Keluarga Agantara

Buk.

Buk.

Buk.

Arga menghajar sniper itu dengan membabi buta, hingga darah keluar dari pelipis mata dan ujung bibir orang itu, dia tidak memberi ampun sama sekali.

"Gue nggak peduli siapa yang nyuruh lo, lo udah berani mengganggu keluarga gue, gue nggak akan tinggal diam" marah Arga.

"Bre**sek lo ya, lo punya nyawa berapa ha? udah berani mencoba membunuh bokap gue" maki Arga, kepalan tangan kembali meninju wajah orang itu.

Karena ada keributan didalam ruangan, dua orang polisi datang menghentikan aksi Arga yang menghajar habis - habisan orang itu. Polisi mengizinkan Arga untuk mengintrogasinya maka membiarkan Arga bicara hanya berdua dengan sniper itu, ternyata yang terjadi Arga memukulinya hingga babak belur.

"Kalau kamu tidak berhenti, kamu yang akan saya penjara?" kata salah satu polisi itu, sambil menahan tangan Arga.

Arga menatap dengan tajam orang itu yang masih duduk dibawah sambil meringis karena luka lebamnya.

"Hah" Arga buang nafas dengan kasar. Lalu kedua polisi itu melepaskan tangan Arga dan pergi meninggalkan tempat itu.

Dirumah Arga dimarahi papanya karena aksinya menghajar sniper itu dikantor polisi. Arga memang tidak ada takut - takutnya sama sekali.

"Bisa - bisanya kamu menghajarnya dikantor polisi Ga" kesal papanya.

"Habis tu muka mengesalkan sekali, minta ditonjok" ucap asal Arga. Arga memang suka asal dan grusa - grusu tidak memikirkan akibatnya nanti. Kalau Erlangga dia bisa menahan emosi karena dia lebih berwibawa, dia lebih tenang tapi mematikan. Kalau Dirga bersikap santai tapi jangan remehkan dia, dia juga sama halnya seperti adik sama kakanya, tidak akan memberikan ampun pada musuh.

Mamanya mengomel - ngomel sampai panjang kayak kereta api, dia khawatir gimana jadinya kalau anaknya nanti malah yang dipenjara.

Malam ini Airin tidak bisa tidur, padahal sudah pukul 12 malam dia teringat pertanyaan Kiky. Dia senyum - senyum sendiri ketika Shaka diam saja tidak membantah kalau Shaka bukan pacarnya melainkan bodyguardnya.

Apa mungkin dia menganggapku sebagai pacarnya pikir Airin. Dia kembali senyum - senyum sendiri sambil memeluk bonekanya.

Sebelumnya dia telfonan sama abang yang kedua yaitu Dirga, Dirga sangat merindukan adik kecilnya dia ingin sekali cepat kembali pulang. Disana dia juga marah karena papanya yang hampir tertembak.

Paginya Airin agak sedikit berlari menuruni tangga sambil menenteng tas, jas dan sepatunya yang belum dia kenakan, dia tergesa - gesa karena dia bangun kesiangan. Ini gara - gara semalam suntuk memikirkan Shaka membayangkan kalau dia beneran pacaran sama bodyguard.

"Hati - hati sayang entar jatuh" nasehat mama Agata. Airin menaruh tas dan jas dikursi dan sepatu dibawahnya, dia langsung menjatuhkan bokongnya dikursi.

"Kenapa mama nggak bangunin Airin sih?" tanya Airin agak kesal tidak ada yang bangunin dia.

"Mama kira kamu udah bangun, biasanya kan kamu juga udah bangun" ucap mamanya.

"Tumben baru bangun kenapa semalem nggak bisa tidur?" tanya papanya.

"Hehehe..." Airin garuk - garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Pelan - pelan sayang" ucap Agata, karena Airin mengunyah sandwich nya dengan buru - buru.

"Hmm ni anak cewek nggak ada manis - manisnya" kata Arga.

"Makan jangan buru - buru, tidak baik" saran Erlangga.

"Mm nggak bisa kak, ni hampir telat" kata Airin mulutnya yang penuh makanan.

Setelah Airin menelan makanannya dia meminum susunya dan segera berpamitan pada orang tuanya dan kakak - kakaknya. Semua geleng - geleng melihat Airin.

"Hati - hati jangan lari" teriak mamanya.

"Iya" jawab Airin yang sudah tidak terlihat.

Airin berlari sampai kedepan, Shaka melihat nonanya yang berlari dan agak berantakan, menenteng sepatunya dia tersenyum lucu.

"Silahkan nona" Shaka membukakan pintu, dengan segera dia masuk kedalam mobil.

Diperjalanan Airin memakai koas kaki dan sepatu dengan kilat didalam mobil, sebelum memakai jasnya dia membenarkan kancing kemejanya yang salah dia kaitkan lalu sedikit merapikan rambutnya yang berantakan tidak lupa memoleskan lip gloss sedikit dibibirnya yang warna nut. Shaka melihat nona kecilnya melalui kaca spion yang semua serba terburu - buru didalam mobil.

Sepertinya Airin lupa kalau didalam mobil bukan cuma ada dia saja. Kalau sadar pasti dia akan malu sekali, karena dilihat sang my bodyguard. Setelah sampai disekolahan Airin langsung segera keluar dari mobil, tapi dicegah Shaka.

"Tunggu sebentar nona" tahan Shaka.

"Kamu nggak tau aku udah telat nih" Airin kesal karena Shaka menahanya.

Tanpa bicara Shaka langsung jongkok didepan Airin untuk mengikat tali sepatunya, rupanya tadi Airin mengikat kurang kencang. Airin terdiam, oh so sweet banget ternyata dia perhatian juga.

"Sudah nona" Shaka berdiri, Airin tidak mendengarkan dia masih bengong.

"Nona..." panggil Shaka.

"Ah iya" Airin baru tersadar, lalu dia mengucapkan. "Terimakasih" dan berlari menuju kelasnya. Dibalas Shaka dengan menganggukan kepalanya.

Dari kejauhan Giesel terbakar api cemburu, melihat Airin dengan Shaka laki - laki pujaannya bermesraan didepan matanya. Dia mengepalkan tanganya dia sudah tidak tahan ingin menjambak - jambak Airin.