"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Orang Lebih Menantang
Bima menghela napas kasar. Bagaimana bisa Dira mengira dirinya menyukai Soraya? Kembali melanjutkan langkahnya, sepayung berdua, hanya dengan penerangan lampu emergency."Kenapa kamu fikir aku menyukai Soraya?" Tanyanya.
"Saat itu aku melewati ruang tamu. Mendengar Heru dan Soraya mengatakannya. Kamu mencintai Soraya kan?" Tanya Dira.
Bima menghela napas kasar, menatap ke depan."Bagaimana mengatakannya ya? Aku memang mencintai istri orang. Tapi bukan Soraya."
"Dasar! Kamu memang pria jahat! Menyukai istri orang." Dira tertawa kecil.
Hal yang mungkin tidak disadari olehnya, Bima melirik ke arahnya. Menatap wajah Dira tersenyum, bagaikan sudah cukup untuk seorang Binara Mahendra.
"Yah! Mau bagaimana lagi, istri orang bodynya bagus, kulitnya sempurna, tubuhnya mengeluarkan aroma yang aku rindukan." Bima berucap penuh penghayatan.
Dira menyipitkan matanya."Kamu tidak tidur dengan istri orang kan?"
"Tentu saja tidak! Sudah! Bawa lampunya! Aku mau kembali dulu!" Bentak Bima kala mereka sampai di depan area bangunan yang terdapat di gedung terpisah dengan rumah utama.
"Aku lupa! Kamu kan impoten, bagaimana bisa meniduri wanita yang kamu sukai!" Dira menjulurkan lidahnya mengejek. Kemudian menutup pintu secepat mungkin.
Sedangkan Bima yang masih memegang payung tersenyum."Sekarang memang impoten. Tunggu pengacaraku berhasil membebaskanmu. Kamu akan tau makna dari kata impoten..." gumamnya ditengah derasnya air hujan. Suara petir menyambar terdengar. Benar-benar sebuah tekad untuk dapat... sudahlah...
Lagipula, sampah Heru, adalah harta bagi Bima. Jika sudah dibuang dirinya akan senang hati memungutnya.
"Kapan aku bisa tinggal serumah dengan istri dan anakku..." Pemuda yang menghela napas melangkah kembali ke bangunan utama di rumahnya.
***
Kembali dari resort, menikmati kenyataan hidup. Itulah yang keluarga kecil nan bahagia ini akan lakukan. Telah berkemas untuk check out, pasalnya hanya menyewa tempat ini sehari saja.
Entah berapa banyak snack yang terdapat dalam lemari pendingin dihabiskan oleh Mela. Walaupun sejatinya tidak habis semuanya. Hanya dibuka, dimakan sedikit, lalu dibuang.
Tapi lemari pendingin hampir kosong. Melangkah meninggalkan kamar setelah berkemas. Seorang staf house keeping berpapasan dengan mereka.
Hingga langkah mereka terhenti, tiba di meja resepsionis. Sebotol wine berkwalitas dibawa oleh Jarot sebagai tanda permintaan maaf dari pihak resort.
"Total tagihannya jadi 27.925.000." Ucap sang staf front office ramah.
"Tapi harga sewa kamarnya sekitar 22 juta kenapa tagihannya jadi hampir 28 juta. Ini pasti ada kesalahan! Ini penipuan!" Bentak Jarot.
"Maaf pak, disini sudah ada total rincian biayanya. Istri anda memesan beberapa jenis makanan untuk dinner, beberapa snack dan minuman dalam lemari pendingin juga disertakan dalam tagihan, ditambah biaya kerusakan properti hotel. Anda dapat menghitungnya sendiri." Ucap sang pegawai resepsionis, penuh senyuman. Benar-benar terlihat profesional.
"Snack di lemari es juga masuk dalam tagihan?" Tanya Sulis, menatap harga yang lebih mahal dibandingkan dengan April mart.
"Tentu saja, sebelum check in, saya sudah memberikan brosur apa saja fasilitas yang anda dapatkan, bersamaan dengan diberikannya kunci kode akses kamar. Jadi seharusnya anda membacanya. Hanya free breakfast, lainnya tidak." Jawaban wanita itu membuat Sulis menghela napas.
"Kami akan menuntut untuk---" Kalimat Jarot disela.
"Jika anda tidak membayar sekarang. Kami akan melaporkan ini pada pihak kepolisian. Ada beberapa pasal yang akan mungkin menjerat anda." Jawaban sang staf yang telah bekerja belasan tahun. Menghadapi tamu seperti ini? Sudah biasa baginya.
Berbeda dengan manager F&B yang hanya berkutat dengan makanan. Berbeda dengan waiters yang hanya menyajikan makanan. Maka dirinya adalah wajah hotel, wanita yang ramah, sekaligus penagih uang yang berbahaya.
"Bukannya orang bernama Hendra sudah membayar mangkok Pino yang pecah?" Tanya Sulis.
"Benar! Memang sudah dibayar. Tapi anak anda juga menarik table clothes, sehingga membuat beberapa piring, beberapa gelas, dan sebuah vas bunga pecah. Jika anda tidak mengganti ruginya, kami dapat---" Kalimat sang resepsionis disela.
"Bayar saja kenapa? Lagipula aku cari di google, wine kwalitas ini harganya lebih dari dari 6 juta. Ini seperti kita dapat cash back." Ucap Jarot, menghela napas, setidaknya masih sisa lebih dari 20 juta.
***
Mari kembali ke realita setelah menghadapi hidup bagaikan raja dan ratu sehari. Menaiki motor satu bertiga. Yang ada dalam imajinasi Jarot hanya harga motor baru, serta wine yang akan dinikmatinya bersama Soraya.
Tidak mengetahui baru hari pertama, video dengan wajah Pino dan Bima di blur menyebar. Video dimana wajah Sulis dan Jarot serta Mela terekam jelas, terlihat hendak menuntut pihak restauran. Bahkan memukul Bima. Mungkin perlu waktu sehari atau dua hari untuk di repost ulang. Agar lebih panas, bukan?
"Kita jadi menuntut resort kan? Lumayan 100 juta." Usul Sulis.
"Aku juga berfikir begitu. Mereka memanggil security, untuk hal yang sudah jelas-jelas salah Pino." Gerutu Jarot.
"Mela mau!" Mela menunjuk ke arah pedagang mainan pinggir jalan."Mela mau itu! Ada slime!"
Jarot menghela napas kasar menghentikan laju motornya. Apapun dibelikan, asalkan Mela diam.
Barulah saat hari hampir petang mereka kembali. Merilekskan tubuhnya setelah kembali berjalan-jalan seharian.
Sulis menguap beberapa kali, sedangkan Mela, tentu saja Sutini sudah membawanya ke kamar. Begitu merindukan Mela, hingga ngambeknya menghilang.
"Kamu mau kemana?" Tanya Sulis pada Jarot.
"Minum wine, sama teman!" Jawab Jarot merapikan rambutnya. Kemudian kembali memasukkan sisirnya ke dalam saku. Melajukan motornya meninggalkan rumah mereka.
Bagaimana sejatinya wajah Jarot? Jangan kira biasa-biasa saja. Jarot dulunya pejantan tangguh yang memiliki banyak kekasih. Pada akhirnya memilih Sulis yang merupakan anak orang yang lumayan kaya sebagai istrinya.
Dan benar saja, sebuah rumah diberikan oleh mendiang ayah mertuanya. Ditambah dengan sebuah minimarket, dan uang bulanan yang dijatah khusus. Istilahnya dirinya tidak perlu bekerja, hanya perlu sesekali mengelola minimarket.
Tapi ada yang namanya naik, juga ada yang namanya turun. Tidak selamanya semuanya ada di atas. Kala ayah mertuanya meninggal, bersamaan dengan itu perusahaan ayah mertuanya anjlok. Uang bulanan terhenti, perlahan minimarket juga bangkrut, akibat uang modal yang terus diambil oleh Jarot dan Sulis.
Yah...tapi segalanya telah berlalu. Hidup hanya penuh dinikmati, untuk apa menyimpan uang? Uang tidak dibawa mati. Mungkin itulah prinsip Jarot dan Sulis.
Hingga motor Jarot terhenti di dekat area rumah Heru. Ibu mertua ada di rumahnya. Itu artinya yang ada di rumah Heru, hanya Heru dan Soraya.
Menelan ludah mendekat, menatap lampu rumah yang menyala. Istri orang lebih menantang, tiba-tiba jiwa itu bangkit dalam dirinya. Walaupun sejatinya Soraya belum menikah.
Menunggu di luar jendela, menelan ludah. Bagaimana caranya agar Soraya menyukainya?
Cukup lama, hingga dua orang memasuki kamar. Suara manja terdengar.
"Heru... ayolah..." Pinta Soraya mesra.
"Aku lelah! Kamu tau kan, pekerjaanku belakangan ini menumpuk. Sudah berapa kali direktur menolak ide yang aku berikan." Heru berbaring tanpa melepaskan pakaian kantornya.
"Heru..." Panggil Soraya lagi, tapi tidak ada jawaban. Heru menutup tubuhnya sendiri hanya melepaskan sepatu sembarang, langsung tidur.
"Heru." Soraya menghela napas, bagaimana bisa Heru berubah seperti ini. Selain itu perubahan hormon membuatnya menelan ludah. Menginginkan lebih.
Jarot hanya sedikit mengintip. Bagaimana caranya mendekatinya? Heru sudah tidur, sudah saatnya dirinya bertamu ke pintu depan. Semoga Heru tidak bangun.