WARNING!!! BIJAKLAH MEMBACA!!! NOVEL 21+!!! JIKA TIDAK SUKA SKIP SAJA . MARI SALING MEMPERMUDAH URUSAN ORANG LAIN MAKA HIDUP ANDA PASTI JUGA AKAN DI MUDAHKAN OLEH TUHAN.
Laura Elsabeth Queen tidak menduga ia akan bertemu kembali dengan Zafran Volkofrich mantan kekasihnya, di acara ulang tahun teman sekelas mereka, 10 tahun yang lalu mereka berpisah dengan tidak damai, orang tua Laura menentang keras hubungan mereka karena Zafran pria miskin. Zafran masih sakit hati pada Laura dan ingin membalas dendam.
Di sisi lain Laura mengetahui rahasia kedua orang tuanya setelah mereka meninggal, dan kini beban berat berada di pundak Laura.
Sedangkan Zafran pria miskin itu kini telah berubah menjadi penguasa dunia bisnis.
Bagaimana kisahnya yuk baca kelanjutannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-EPISODE 31-
Zafran mencari-cari kemana Luwis akan membawa Laura, hingga pria itu mengelilingi setiap deck kapal.
Akhirnya Zafran menemukan mereka berdiri di luar tepatnya di geladak kapal, terlihat Laura memegang pagar besi kapal, rambutnya yang tergerai tertiup angin berterbangan, angin malam sangat dingin dan saat Zafran ingin maju memberikan jasnya, Luwis sudah lebih dulu memberikan jas nya pada Laura membuat Zafran mengurungkan niatnya dan tetap berdiri di tempatnya mengawasi mereka.
"Sial, aku terlihat seperti pencundang!"
Kata Zafran dalam hati dan mengepalkan tangannya.
"Aku punya sesuatu untukmu."
Luwis mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jas nya.
Laura terkejut tiba-tiba Luwis memasangkan gelang kecil yang cantik di tangan Laura.
"Apa ini Luwis?"
Tanya Laura terkejut.
"Sebelum terbang ke sini memakai helikopter, aku sempat membeli gelang itu, setelah pulang dari sini aku berniat ingin menemuimu."
"Sebenarnya aku selalu memikirkanmu, apalagi kita bertemu kembali di acara reuni sekolah, dan setelah saat itu aku terus memikirkanmu. Tapi ternyata kita justru bertemu di sini."
Luwis tertawa dan menyandarkan punggung bawahnya pada pagar jeruji besi kapal dimana Laura pun memegang besi pagar kapal menatap air yang terlihat gelap sedangkan Luwis terus memandangi wajah cantik Laura yang terlihat putih di terpa angin malam.
"Terima kasih Luwis, tapi aku harus kembali, aku takut Zafran membutuhkan sesuatu dan aku tidak ada di sana."
Kata Laura.
"Berikan ponselmu."
Kata Luwis.
"Untuk apa?"
Tanya Laura.
"Berikan saja."
Laura kemudian memberikan ponselnya pada Luwis dan terlihat Luwis mengetik beberapa nomor dan menyimpannya, kemudian melakukan panggilan ternyata itu panggilan ke ponselnya sendiri.
"Aku sudah menyimpan nomorku, dan aku akan menyimpan nomor ponselmu, hubungi aku jika ada sesuatu."
Kata Luwis.
Laura hanya tersenyum dan menyimpan ponselnya kembali.
"Terimakasih untuk gelangnya."
Kemudian Laura pergi meninggalkan Luwis namun tiba-tiba Luwis menahan lengan Laura.
"Jaga diri baik-baik. Kau harus janji hubungi aku jika terjadi sesuatu."
Luwis meyakinkan Laura, dan pria itu terlihat cemas, sedangkan gadis itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Sebelumnya Zafran sudah lebih dulu pergi saat Laura berpamitan pada Luwis dan pria itu pergi menuju kamarnya.
Zafran meminum alkoholnya di balkon kamarnya. Terdengar suara pintu pertanda Laura yang sudah memasuki kamarnya juga, tentu saja pria itu di penuhi perasaan menggondok di dalam dadanya, ia melangkahkan kakinya menuju kamar Laura, melalui pintu penghubung.
Zafran membuka pintu kamar penghubung, Laura terkejut, ia menoleh dengan cepat siapa yang masuk ke dalam kamarnya, karena Laura sedang berusaha membuka resleting gaunnya, terlihat gadis itu menyibakkan rambut ke sisi bahu kirinya memperlihatkan leher jenjang yang putih dan mulus.
"Bisakah kau mengetuk dulu sebelum membuka pintu!"
Kata Laura.
"Ku pikir Zafran belum kembali dan masih bersenang-senang dengan wanita itu."
Ujar nya dalam hati.
"Kenapa harus sekaget itu."
Kata Zafran tenang.
"Kau masuk ketika aku ingin mengganti bajuku, ku pikir kau masih bersama pacarmu."
Kata Laura memprotes.
"Dia bukan pacarku."
Kata Zafran masih dengan suara datar.
"Oh ya aku lupa, dia tunanganmu."
Kata Laura lagi.
"Kau suka sekali mengarang."
Bantah Zafran
Melihat cara Zafran memandang lehernya, Laura dengan cepat mengurungkan niatnya untuk berganti pakaian, ia kemudian menurunkan tangannya dan membenarkan rambutnya.
Namun Zafran dengan cepat memegang pergelangan tangan Laura dan melihat gelang yang Laura pakai kemudian mengibaskan tangan Laura dengan kasar.
"Lepaskan gelang itu."
Kata Zafran.
"Kenapa."
Tanya Laura ketus.
"Aku tidak suka, mataku sakit melihat barang murah."
"Nanti akan ku lepas, bisakah kau keluar aku ingin mandi dan berganti pakaian."
Laura memalingkan wajahnya.
"Jangan menyulut kemarahanku, lepaskan sekarang juga!!"
Bentak Zafran.
"Kenapa denganmu!!! Sebentar sebentar kau baik sebentar lagi kau marah, sebentar lagi kau suruh aku ini dan itu!"
Teriak Laura.
"Kenapa kau selalu membuatku mengulangi kalimatku Laura. Lepaskan gelang itu atau ku tarik paksa!!!"
Laura kemudian melepaskan gelang itu dan menaruh nya di atas meja hingga tangannya membentur keras meja itu.
"Apa kau puas!!!"
Laura mendengus kesal.
Zafran kemudian mengambil gelang itu. Membuat Laura terkejut dan menahan pria itu.
"Kenapa kau mengambilnya Zafran!"
Kata Laura, matanya terbelalak.
"Kau berani menatapku dengan tatapan seperti itu?!!"
Zafran mendekatkan wajahnya pada wajah Laura dan menatap tajam pada mata Laura.
"Kau tidak berhak mengatur atur hidupku dan privasiku, kembalikan gelang itu!"
Kata Laura tak kalah garang.
Zafran tidak peduli dengan perkataan Laura, pria itu melangkah menuju balkon dan siap melemparkan gelang itu ke laut namun tangan Laura dengan cepat memeluk tubuh Zafran yang besar.
Dada Zafran terlihat naik dan turun karena amarahnya.
"Aku mohon jangan membuangnya."
Laura memohon pada Zafran dengan suara lirih.
"Sepenting itukah barang ini, hingga kau beraninya memohon hanya demi gelang murah ini."
Laura hanya diam tak menjawab pertanyaan Zafran.
"Tatap aku."
Zafran menarik tubuh Laura dengan satu tangannya mendekatkan tubuh gadis itu pada tubuh kekarnya, pria itu memeluk Laura dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang gelang itu.
"Aku tidak tahu itu penting atau tidak, tapi yang ku tahu aku hanya tidak ingin kau membuangnya, jika kau tidak suka aku akan mengembalikannya."
Kata Laura tertunduk.
"Kau akan mengembalikannya?"
Tanya Zafran.
"Ya aku janji akan mengembalikannya, jangan membuangnya."
"Besok kita kembalikan bersama, aku ingin melihat siapa orang yang telah memberikan gelang murahan ini padamu."
Kata Zafran berbohong seolah ia tidak tahu siapa yang memberikan gelang tersebut, kemudian Zafran memeluk tubuh Laura, seakan ia tidak ingin kehilangan gadis itu.
"Bisakah kau melepaskanku juga."
Kata Laura.
"Kenapa kau selalu meminta sesuatu yang tidak ku sukai. Kau sangat membuatku kesal, dan aku ingin sekali menghukummu."
Kata Zafran kesal, pria itu sedang ingin memeluk Laura namun gadis itu justru ingin berniat pergi darinya.
"Menghukumku?"
Laura tak mengerti.
Dengan cepat Zafran mencium bibir Laura, membuat gadis itu yang tidak memiliki pertahanan diri sama sekali terkejut dan membelalakkan matanya, Laura berusaha melepaskan diri namun sia-sia, Zafran justru semakin dalam dan rakus mencium Laura.
Zafran menuntun Laura untuk berjalan mundur ke arah ranjang, Laura dengan sekuat tenaga menahan namun kekuatan Zafran jauh lebih besar.
"Aku mohon jangan lakukan sesuatu yang akan membuatku membencimu seumur hidupku Zafran."
Kata Laura dalam hatinya, gadis itu tidak dapat berbicara dan tidak dapat berontak.
Zafran terus mencium Laura, dan masih mendorong tubuh Laura untuk mengikutinya menuju ranjang.
Zafran menjatuhkan dirinya tepat di atas Laura, dan masih mencium gadis itu.
"Aku mohon jangan lakukan Zafran."
Kata Laura dalam hatinya, gadis itu masih berusaha memberontak hingga tenaganya mulai melemah.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu."
Laura meneteskan air matanya.
Zafran masih membungkam mulut Laura dengan ciumannya, tangannya mulai meraih gaun Laura dan mencoba membukanya.
Laura memberontak di sisa-sisa tenaga terakhirnya.
.
.
.
~bersambung~