Bayi Rahasia Sang Model

Reigner berada dalam perjalanan menuju ke perusahaan. Dia tidak sempat pulang ke rumah dan memutuskan untuk bersiap di ruang kantornya saja. Reigner terus berpikir bagaimana cara untuk mengambil hati Rebecca dan juga Excel.

"Setelah beberapa tahun aku melewati semua dengan sangat kesulitan, kini aku telah bertemu kembali. Tapi masih harus menjalani tahap ujian yang sangat rumit. Aku harus bisa mencairkan bongkahan es dan juga batu karang. Ibu dan anak itu kompak sekali," gumam Reigner pelan.

"Tatapan mata putraku bisa membuat orang berkecil hati. Oh God! Kenapa sifat itu menurun ke putraku? Membuatku sangat pusing." Reigner terus bermonolog dalam hati. Hingga tak terasa telah sampai di kantornya.

Sesampainya di kantor, Reigner disapa oleh Caroline. "Halo Rei, tumben sekali kamu ke kantor dengan berpakaian seperti ini."

"Bukan urusanmu. Oh ya, untuk pertemuan nanti sore aku harap kamu berkelakuan baik. Selalu jaga sikap dan tahu posisimu, karena aku tidak ingin ada orang yang salah paham," ucap Reigner memperingati Caroline.

"Baiklah, aku mengerti!" jawab Caroline santai.

Reigner pun berlalu meninggalkan Caroline yang masih berdiri dengan tatapan bingung. "Apa maksud dari jaga sikap? Seperti sedang menjaga hati seseorang saja."

Sejak keributan hari itu, desas-desus tentang skandal Reigner tertutup. Reigner memberi peringatan pada semua karyawannya untuk tidak bergosip dalam lingkungan pekerjaan. Akhirnya kejadian itu tidak lagi jadi konsumsi publik.

Caroline adalah salah satu model brand ambassador di R&M group. Kinerjanya cukup bagus dalam bidang promosi dan periklanan suatu prodak. Sudah lama juga dia memendam perasaan pada Reigner. Namun, pria itu tidak pernah menggubrisnya.

R&M group didirikan oleh Reigner sendiri. Eksistensinya tanpa campur tangan dari bisnis peninggalan mendiang Ayahnya. Jadi wajar kalau Reigner juga fokus menjalankan bisnis fashionnya itu.

Sesampainya di ruangan, Reigner segera bersiap diri. Sore nanti ada variety show untuk launching prodak terbarunya.

Di Tempat Lain.

Evelyn sedang berjalan keluar dengan Grandma-nya. Dia merasa senang karena berhasil membujuk sang Ibu untuk membuka hati.

"Evelyn, kenapa kamu sangat pintar sekali dalam berekspresi, Sayang?" tanya Teresa pada cucunya.

Evelyn terkekeh geli. "Grandma, Evelyn mengikuti kelas drama di sekolah. Jadi aku sangat jago dalam berakting."

"Memang berbeda cucu Grandma satu ini," sahut Teresa gemas.

"Grandma, Mommy dan Kak Excel itu satu circle. Jadi butuh trik khusus untuk menaklukkan hati mereka. Mommy paling mudah untuk ditaklukkan, Grandma. Paling sulit itu Kakak, sikap cueknya itu bikin Evelyn kesal," jelas Evelyn dengan bibir mengerucut.

"Iya, sifat kalian memang berbanding terbalik. Kamu harus bantu Grandma dan juga Daddy mu untuk bisa meraih hati Mommy sekaligus Kakakmu, Evelyn."

"Pasti Grandma. Aku kasih tahu kelemahan Kak Excel, dia itu paling tidak bisa melihat wanita menangis Grandma. Meski Kak Excel itu jahil, tapi sebenarnya dia sangat penyayang Grandma. Kakak selalu menghiburku ketika aku dimarahi sama Mommy," ucap Evelyn dengan tertawa.

Teresa menggelengkan kepalanya, dia heran dengan sikap Evelyn yang sangat aktif. "Hem, ternyata cucu Grandma sangat bandel ya!"

"No, aku tidak bandel. Evelyn hanya suka hal-hal yang menantang Grandma!"

"Ya, ya, ya. Grandma tahu itu, sepertinya aku harus lebih jeli agar tidak terjebak dalam drama cucuku sendiri," sahut Teresa sehingga membuat Evelyn tertawa cekikikan.

Evelyn dan Teresa meminta izin untuk pulang ke rumah sebentar. Evelyn sudah sangat dekat sekali dengan sang Nenek. Membuat Rebecca merasa tersingkirkan. Di dalam ruangan, Rebecca sedang menunggui Excel. Kondisi Excel sudah mulai membaik, dan besok sudah diperbolehkan untuk pulang.

Excel menatap wajah Ibunya yang datar. Dia ingin menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran. "Mom, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Excel ragu.

Rebecca mengangkat kepalanya dan menjawab. "Kamu ingin bertanya apa Sayang?"

"Pagi tadi, Mommy bicara apa dengan Uncle?"

Rebecca terdiam sesaat, ternyata kejadian tadi pagi telah mengganggunya. "Baiklah, Mommy akan jujur padamu. Mommy akan ceritakan semua masa lalu, hingga hadirnya kamu dan Evelyn di kehidupan Mommy."

"Dulu, waktu umur Mommy masih 21 tahun. Karir Mommy sangat bagus di bidang modeling. Tapi nasib buruk harus Mommy hadapi. Kejadian tak sengaja itu membuat karir Mommy hancur bahkan membuat ku sangat terpuruk."

"Apa semua itu gara-gara Uncle? Apa dia menyakiti Mommy?" sahut Excel penasaran.

"Ya, semua karenanya. Tapi lewat kejadian itu Mommy bisa memiliki kalian. Awalnya, Mommy sangat menyesal karena dia menghancurkan masa depan Mommy. Akan tetapi semua berubah ketika kamu dan Evelyn lahir di dunia. Mommy melihat sebuah kebahagiaan dan membuat Mommy tegar kembali. Makanya, Mommy bingung harus bagaimana? Dalam hati Mom, hanya ada kalian. Belum ada orang lain yang bisa masuk ke dalamnya."

"Melihat ceritamu membuat mata Mommy terbuka lebar. Masa depan dan kebahagiaan kalian adalah prioritas utama Mommy sekarang. Jadi, Mommy memberikan kesempatan untuknya untuk bisa meraih hati Mommy," jelas Rebecca dengan tatapan sendu.

Excel memeluk Ibunya. Dia sangat mengerti sekali apa yang dirasakan wanita yang telah melahirkannya tersebut. "Mom, Excel sayang sama Mommy. Aku tidak ingin ada orang lain yang membuat Mommy bersedih. Mommy segalanya bagi Excel. Mommy jangan menangis lagi ya, karena Excel akan selalu menjadi yang terbaik untuk Mommy."

Rebecca tersenyum mendengar ucapan Excel. Dia salut dengan sikap dewasanya. "Kamu memang anak baik dan bijak. Kamu selalu bisa mengerti Mommy. Maafkan Mommy ya jika peraturan untukmu terlalu keras. Semua demi kebaikanmu, Sayang."

"Ya Mommy, Excel akan selalu menuruti semua yang Mommy ucapkan," ucap Excel mengecup pipi Ibunya.

"Kamu tidak ingin akrab dengan Grandma mu? Sepertinya adikmu sangat menikmati keluarga barunya," ucap Rebecca penasaran.

"No, Mommy. Excel masih belum terbiasa dengan mereka. Excel ingin mereka menarik perhatian ku," jawab Excel sedikit ketus.

Rebecca menaikkan satu alisnya. Dia heran dengan sikap Excel yang juga jual mahal. "Kamu mengikuti cara Mommy?"

"Ya, karena aku Sayang sama Mommy. Aku akan menerima mereka kalau hati Mommy sudah terbuka."

Rebecca tertawa. "Kenapa kamu jadi begini Sayang. Kamu tahu kalau sifat kita itu sangat menyebalkan?"

"Ya, aku tahu Mommy. Tapi Excel suka sifat itu! Mommy tahu, dengan sifat Excel yang begini membuat si gadis jelek itu kesal dan itu sangat menyenangkan, Mommy!"

"Gadis jelek? Siapa dia?" tanya Rebecca bingung.

"Evelyn, Mommy. Dia gadis kecil jelek dan menyebalkan," celetuk Excel sembari tertawa.

"Ck, kamu ini. Jangan terlalu jahil dengan adikmu. Kasihan dia, meski begitu kamu tetap sayang kan, Nak?"

"Ya, tentu. Mommy dan Evelyn adalah segalanya bagi Excel. I love you Mommy."

"Love you too, Honey!"

Rebecca dan Excel saling berpelukan. Baru kali ini Excel mau bercerita dan berterus terang pada Ibunya.