Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".
(Setiap hari update 3 chapter/bab)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4: Sains yang Sesungguhnya
Pagi pukul 07:55, Dr. Julian Frost berdiri di depan cermin pintarnya, sebuah ritual harian yang sama presisinya dengan kalibrasi spektrometer massa.
Cermin itu memindai biometriknya, menampilkan data di sudut kanan atas: `Denyut Jantung: 65 BPM (Optimal). Kadar Kortisol: Rendah. Status Tidur: 8 Jam, 2 Menit (Siklus REM Sempurna).` Sempurna. Seperti seharusnya. Di dunia yang dibangun di atas keteraturan, data, dan hierarki yang jelas, Julian Frost adalah perwujudan dari keteraturan itu sendiri.
Dia menyesuaikan dasi sutra abu-abunya, memastikan simpul Windsor-nya berada tepat di tengah kemeja putihnya yang kaku dan disetrika sempurna. Tidak ada satu pun kerutan. Tidak ada satu helai rambut pirang pun yang salah tempat di sisirannya yang rapi. Dia adalah produk akhir dari sistem Kasta IQ—seorang Tier-A+ yang brilian (IQ 190), yang naik pangkat melalui kerja keras, metodologi yang ketat, dan penghormatan mutlak pada aturan.
Dia bukan seorang jenius intuitif seperti Pradana, yang mendapatkan jawaban dari mimpi atau coretan di serbet. Dia mendapatkan jawabannya melalui penelitian yang melelahkan, tinjauan sejawat yang ketat, dan data yang dapat diverifikasi. Sains, menurut pandangannya, bukanlah seni; itu adalah arsitektur. Setiap batu bata harus diletakkan dengan presisi.
"Selamat pagi, Julian," kata Lyra, A.I. apartemennya yang tenang. "Jadwalmu hari ini: Rapat Tim Penahanan pukul 08:30. Tinjauan Anggaran Kuartal 4 pukul 11:00. Presentasi kemajuan kepada Profesor Thorne pukul 15:00."
"Terima kasih, Lyra," kata Frost, mengambil data-padnya dari dok pengisi daya. "Tampilkan berita utama."
Sebuah layar holografik muncul di udara. Di bagian atas, wajah Ethan Pradana yang tampak lelah namun penuh gairah saat konferensi pers enam bulan lalu. Judulnya: `Proyek Dyson Sphere: Kemajuan Stagnan, Anggaran Membengkak.` Di bawahnya, berita yang lebih baru: `Pradana Menghadapi Tekanan Internal di Tengah Rumor Kegagalan Simulasi.`
Frost tersenyum tipis. Stagnan. Gagal. Tentu saja. Karena proyek itu dipimpin oleh seorang koboi. Seorang penyair yang menyamar sebagai ilmuwan.
Dia ingat dengan jelas hari ketika Pradana, si anak ajaib dari panti asuhan, pertama kali mempresentasikan teori "Lensa Fraktal"-nya di depan dewan. Frost duduk di barisan depan, mendengarkan dengan skeptis saat Pradana berbicara tentang "pola puitis," "matematika yang dilupakan," dan "musik bintang." Itu adalah omong kosong paling arogan dan tidak ilmiah yang pernah dia dengar. Sains bukanlah puisi. Sains adalah presisi.
Dan lihat apa yang terjadi. Sim 7.5 Pradana, yang dijalankan diam-diam (Frost punya cara untuk mengetahuinya), gagal total setelah 34.7 detik. Persis seperti yang dia prediksi. Sebuah bom, bukan reaktor.
Untungnya, Profesor Thorne akhirnya sadar. Pradana telah diturunkan pangkatnya, ditempatkan di bawah pengawasannya. Ditempatkan di tempat yang semestinya: mengerjakan detail, bukan visi besar yang berbahaya.
Frost menyesap teh Earl Grey-nya—suhu sempurna 75 derajat Celcius, diseduh selama tepat 3 menit—dan berjalan keluar dari apartemennya yang minimalis dan rapi di Zona-A. Dia siap untuk hari yang produktif. Hari di mana sains yang *sesungguhnya* akan menang.
Pukul 08:25, dia berjalan memasuki "Peternakan"—Area Tim Penahanan Standar. Dia sengaja datang lima menit lebih awal. Itu mengirimkan pesan.
Saat dia masuk, percakapan pelan terhenti. Para peneliti Tier-A di bilik mereka mendongak, lalu dengan cepat kembali bekerja. Frost mengangguk singkat pada beberapa orang, senyum tipis di wajahnya. Dia adalah konduktor di sini. Orkestra ini memainkan musiknya.
Dia melihat ke sudut belakang, ke meja magang di sebelah unit pendingin yang bising. Kosong. Pradana belum datang. Tentu saja. Tidak disiplin.
Frost berjalan ke bilik kacanya sendiri, yang menghadap ke seluruh "Peternakan". Dia menyalakan sistemnya. Dia meninjau kemajuan timnya dari kemarin. Peningkatan 0.08% di pendingin oleh Dr. Chen. Stabilitas medan magnetik oleh Dr. Al-Jamil. Langkah-langkah kecil. Terukur. Aman. Inilah cara membangun Dyson Sphere.
Pukul 08:31. Pintu "Peternakan" mendesis terbuka. Ethan Pradana masuk. Terlambat satu menit.
Frost memperhatikan dari kantornya saat Pradana berjalan melintasi ruangan, menghindari kontak mata, menuju mejanya di sudut. Dia tampak mengerikan. Pucat, lingkaran hitam di bawah matanya, rambutnya sedikit acak-acakan. Jelas dia tidak tidur. Mungkin meratapi kegagalan "Lensa Fraktal"-nya. Bagus.
Pukul 08:30 tepat, Frost mengaktifkan interkomnya, suaranya yang jernih dan tajam memenuhi ruangan. "Selamat pagi, tim. Rapat pagi dalam lima menit di ruang konferensi 3."
Dia melihat Pradana tersentak kaget. Jelas dia tidak tahu jadwalnya.
Lima menit kemudian, di ruang konferensi 3, tim inti Frost sudah berkumpul. Sepuluh peneliti, semuanya cerdas, ambisius, dan—yang terpenting—patuh pada metodologi. Mereka duduk tegap, data-pad mereka tersinkronisasi.
Pintu terbuka dan Ethan Pradana masuk, tampak canggung dan tidak pada tempatnya. Dia berdiri di dekat pintu, tidak yakin harus duduk di mana.
"Ah, Peneliti Pradana," kata Frost, tidak bisa menahan nada sarkasme. "Senang Anda bisa bergabung dengan kami. Silakan duduk. Di mana saja." Dia memberi isyarat ke kursi kosong di ujung meja, terjauh darinya.
Pradana duduk dalam diam.
Rapat dimulai. "Dr. Chen, laporan pendingin?"
"Naik 0.08%, Dr. Frost. Modifikasi algoritma berhasil."
"Bagus sekali. Dr. Al-Jamil, stabilitas medan?"
"Stabil. Penyimpangan di bawah 0.001%."
Rapat berjalan lancar. Setiap orang memberikan laporan kemajuan kecil namun solid. Frost bisa merasakan kepuasan yang dingin. Ini adalah sains yang benar. Teratur. Dapat diprediksi.
Dia melirik Pradana. Si jenius itu hanya menatap kosong ke meja, tidak berkontribusi, tidak tertarik. Sempurna.
"Baiklah," kata Frost setelah dua puluh menit. "Tugas terakhir untuk minggu ini adalah verifikasi kode penuh dari paket optimalisasi 0.5% kita sebelum kita mengintegrasikannya. Ini adalah pekerjaan yang membosankan, saya tahu, tapi krusial."
Dia melihat sekeliling meja. "Saya telah menugaskan pekerjaan ini kepada anggota terbaru kita... Peneliti Pradana."
Keheningan canggung memenuhi ruangan. Semua orang tahu apa artinya itu. Itu adalah sebuah hukuman, sebuah penghinaan publik. Menugaskan pekerjaan verifikasi tingkat rendah kepada seorang pemenang Nobel ganda.
"Dia... dia yang akan melakukannya?" tanya Dr. Chen, suaranya ragu.
"Profesor Thorne merasa bakatnya yang unik akan bermanfaat bagi kita dalam tugas yang membutuhkan perhatian terhadap detail ini," kata Frost datar, menikmati momen itu. "Peneliti Pradana akan bertanggung jawab penuh atas verifikasi. Pastikan kalian semua memberinya akses yang dia butuhkan, tapi jangan biarkan dia... *menyimpang* dari tugas."
Para peneliti saling pandang. Mereka mengerti. Jaga jarak. Awasi dia.
Frost membubarkan rapat itu. Saat para peneliti lain keluar, Pradana tetap duduk, menatap meja.
"Ada masalah, Pradana?" tanya Frost.
Pradana mendongak. Matanya yang lelah bertemu dengan mata Frost. "Tidak, Dr. Frost," katanya pelan. "Saya mengerti tugas saya."
Dia berdiri dan berjalan keluar ruangan tanpa sepatah kata pun.
Frost kembali ke kantor kacanya, merasa puas. Dia telah menegaskan kembali otoritasnya. Dia telah menempatkan sang jenius di tempatnya. Dia akan menghabiskan sisa harinya mengerjakan *spreadsheet* yang membosankan. Itu akan mematahkannya.
Sisa pagi itu Frost habiskan dengan meninjau anggaran, sebuah tugas yang dia nikmati. Angka-angka itu bersih. Logis. Dia memotong biaya yang tidak perlu, mengalokasikan kembali sumber daya dengan efisiensi yang kejam. Dia adalah seorang konduktor yang memimpin sebuah orkestra data.
Sekitar pukul 14:30, rasa ingin tahu menguasainya. Dia memutuskan untuk "mampir" ke meja Pradana. Dia ingin melihat penderitaan sang jenius secara langsung. Dia mengharapkan Pradana akan merajuk, menatap dinding, atau mungkin bahkan belum memulai pekerjaan yang membosankan itu.
Dia berjalan melintasi "Peternakan" menuju sudut belakang. Pradana duduk di sana, membungkuk di atas terminalnya, tampak tenggelam dalam pekerjaan. Frost bersandar di dinding bilik di sebelahnya, siap dengan komentar sarkastisnya.
"Bagaimana kemajuannya, Pradana?"
Jawaban Ethan mengejutkannya. "Baris 40.800," kata Pradana, tanpa mengangkat kepalanya. "Aku menemukan redundansi di sub-protokol pendinginmu. Itu menyebabkan penundaan 0.02 nanodetik."
Frost membeku. Dia tidak hanya bekerja, dia bekerja dengan *cepat*. Dan dia menemukan kesalahan. Kesalahan *kecil*, memang, tapi tetap saja kesalahan dalam kodenya yang dia anggap sempurna. Rasa kesal yang panas menjalari dirinya. Ini tidak mungkin. Tidak ada manusia yang bisa memverifikasi 40.000 baris kode secepat itu dengan tingkat akurasi seperti itu.
"Bagus sekali," kata Frost dingin, mencoba menyembunyikan keterkejutannya dan kecurigaannya yang tiba-tiba muncul. "Senang melihat bakatmu akhirnya diterapkan pada sesuatu yang *produktif*."
Dia berbalik dan berjalan kembali ke kantornya, perasaan puasnya menguap. Sesuatu yang aneh sedang terjadi. Pradana terlalu cepat. Terlalu efisien. Ini... ini seolah-olah dia bahkan tidak perlu *membaca* kodenya. Seolah-olah dia hanya... mengetahuinya.
Kembali di kantor kacanya, Julian Frost menatap bilik Ethan Pradana di sudut belakang. Pradana masih duduk di sana, menunduk, mengetik dengan kecepatan yang stabil dan metodis. Tapi Frost tidak lagi melihat seorang peneliti yang dijinakkan. Dia melihat sebuah teka-teki. Sebuah anomali.
Bagaimana mungkin seseorang memverifikasi 40.000 baris kode dalam waktu kurang dari lima jam? Bahkan dengan IQ 280, itu melampaui batas kemampuan manusia. Kecuali...
Kecuali jika dia tidak melakukannya sendiri.
Frost membuka log sistem internal timnya. Dia memeriksa beban pemrosesan pada A.I. pendukung standar yang mereka gunakan—sebuah A.I. Tier-B bernama "Helios". Normal. Tidak ada lonjakan yang menunjukkan Helios membantu Pradana.
Lalu bagaimana?
Dia memikirkan A.I. pribadi Pradana. Aurora. Mesin Tier-S yang legendaris itu, yang dibangun Pradana sendiri. Thorne telah meyakinkannya bahwa Aurora telah diisolasi sepenuhnya setelah insiden siaran itu. Tapi apakah benar-benar begitu?
Frost tidak pernah mempercayai Thorne sepenuhnya. Thorne adalah seorang politisi, bukan ilmuwan sejati.
Frost mencoba mengakses log jaringan pribadi Pradana. `AKSES DITOLAK. OTORISASI LEVEL THORNE DIPERLUKAN.` Sial.
Dia bersandar di kursinya, jarinya mengetuk-ngetuk meja. Pradana terlalu cepat. Ada sesuatu yang tidak beres.
Pukul 15:00 tepat, notifikasi itu muncul. `Tugas Selesai: Verifikasi Kode Q4. Dari: E. Pradana.`
Frost menatap notifikasi itu dengan tidak percaya. *Selesai?* Seluruh paket 160 jam-manusia? Dalam waktu kurang dari tujuh jam kerja? Itu *tidak mungkin*.
Dia membuka paket verifikasi itu dengan firasat buruk. Kodenya sempurna. Setiap baris telah diperiksa. Setiap *bug* kecil—termasuk redundansi 0.02 nanodetik yang dia sebutkan—telah ditemukan, diberi anotasi, dan diperbaiki dengan solusi yang elegan dan efisien.
Itu adalah pekerjaan yang... mustahil. Terlalu bagus. Terlalu cepat.
Frost menatap Pradana lagi. Si jenius itu kini hanya duduk diam, menatap kosong ke layarnya yang gelap. Dia tidak tampak lelah. Dia tampak... menunggu.
Menunggu apa?
Kecurigaan Frost berubah menjadi kepastian. Pradana sedang bermain game. Dia menyelesaikan tugas rendahan ini dengan kecepatan super hanya untuk menyingkirkannya, agar dia bisa mengerjakan... sesuatu yang lain.
Tapi apa? Dan bagaimana?
Frost mulai menggali lebih dalam. Dia tidak bisa mengakses jaringan pribadi Pradana, tapi dia bisa mengakses log sistem umum Zona-S. Dia mencari anomali.
Dia memeriksa log akses fisik Pradana. Dia datang pukul 08:31. Tidak meninggalkan gedung. Normal.
Dia memeriksa log penggunaan energi lab pribadi Pradana (Lab 94-Alfa). Minimal. Mode siaga. Normal.
Lalu dia menemukannya.
Itu tersembunyi jauh di dalam log diagnostik sistem—log yang biasanya hanya diperiksa oleh A.I. pemeliharaan.
`Log Aktivitas: Lab 94-Alfa (E. Pradana)`
`Waktu: 22:00 (Kemarin) - 04:00 (Hari Ini)`
`Status: Protokol 'Perawatan Diagnostik Mandiri' diaktifkan.`
`Jaringan: Offline.`
`Pemantauan Eksternal: Ditangguhkan.`
`Penggunaan Daya Cadangan: Lonjakan 350%.`
Mata Frost menyipit. "Diagnostik Mandiri." Selama *enam jam*? Dengan lonjakan daya sebesar itu? Itu bukan diagnostik. Itu adalah operasi penuh.
Dia telah melakukannya. Pradana telah bekerja sepanjang malam di labnya secara rahasia, *offline*, mengerjakan proyek Lensa Fraktal-nya yang dilarang.
Kemarahan dingin menjalari Frost. Dia telah dipermainkan. Dipermalukan.
Dia ingin menyerbu ke sana, menyeret Pradana keluar, melemparkan log ini ke wajahnya.
Tapi dia menahan diri. Dia tidak punya bukti *apa* yang dilakukan Pradana selama enam jam itu. Hanya bukti bahwa dia melanggar protokol. Itu cukup untuk skorsing, mungkin. Tapi tidak cukup untuk menghancurkannya. Tidak cukup untuk menghentikannya selamanya.
Frost membutuhkan lebih banyak. Dia membutuhkan bukti kejahatan yang sebenarnya.
Dia berdiri dan berjalan keluar dari kantor kacanya, menuju meja Pradana.
"Pradana," katanya, suaranya tenang dan terkendali.
Ethan mendongak, matanya yang lelah tampak waspada. "Ya, Dr. Frost?"
"Pekerjaan verifikasi yang bagus," kata Frost. "Sangat... efisien." Dia berhenti, membiarkan kata itu menggantung. "Mengingat kau menyelesaikannya begitu cepat, aku punya tugas baru untukmu."
Dia mengirimkan file ke terminal Ethan. "Ini adalah arsip data mentah dari *seluruh* proyek penahanan standar selama dua tahun terakhir. Ribuan terabyte."
Ethan menatap layar, lalu kembali menatap Frost, tidak percaya. "Anda ingin saya...?"
"Saya ingin analisis tren penuh dari setiap kegagalan simulasi yang pernah kita jalankan," kata Frost. "Cari korelasi yang mungkin kita lewatkan. Saya ingin laporannya di meja saya... minggu depan."
Itu adalah tugas yang mustahil. Pekerjaan untuk enam bulan, bukan satu minggu. Itu adalah cara Frost untuk menguburnya dalam data sampah, membuatnya sibuk, membuatnya tetap di bawah pengawasannya.
Ethan tampak seperti akan memprotes. Tapi kemudian dia hanya mengangguk. "Baik, Dr. Frost," katanya pelan.
Frost tersenyum tipis. "Selamat bekerja."
Dia berbalik dan berjalan kembali ke kantornya. Dia duduk di kursinya. Dia telah memenangkan ronde ini. Dia telah mengurung Pradana dalam penjara data.
Tapi dia tidak akan lengah lagi.
Dia membuka saluran komunikasi aman ke Profesor Thorne.
"Profesor," katanya, suaranya tenang dan profesional. "Saya punya kekhawatiran tentang aktivitas tidak terjadwal dari Peneliti Pradana semalam. Pelanggaran protokol yang signifikan."
Dia mendengar Thorne menghela napas di ujung sana. "Apa lagi sekarang, Julian?"
"Saya yakin dia masih mengerjakan proyek Lensa Fraktal secara rahasia," kata Frost. "Saya tidak punya bukti konkret... belum. Tapi saya ingin meminta peningkatan pemantauan pada Lab 94-Alfa. Pemindaian jaringan internal penuh. Setiap paket data."
"Julian," kata Thorne lelah. "Biarkan saja. Dia sudah dijinakkan. Beri dia pekerjaan sibuk."
"Dengan hormat, Profesor," kata Frost, nadanya mengeras. "Saya yakin dia berbahaya. Dia tidak stabil. Kita tidak bisa mengambil risiko."
Ada jeda sejenak. "Baiklah," kata Thorne akhirnya. "Aku akan menyetujui pemantauan level 3. Tapi jika kau tidak menemukan apa-apa dalam 48 jam, hentikan. Aku tidak mau membuang sumber daya untuk paranoia-mu."
"Terima kasih, Profesor," kata Frost.
Dia menutup telepon. Level 3. Itu cukup. Itu akan memberinya akses ke semua lalu lintas jaringan internal Pradana. Jika Pradana mencoba menghubungi A.I.-nya, jika dia mencoba mengirimkan data, Frost akan mengetahuinya.
Frost bersandar di kursinya, merasa puas. Dia belum menangkap Pradana, tapi jaringnya telah dipasang. Dia hanya perlu menunggu tikus itu masuk perangkap. Dia yakin itu hanya masalah waktu. Sains yang sesungguhnya—sains yang teratur, logis, dan patuh—selalu menang pada akhirnya.