NovelToon NovelToon
Tergoda Tunangan Sahabat

Tergoda Tunangan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:16.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

"Gue tahu gue salah," lanjut Ares, suaranya dipenuhi penyesalan. "Gue nggak seharusnya mengkhianati Zahra... Tapi, Han, gue juga nggak bisa bohong."

Hana menggigit bibirnya, enggan menatap Ares. "Lo sadar ini salah, kan? Kita nggak bisa kayak gini."

Ares menghela napas panjang, keningnya bertumpu di bahu Hana. "Gue tahu. Tapi jujur, gue nggak bisa... Gue nggak bisa sedetik pun nggak khawatir sama lo."

****

Hana Priscilia yang mendedikasikan hidupnya untuk mencari pembunuh kekasihnya, malah terjebak oleh pesona dari polisi tampan—Ares yang kebetulan adalah tunangan sahabatnya sendiri.

Apakah Hana akan melanjutkan balas dendamnya, atau malah menjadi perusak hubungan pertunangan Zahra dan Ares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Hana keluar dari kamar mandi dengan langkah ragu, tubuhnya diselimuti pakaian Ares yang terlalu besar untuknya. Lengan baju menjuntai, hampir menutupi jemarinya, sementara ujung kaosnya menggantung longgar di atas paha. Rambutnya yang masih basah ia gulung asal dengan handuk, air menetes dari ujung helaian yang terlepas.

"Lo punya hairdryer? Gue butuh—"

Belum sempat Hana menyelesaikan kalimatnya, Ares tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan menariknya masuk ke dalam kamar.

"Ares! Lo mau apa?" pekik Hana, terkejut sekaligus panik. "Ares! Ini nggak lucu ya!"

Namun, pemuda itu tak menggubris. Dengan langkah mantap, ia menyeret Hana ke depan meja rias, lalu menekan bahunya agar duduk. Mata Hana membelalak, tapi sebelum ia sempat melawan, Ares sudah membuka lemari, mengambil hairdryer, lalu mencolokkan kabelnya ke stop kontak.

"Lo serius?" Hana menatapnya dengan bingung. "Kasih ke gue, gue bisa sendiri!"

Alih-alih menyerahkan benda itu, Ares justru menyalakan hairdryer dan berdiri di belakangnya. "Biar gue aja."

Angin hangat segera menyapu kulit kepalanya, membuat tubuh Hana refleks menegang. Namun, jemari Ares dengan terampil menyisir helai-helai basahnya, menahan setiap helaian agar tidak berantakan.

Hana menggigit bibir, mencoba mengabaikan debar di dadanya. Tidak seharusnya ini terasa begitu intim. Tidak seharusnya ia menikmati cara Ares dengan sabar mengeringkan rambutnya.

Gadis itu menelan ludah, matanya terpaku pada pantulan Ares di cermin. Raut wajah pemuda itu serius, tatapannya dalam, seakan setiap helaian rambut yang ia keringkan memiliki makna tersendiri. Dada Hana tiba-tiba terasa hangat, bukan hanya karena hembusan udara dari hairdryer, tapi karena sesuatu yang lain—sesuatu yang tak ingin ia akui.

Setelah beberapa menit, Ares akhirnya mematikan hairdryer dan meletakkannya di atas meja. Tangannya bertumpu di sisi meja rias, tubuhnya sedikit membungkuk mendekati Hana.

"Han," panggilnya pelan, suaranya terdengar lebih dalam dari biasanya. "Gue serius sama apa yang gue katakan tadi di toilet."

Hana merasakan tenggorokannya mengering. Namun, ia tetap mengangkat dagu, menatap Ares dengan tatapan sengit.

"Gue kan udah bilang," jawabnya ketus. "Buang jauh-jauh perasaan sialan lo itu! Gue nggak butuh!"

Ares menghela napas, tapi bukan untuk mundur. Justru, kedua tangannya kini menekan meja rias di kanan dan kiri Hana, mengurungnya di antara tubuhnya yang tinggi dan pantulan mereka di cermin.

"Jangan bohong sama perasaan lo sendiri," ucapnya pelan, tapi penuh tekanan.

Hana terkesiap. "Siapa yang bohong! Gue emang nggak cint—mmppphhhhh...."

Kata-katanya terputus begitu saja saat bibir Ares menabrak miliknya.

Hana tersentak, matanya melebar dalam keterkejutan. Tangannya reflek terangkat, mendorong dan memukul-mukul dada Ares dengan panik. Namun, pria itu tetap bergeming, enggan mundur. Sebaliknya, lengannya justru semakin mengerat, mengurung tubuh Hana di dalam dekapan yang tak memberi ruang untuk kabur.

Hana mengerjap, tubuhnya kaku saat merasakan tangan Ares beranjak naik, menangkup tengkuknya dengan kuat. Jemari laki-laki itu menyelinap di balik rambutnya yang masih sedikit lembap, menahan kepalanya agar tidak bisa mengelak.

Ciuman itu dalam, dan menguasai, seolah Ares ingin menegaskan sesuatu yang selama ini selalu Hana hindari. Bibirnya menekan milik Hana dengan intensitas yang membuat gadis itu hampir kehabisan napas.

Dan saat bibirnya mulai melemah, itulah saat Ares semakin memperdalam ciumannya. Lidahnya menyapu bibir Hana sebelum akhirnya menerobos masuk, mengabsen setiap inci dalam kehangatan mulutnya.

Hana terkejut, punggungnya menegang di bawah sentuhan yang begitu mendominasi. Namun, semakin ia melawan, semakin kuat Ares menahannya.

Dada Hana berdegup kencang, terlalu cepat dan tidak terkendali. Napasnya tersengal, pikirannya berantakan, dan tubuhnya pun perlahan kehilangan kekuatan untuk menolak.

Ares tahu, bahwa Hana sudah menyerah. Dan itu membuatnya semakin tak ingin berhenti.

Ciuman Ares kini turun ke ceruk leher Hana, mengecup, menjilat dan menggigit kecil di leher jenjang itu. Membuat Hana mendesah dan mendongakkan kepalanya.

"Stop···" perintah Hana lalu mendorong tubuh Ares menjauh.

Plak! 

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi lelaki itu. "Lo tunangan sahabat gue, Ares! Gue nggak mau jadi pelakor dan rebut tunangan sahabat gue sendiri." Kata Hana dengan suara yang bergetar, lalu keluar dari kamar.

"Han.. sorry..."

"Kita nggak bisa seperti ini, ini salah! Lo sama gue nggak mungkin bersatu. Gue nggak cinta sama lo. Jadi berhenti deketin gue!"

"Hana..." Ares menahan lengan Hana yang ingin pergi, "gue tahu ini salah, tapi gue nggak bisa bohongin perasaan gue sendiri."

"Cukup! Gue anggap gue nggak denger apa-apa malam ini. Makasih udah tolongin gue, dan jangan pernah ikut campur urusan gue lagi. Fokus aja sama tunangan lo!" Hana melepaskan cekalan tangan Ares, lalu segera membereskan barang-barangnya dan pergi dari apartemen itu.

"Tidak, tidak sekarang waktunya untuk main hati, Hana. Lo kudu fokus dengan balas dendam lo!" Gumamnya dalam Hati, sambil keluar dari apartemen Ares.

***

Matahari pagi mulai menyapa, sinarnya menerobos celah-celah tirai kamar Hana, menyinari ruangan yang masih berantakan. Namun, bukannya menyambut pagi dengan semangat, Hana justru berjalan keluar rumah dengan wajah kusut.

Rambutnya berantakan, kantong hitam menghiasi bawah matanya, dan langkahnya pun terasa lebih berat dari biasanya. Ia menguap lebar, lalu merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal setelah semalaman berguling-guling di tempat tidur tanpa berhasil memejamkan mata.

**"Gara-gara dua cowok bego itu, gue jadi nggak bisa tidur semalaman,"** gerutunya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Pikirannya masih dipenuhi oleh Aaron dan Ares—dua lelaki yang kini membuat hidupnya berantakan.

Aaron, dengan kejamnya membuangnya di tengah jalan tol tanpa peduli sedikit pun.

Lalu Ares, yang datang tiba-tiba, menolongnya, tapi sekaligus membuat segalanya semakin rumit dengan pengakuannya yang tak seharusnya ia dengar.

Hana menghela napas panjang.

Sungguh, kalau bisa memilih, ia ingin menghapus dua nama itu dari hidupnya. Namun sayangnya, dunia tidak pernah memberikan pilihan semudah itu.

Tok! Tok! 

Pintu di ketuk, Mama nya muncul dari balik pintu.

"Sayang, ada teman kamu di bawah."

"Temen? Siapa Mah?"

"Nggak tahu, mama baru lihat juga. Udah sono temuin."

"Laki atau perempuan?" tanya Hana sambil mengerutkan kening, setengah malas beranjak dari tempatnya.

"Lihat aja sendiri," jawab mamanya, melipat tangan di dada. "Udah, cepat turun. Jangan bikin orang nunggu lama."

Hana menghela napas panjang. Dalam hati, dia masih bertanya-tanya siapa yang datang pagi-pagi begini. Dia tak punya banyak teman yang tahu alamat rumahnya, dan setelah kejadian semalam, dia bahkan tidak ingin bertemu siapa pun.

Dengan langkah malas, dia berjalan keluar kamar, menuruni tangga menuju ruang tamu. Namun, begitu dia melihat sosok yang berdiri di depan pintu, tubuhnya langsung menegang.

Dada bidang, postur tegap, dan sorot mata tajam yang sudah sangat dikenalnya.

Aaron?

Hana menelan ludah. "Mau apa pria brengsek itu kemari?"

Bersambung...

1
Rohani Belekokpret
tidur yah ko ga up up
Chalimah Kuchiki
ahhhh gemes
Chalimah Kuchiki
ah so suitttttttt mas polisi 🤗
Mas Sigit
nunggu lg deh UP nya
Chalimah Kuchiki
ayok mas ares tangkap penjahatnya
Mas Sigit
thor UP nya sehari 2x apa sprti kmrin"
Chalimah Kuchiki
siapa ya jadi penasaran aduh 🤭 lagi disekolah anak sempetin baca update terbaru
Mas Sigit
up nya yg bnyk dong thor
Mas Sigit
jgn" itu kkny hana
Chalimah Kuchiki
mas ares polisi idaman 😍
Mas Sigit
ga sabar nunggu kelanjutanny
Chalimah Kuchiki
duh siapa sih bikin penasaran...
Mas Sigit
episode ini sangat menegangkan dn buat penasaran
Chalimah Kuchiki
jangan jadi pelakor hana.. tapi mas ares idaman bgt sih secara kan polisi intel dewasa dan beribawah. cuma airon juga keren wkwk bad boy gitu sukakk
muna aprilia
lanjut
Chalimah Kuchiki
jangan di apa2in hanq nya ya
Mas Sigit
di tunggu UP nya kk thor
Chalimah Kuchiki
resiko orang cantik di rebutin dua cowo 🤭...
Chalimah Kuchiki
duh masa hana di jahatin gini
Chalimah Kuchiki
semangat hana.. jangan jatuh cinta ke siapa2 dulu, fokus cari tau penyebab meninggalnya pacar kamu siapa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!