Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.
Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.
Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.
Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.
Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..
Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?
Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..
**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Menemanimu Makan Siang
**********
♥️♥️♥️♥️♥️
Naya mundur beberapa langkah, Monica langsung
berdiri di samping nya. Wanita paruh baya itu kini
menepis pegangan tangan Richard.
"Apa yang kamu lakukan di tempat ini Rey ? tadi
kamu bilang tidak bisa menemani Raina makan
siang, tapi sekarang? kamu malah bersama
dengan wanita panti ini.?"
Richard tampak menghela napasnya perlahan.
"Mah..aku ada urusan bisnis di tempat ini."
"Bisnis kamu bilang ? kamu pikir Mama percaya,
lalu kenapa ada wanita itu di sini ?"
"Naya adalah klienku."
"Haha.. mengejutkan ! Bisnis dengan wanita panti seperti ini, memang apa yang bisa dia lakukan ?"
"Mamah cukup ! jangan bikin Richard malu di
tempat umum seperti ini !"
Richard tidak tahan lagi. Wanita itu mendengus.
Dia semakin memandang sinis kearah Naya.
"Ohh..jadi kamu sedang berusaha menjadi layak
untuk putraku rupanya, jadi apa kamu ?"
Naya hanya tersenyum lembut.
"Saya hanyalah pegawai kecil Tante.."
"Cihh..! kelas rendah tetaplah kelas rendah !
Hehh kamu..tolong tahu diri sedikit ya, jangan
lagi berusaha mengejar putraku yang bukan
level kamu, kalian tidak akan pernah cocok !"
"Mah sudah Mah.. cukup !"
Richard terpaksa menaikan intonasi suaranya.
Tapi wanita itu bergeming, dia kembali maju ke
hadapan Naya. Monica tampak langsung siaga.
"Saya yakin kamu hanya mencari alasan saja
untuk bisa bertemu dengan anak saya, iya kan?"
"Maaf Tante, saya datang kesini adalah murni
urusan pekerjaan.!"
"Saya tidak percaya sama kamu ! dengar ya, Rey
akan segera bertunangan dengan Raina. Jadi
jangan coba-coba kamu masuk lagi ke dalam
kehidupannya.!"
"Tante boleh menuduh saya sesuka hati. Tapi
saya memang hanya punya urusan bisnis
dengan Pak Direktur.."
"Bagus ! tapi saya ingatkan sekali lagi, sekuat
apapun kamu mencoba memantaskan diri untuk
Rey, kamu tetaplah kaum rendah..!!"
"Ehemm..!!"
Semua orang terdiam di tempat. Mata mereka
terpaku pada satu sosok tinggi tegap yang sedang
berdiri di arah samping. Dia di kawal oleh asisten
nya, beberapa orang berpakaian rapi sebagai
relasi bisnis, serta 4 orang bodyguard dengan
perangai yang sangat menyeramkan.
"Pak Presdir.."
Richard dan beberapa orang yang kebetulan
sedang berada di tempat itu, dan menyaksikan kejadian tadi, tampak langsung menundukan
kepala saat melihat kehadiran laki-laki berkharisma itu. Aura kehadirannya yang sangat kuat mampu membuat lutut semua orang gemetar.
Naya hanya bisa bengong melihat kemunculan
Aham di tempat itu. Sedang apa dia disini.?
Kenapa rasanya dia selalu saja ada di saat
dirinya sedang berada dalam pertemuan bisnis.
Mata Aham menatap tajam kearah Naya. Sorot
matanya sangatlah rumit. Yang jelas saat ini
wajahnya terlihat begitu dingin.
"Pak Presdir..senang sekali bisa berjumpa
dengan anda di tempat ini."
Wanita paruh baya tadi, alias Nyonya Sinta, alias
ibunya Richard tampak begitu terkejut sekaligus
senang saat melihat kehadiran Aham. Terlebih
lagi bagi wanita cantik yang ada di samping nya.
Raina, calon tunangan Richard matanya terlihat
begitu terpesona, dia tidak menyangka bisa
bertemu langsung dengan Tuan Tampan di
tempat ini.
"Hemm..anda Nyonya Sinta bukan ?"
Suara Aham terdengar dingin. Nyonya Sinta
tampak tersenyum sumringah saat mendapati kenyataan bahwa Aham mengenalinya.
"Benar sekali Tuan Muda..Dua hari kemarin
saya sudah datang untuk mengajukan kerjasama. Saya sangat berharap kita bisa menjalin kerjasama yang baik dan saling menguntungkan."
"Kerjasama kita batal !!"
Ucapan Aham bagai pisau belati yang langsung
menusuk jantung Nyonya Sinta. Wajahnya
seketika pucat pasi. Lututnya gemetar karena
lemas .
"Tu-Tuan Muda..tapi kenapa ? Sa-saya sangat
berharap anda akan mengabulkan kontrak
kerjasama ini."
Suara Nyonya Sinta terdengar lemah menghiba.
Tatapan Aham begitu tajam, dia seakan ingin
menelan bulat-bulat wanita angkuh ini.
"Kau sudah berani menghina apa yang menjadi
milikku..!"
Desis Aham. Matanya sekilas menatap Naya
yang saat ini kebetulan sedang menatapnya juga.
Deg !
Jantung Naya berdetak sangat kencang. Apa
dia boleh percaya diri sekarang? mungkinkah apa
yang di lakukan Aham ada hubungannya dengan
dirinya ? Apa Aham melihat semua yang sudah
terjadi barusan ?
Aham melangkah pergi dengan gagah di iringi
semua rombongan nya.
Sementara Nyonya Sinta tampak sangat terpukul.
Richard dan Raina segera menghampiri nya dan
berusaha menenangkan dengan membawanya
duduk di kursi.
"Pak Richard..kalau begitu saya permisi ! Kami
tunggu kabar selanjutnya.."
Naya berdiri sambil menunduk sebentar di depan
Richard yang tampak sangat bimbang.
"Baiklah Nay..Kita bicara lain kali.."
"Rey..suruh wanita itu pergi.!"
Teriak Nyonya Sinta kalap. Naya segera undur diri
melihat Nyonya Sinta hilang kendali.
"Gara-gara wanita itu kerjasama yang sudah Mama
impikan langsung hancur begitu saja. Wanita itu
pembawa sial ! dasar wanita rendahan !"
Nyonya Sinta terus saja bersungut-sungut tiada
henti. Pikirannya sangat kacau saat ini. Apa yang
terjadi? kenapa Aham tiba-tiba saja membatalkan
kontrak kerjasama yang sudah di sepakati.
Apalagi kerjasama ini sudah di jamin akan
menghasilkan keuntungan yang tidak ternilai
karena nama besar AM Corp.
Sementara itu Naya dan Monica baru saja
sampai di parkiran ketika tiba-tiba Leo datang menemuinya.
"Mohon maaf Nona, anda di panggil Tuan
Muda."
Naya menautkan alisnya. Mau apalagi
tuh orang.!
"Saya masih banyak urusan.."
"Mohon Nona untuk tidak membantah Tuan."
Leo membungkuk dengan penuh harap.
Naya melirik ke arah Monica yang turut
mengangguk.
"Baiklah.."
"Mari ikuti saya Nona.."
Naya akhirnya berjalan mengikuti langkah Leo
di dampingi Monica.
Mereka tiba di dalam ruang VVIP private. Di sana terlihat Aham tengah duduk tumpang kaki. Di hadapannya duduk 4 orang lelaki yang merupakan relasi bisnis nya. Saat ini mereka masih melakukan pembicaraan. Ke 4 rekan bisnis Aham tampak menatap kedatangan Naya dengan mata yang sama-sama di penuhi tanda tanya sekaligus
terpesona pada kecantikan gadis itu .
Ragu-ragu Naya mendekat lalu berdiri di
samping Aham yang tengah menatapnya datar.
"Duduk ! "
Titah Aham menepuk sofa di samping nya.
Naya menatap ragu kearah 4 orang laki-laki
yang ada di hadapan Aham.
"Kau masih mau berdiri, atau aku yang akan
memaksa mu untuk duduk.!"
Dengan terpaksa Naya segera duduk di sebelah
Aham. 4 orang relasi bisnis tadi menundukkan
kepala di liputi berbagai macam pertanyaan.
Siapa wanita berhijab ini.? Mungkinkah dia wanita
nya Presdir Aham ? Apakah sekarang seleranya
telah berubah ?
"Turunkan pandangan kalian..!"
Aham mengirimkan tatapan ancaman saat
melihat para relasi bisnis nya itu berani mencuri pandang pada Naya dari jarak sedekat ini.
"Maafkan kami Tuan Aham.."
Serempak mereka. Naya terdiam. Sebenarnya
mau apa sih orang ini memanggilnya kesini ?
Apa dia tidak tahu kalau dirinya masih banyak
urusan ! Sore ini dia juga harus tampil bersama
dengan grup gambus nya di sebuah tempat.
"Kau sudah makan siang ?"
Naya tersentak. Dia melirik dan menatap Aham
sebentar. Kemudian menunduk.
"Su-sudah.. barusan.."
"Dengan mantan pacarmu itu ?"
Hahh..kok dia bisa tahu sih ? Naya terlihat salah
tingkah. Dia terdiam, ragu untuk menjawab.
"Dia mantan kekasihmu bukan ?"
"Hanya seorang klien saja kok.."
"Kau sudah pandai berbohong sekarang.!"
Duhh..apa yang harus dia katakan sekarang.
Naya kembali menundukan kepalanya dalam.
"Itu dulu sekali. Kami sudah tidak pernah lagi
saling terhubung.."
"Tapi kamu masih mengingatnya !"
"Tidak ! tidak sama sekali.!"
"Aku lihat orang itu masih berharap padamu !"
"Itu kan hak dia."
Ketus Naya cepat. Aham meliriknya dengan
cepat. Menatap tidak suka, Naya tersenyum gusar.
"Kau harus tahu dimana saat ini berdiri.!"
Pandangan Aham kembali pada klien nya.
Apa maksudnya ? Apa dia sedang mengingatkan
dirinya tentang statusnya sekarang? Naya
mengurut pelipisnya pusing.
"Kita lanjutkan pembicaraan nanti setelah
makan siang.!"
"Baik Tuan. "
Mereka berdiri , kemudian membungkuk,
setelah itu berlalu keluar ruangan.
Tidak lama kedalam ruangan muncul beberapa
pelayan membawakan hidangan makan siang.
Naya terdiam melihat semua pelayan dengan
cekatan dan rapi menata hidangan di atas meja.
"Silahkan Tuan..selamat menikmati makan
siang nya, semoga anda terkesan."
Ucap mereka serempak. Aham menepiskan
tangan, dan para pelayan itu berlalu pergi.
Aham mulai duduk bersiap untuk makan. Dia
menatap Naya yang kini mulai bergerak
mengambil beberapa hidangan yang kira-kira
akan di santap oleh Aham. Bibir Aham terangkat
sedikit.Tepat ! pilihan wanita itu memang apa
yang ingin dia makan. Bagaimana wanita ini
bisa dengan cepat memahami semua yang
bersangkutan dengan dirinya.?
"Silahkan.."
Naya mendekatkan piring makanan ke hadapan
Aham. Tapi laki-laki itu bergeming, dia malah
menatap Naya seolah menunggu sesuatu.
Apalagi sih ? Apa kau mau aku menyuapimu?
Alis Naya berkerut. Aham masih terdiam.
Akhirnya Naya menyendok makanan dan
mendekatkan nya ke mulut Aham. Laki-laki
itu langsung menerima suapannya.
Ya Tuhan.. ngomong kan bisa Tuan ? bikin
orang lain bingung saja. Naya mengomeli
Aham dalam hati .
"Apa yang kalian bicarakan tadi.?"
Naya melirik cepat, menatap Aham sebentar.
Kembali menyendok makanan.
"Hanya membahas tentang kerjasama "
"Cuma itu saja.?"
"Tentu saja! memang apalagi.!"
"Masa lalu Kalian !"
"Itu tidak penting bagiku !"
Aham menatap intens wajah Naya mencari
kejujuran di sana. Naya melirik, keduanya
saling pandang kuat.
"Kau harus tahu posisi mu sekarang !"
Naya terdiam. Posisi apalagi nih maksudnya ?
Apa tentang hubungan mereka berdua.
"Tentu saja aku sadar diri Tuan.."
"Tuan..??"
Naya menutup mulutnya dengan cepat.
Wajahnya langsung gusar. Aham menyeringai
dengan tatapan yang sangat di fahami Naya.
Cup !
Sebelum dia meminta yang lebih aneh Naya
berinisiatif mencium bibir Aham duluan. Sontak
saja wajah Aham berubah geli. Wanita ini !
"Siapa yang menyuruhmu mencium ku.?"
Aahh..lah terus ? Wajah Naya langsung saja
memerah. Tuhan..dia benar-benar tidak punya
muka lagi saat ini.
"Maaf..aku hanya berinisiatif saja."
Lirih Naya menundukan wajahnya dalam. Aham
tidak tahan lagi, tawanya serasa ingin meledak
saat ini . Tunggu ! dia berpikir tentang tawa tadi?
Hal yang selama dua puluh tahun ini tidak pernah
lagi melekat dalam dirinya. Dan karena wanita
panti ini, sesuatu yang tabu bagi dirinya itu kini
seakan kembali mulai mewarnai hari nya.
"Kau sudah mulai berani sekarang !"
"Tidak ! Aku sungguh tidak seberani itu ! tadi
hanya reflek saja."
"Baiklah kau tidak berani, tapi kau mulai liar
sekarang !"
Liar katanya ? kenapa jadi berlebihan begini sih.
Naya..kamu harus lebih berhati-hati mulai saat
ini. Jangan terkecoh lagi oleh permainan liciknya.
"Sekarang naik ke pangkuan ku..!"
"Apa ??"
Mata Naya membulat sempurna. Tatapan
Aham semakin terhunus. Naya menggeleng
kuat. Ini bukan di rumah Tuan..!
"Cepat naik.!"
"Suamiku.. apakah hukuman nya bisa di tunda
nanti saja, kalau kita sudah di rumah?"
Naya terpaksa menurunkan harga dirinya
dengan mencoba mengeluarkan jurus rayuan mautnya. Bodo amat rasa malu ! yang penting
dia tidak harus naik ke pangkuan laki-laki itu
di tempat ini.
Aham menautkan alisnya, menatap Naya penuh
selidik. Tidak di pungkiri ada rasa hangat dalam
hatinya saat Naya melontarkan kata-kata suami
barusan apalagi dengan bersikap manja seperti
itu. Bisakah dia melakukannya setiap saat ?
"Tidak ! akan ada hukuman lain di rumah.!"
"Apa ? kenapa bisa begitu ? memang apalagi
salahku.?"
Naya meletakkan sendok di atas piring. Dia
sedikit beringsut menjauh.
"Kau sudah berani berkencan dengan mantan
kekasihmu.!"
"Aku kan sudah bilang, kami ada urusan bisnis,
tidak ada maksud lain. Aku juga tidak tahu
kalau akan bertemu lagi dengan Kak Rey.."
Wajah Naya kembali pias saat melihat tatapan
Aham kini terlihat serius, datar dan dingin.
"Ohh..kau masih sangat mengingatnya. Dengan
sangat baik.."
Aham mendekat, Naya memundurkan wajahnya
dengan sedikit memucat. Kenapa dia harus salah
bicara lagi sih ?
"Maafkan aku suamiku.."
Naya menunduk. Aham masih menatapnya
penuh kekesalan. Dia benar-benar tidak suka
kalau wanita ini memiliki perhatian terhadap
laki-laki lain. Dan dia tidak akan membiarkan
hal itu terjadi.
"Cepat naik..!"
Naya memejamkan matanya. Apakah ada
pilihan lain selain ini.? Naya pikir ini sangat
berlebihan.
"Bagaimana..kalau yang lain saja.."
Aham semakin geram. Baru wanita ini lah yang
selalu membantah dan mencari alasan tiap kali
dia memberi perintah ! Sangat menarik !
"Tidak ada yang lain.! "
Naya menarik napas berat. Dia menatap Aham
yang saat ini sedang menyeringai licik. Huft..
dasar manusia tidak punya hati !
Perlahan Naya bergerak, saat ini rasa malu
sudah menenggelamkan dirinya ke dasar.
Wajahnya di penuhi semburat merah. Aham
menatap tenang wajah malu itu. Sungguh ! ini
adalah sesuatu yang sangat menyenangkan
bagi dirinya.
Naya sudah duduk menyamping di atas pangkuan
Aham. Tangannya mau tidak mau dia lingkarkan
di leher Aham. Napas Aham tiba-tiba saja jadi
berat. Wajah cantik Naya kini berada dekat di
depan matanya. Wangi bunga lili yang sangat
lembut dan menenangkan membuat perasaan
Aham begitu damai saat ini. Apalagi wanita ini
ada di atas pangkuannya. Mata mereka bertemu, saling terpaut dalam. Jantung keduanya berpacu
dengan kencang.
"Aku tidak suka melihat mu dekat dengan laki-laki
lain. Termasuk saudara angkat ku..!"
Bisik Aham. Tangannya bergerak membelai wajah
Naya yang terlihat gemetar. Tangan kanan Aham
kini meraih pinggang ramping nya, menekan dan
menguncinya membuat Naya memejamkan mata
saat tubuh nya semakin merapat ke tubuh Aham. Wangi memabukkan dari tubuh Aham membuat
Naya kesulitan untuk mengontrol dirinya .
Jari Aham kini berada di bibir indah Naya.
Tatapan matanya semakin intens.
"Akan ku pastikan bibir ini hanya milikku..!"
Bisik Aham parau membuat Naya mengerjapkan
matanya. Apa dia bisa mendengar kembali apa
yang di ucapkan Aham barusan ?
"Sudah ya suamiku..ini adalah tempat umum.
Sangat tidak pantas bagi ku..Tolong, biarkan
aku turun.."
Naya berucap selembut mungkin. Aham yang
masih menatap bibir Naya tertegun. Keduanya
kembali saling pandang lekat. Baiklah..kali ini
Aham mengalah. Dia membiarkan Naya turun
dari pangkuannya.
Naya kembali melanjutkan menyuapi Aham.
Naya menggeleng pelan, laki-laki ini seperti
robot saja, dia terlihat acuh seakan tidak terjadi apa-apa barusan. Sedang dirinya saat ini masih berusaha untuk mengontrol dan menguasai dirinya.
*********
Bersambung.....