawa.
Tibalah mereka ke sesi acara tiup lilin. acara yang di buat sangat mendadak ini namun justru di penuhi oleh keseruan yang tak tidak ternilai harganya. Amel sebagai yang tertua, berada di tengah untuk memimpin doa.
"Semoga di umur Rosetta yang sekarang ini, dia selalu di berkahi. "
"Aamiin! "
"Di berikan umur yang panjang. "
"Aamiin! "
"Selalu di berikan kebahagiaan."
"Aamiin! "
"Dan semoga di berikan jodoh laki-laki yang baik, tampan dan tajir melintir. "
"Papa! "
Saat orang-orang berseru Aamiin, tiba-tiba saja Chiara malah bersorak menyebut papanya sontak membuat mereka semua yang sedang khusyuk dalam doa membuka mata. "
"Chiara... " panggil Rosetta, dia merasa tidak enak karena Chiara tiba-tiba ber celetuk tentang papanya namun yang lain justru saling melemparkan pandang sambil tersenyum penuh arti.
"Chia gak boong. Di sana, papa!"
Benar saja yang di katakan anak itu, saat Rosetta dan yang lain mengikuti arah telunjuk tangannya yang menunjukkan satu arah, di sana terdapat sosok gagah Zein yang berjalan santai menuju ke arah mereka.
"Papa! " Chiara lekas turun dari kursi dan berlari menghampiri papanya.
Zein lantas merentang kan tangan menyambut tubuh mungil Chiara dalam dekapan nya, untuk itu zein sedikit berjongkok agar menyamakan tinggi nya dengan sang putri kesayangan.
"Sayang."
Yang lain juga ikut berdiri dari duduk nya dan menghampiri Zein yang sedang berpelukan dengan putri kecilnya.
"Ada acara apa ini? " tanya zein setelah berdiri dan membawa Chiara dalam gendongan.
"Tuan, saya tidak tahu anda akan pulang se tampil ini. " seru Rosetta yang terkejut karena kehadiran Zein.
Zein sedikit terkekeh. "Aku memang berencana untuk pulang lebih awal tanpa memberitahukan nya pada kalian. "
Amel kemudian menyahut. "Tuan maaf jika acara yang kami buat mengganggu anda. Kami sedang merayakan ulang tahun Rosetta dengan pesta kecil- kecilan dan seadanya. "
Tampak keterkejutan terlukis di wajah Zein namun hanya sesaat sebelum akhirnya ia menoleh ke arah Rosetta dengan pendar mata yang lebih lembut. "Oh rupanya kau sedang ulang tahun, Rose? "
Deg! Rosetta yang semula menunduk mulai menengadah dengan dagu terangkat. Panggilan "Rose" yang di berikan Zein sungguh membuat hati Rosetta terasa berdasarkan hangat, karena hanya Zein yang baru memanggilnya dengan nama depannya. Sesuatu yang sebenarnya sederhana namun sukses membuat kedua bilah pipi Rosetta memerah.
Amel menyadari reaksi Rosetta tersebut lantas menunduk karena menahan senyum.
"Maaf jika aku terkesan sembarangan karena membuat pesta di sini tanpa seijin tuan, " lirih Rosetta, dengan sedikit terbata karena ia sedang berusaha menetralkan debur jantung nya.
"Tidak apa- apa, justru aku ikut merasa senang. Jika ku tebak, berarti ini ulang tahun mu yang ke - 20 bukan? "
"Wah tebakan anda tepat sekali tuan. " celetuk Lia.
"Hahaha iya, karena aku tahu umur Rosetta, " ucap Zein sambil sorot matanya yang menatap lekat Rosetta sementara yang di tatap masih terus menunduk walaupun sesekali terlihat mencuri pandang.
"Ya sudah tunggu apalagi, lanjutkan pestanya. "
Yang lain mengangguk, lalu kembali ke meja di mana masih terdapat kue ulang tahun yang lilinnya belum di tiup.
Lalu mereka sama- sama menyanyikan lagu ulang tahun, suasana hangat begitu terasa, sambil bernyanyi ria mereka juga bertepuk tangan bersama. Lalu tiba saatnya sesi meniup lilin, sebelum itu Rosetta menutup mata sambil menggumamkan keinginan nya.
"Semoga kedepannya semakin lebih baik. " gumam Rosetta dalam hatinya. Lalu ia sedikit mengintip, melihat Zein yang tepat berada di hadapan nya saat ini, sangat dekat hingga seolah Rosetta bisa merasakan detak jantung nya sendiri.
Keheningan mulai ia rasakan, seolah dunia hanya milik berdua, ia seakan-akan merasakan waktu di sekeliling nya berhenti, dan dia melihat Zein yang kini menjadi membalas tatapannya dan kini mengulas senyum untuk nya. Senyum yang sangat manis.
"Rosetta."
"Rosetta."
Hingga tiba-tiba saja suara- suara orang lain mulai terdengar dan Rosetta merasakan guncangan di bahunya.
Dan saat ia membuka mata, sudah ada Amel yang menatapnya dengan sorot mata penuh arti.
"Lama sekali do'anya? kau mendoakan apa emang? "
Rosetta berdeham pelan, untuk menyembunyikan kegugupan nya. Ia lantas terkekeh pelan guna memecah keheningan.
Dan apa yang menurut nya hanya hayalan semata ternyata salah, di depannya memang berdiri Zein yang kini menatap nya sangat dalam dan bibirnya yang kini menyunggingkan senyum yang teramat manis.
Deg! Rosetta segera saja mengalihkan pandangan namun lia segera menepuk pundaknya kembali.
"Ayo Rosetta, sampai kapan kau akan mengangguri lilin itu? " seloroh lia lalu memunculkan tawa dari yang lain.
Rosetta tersenyum canggung, ia lantas mengangguk dan meniup lilinnya.
"Yey! " sorakan lantas terdengar bersamaan dengan tepuk tangan yang riuh.
"Selamat ulang tahun ya, Rosetta. "
"Selamat ulang tahun! "
Rosetta memandangi mereka satu persatu dengan netra berkaca- kaca. "Terimakasih semuanya, terimakasih banyak. "
Alvaro, Alaska dan Chiara sontak mendekat dan memeluk nya lalu Rosetta membalas pelukan anak-anak itu tidak kalah erat dan penuh kasih sayang.
Dia tidak akan melupakan hari ini, di mana ulang tahun nya di penuhi orang-orang yang dia cintai bukan hanya dia sendiri di meja makan seperti yang pernah ia lalui sebelum- sebelumnya. Pandangannya tanpa sengaja bertemu dengan Zein, pria itu masih di sana, bertepuk tangan untuk nya dan terlihat raut bahagia yang di tujukkan untuk nya.
Rosetta bisa melihat jelas Zein yang menggerakkan bibir, seolah ingin mengucapkan sesuatu untuk nya. Mata Rosetta menyipit berusaha menerjemahkan arti gerakan bibir pria itu.
"Selamat ulang tahun untuk mu, Rosetta. " gumam Rosetta setelah membaca gerakan bibir Zein. Hati Rosetta menghangat, ia tidak bisa membendung kebahagiaan nya. Lantas dirinya mengangguk dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajah cantik nya.
Mereka pun kemudian berkumpul di meja makan, Zein memerintahkan Amel, lia dan nia ikut duduk di meja makan meski awalnya ketiga perempuan itu terlihat sungkan untuk ikutan bergabung.
"Kalian yang telah bersusah payah merencanakan pesta ini tentu kalian juga berhak untuk ikut menikmatinya, jangan hanya karena ada saya, kalian jadi sungkan. Ayo ikut bergabung. " ujar Zein yang lantas membuat mereka tersenyum dan ikut duduk di kursi masing-masing.
Suasana menjadi lebih ceria karena kehadiran Zein, kehangatan terjalin dan semuanya terlihat bahagia di hari ulang tahun Rosetta kali ini, membuat Rosetta tak henti- hentinya mengucap syukur dalam hati. Rasanya ia ingin momen bahagia seperti ini terus ada dan tidak pernah berakhir.
*****