NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:428
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Andika Dimana?

Pukul 06.10 pagi.

Langit masih malu-malu membuka tirainya, tapi kamar Tiny sudah terang. Bukan karena matahari, tapi karena semangat yang meledak dari seorang pengantin wanita yang tak bisa berhenti tersenyum di depan cermin.

“Ya ampun... ini alat makeup-nya lucu banget, sih,” gumam Tiny sambil membuka satu per satu kuas yang tertata rapi di meja rias. Ada blush on, highlighter, hingga lipstik nude yang disusun khusus untuk hari ini.

Ia lalu menoleh ke sebelah—gaun akad berwarna putih tulang tergantung manis di lemari kaca. Hiasan renda di bagian bahu dan ujung lengan itu membuat matanya berbinar.

“Cantik banget... kayak aku~” ujarnya sambil tertawa pelan sendiri.

Namun bukan hanya gaunnya yang membuat hati Tiny berdesir. Di samping gaun itu, tergantung rapi setelan jas berwarna senada, milik Andika.

Tiny mendekat, lalu menyentuh bahu baju itu pelan. “Kamu pasti ganteng banget nanti, Ndi...”

Meskipun akad dilaksanakan pukul sembilan, Tiny sudah bersiap sejak subuh. Bahkan makeup artist yang datang pun sempat terkekeh, “Mbak pengantin kayaknya yang paling semangat ya se-kecamatan ini.”

Dan memang benar.

Tiny tak bisa menahan antusiasmenya. Bahkan sebelum cermin disentuh kuas, senyumannya sudah seperti matahari pagi.

Karena hari ini, dia akan menikah.

Akad kali ini dilaksanakan di halaman depan rumah Tiny—sebuah permintaan khusus dari Andika yang diam-diam diamini oleh dirinya.

Rumah yang ditempati Tiny cukup luas, dan halaman depannya didekorasi dengan penuh detail. Nuansa putih dan hijau mendominasi, dengan bunga melati dan eucalyptus tergantung di setiap sisi. Meja akad sederhana diletakkan tepat di bawah pohon besar yang menaungi suasana.

Namun di balik keindahan itu, ada satu alasan yang membuat Tiny diam beberapa detik tadi pagi, ketika menatap gaunnya:

“Aku mau... saksi pertama kita bukan langit-langit gedung, tapi atap rumahmu. Tempat kamu tumbuh, tempat kamu belajar bertahan, tempat kamu tertawa bareng keluargamu. Aku pengin semua itu jadi saksi... kalau kamu hari ini, jadi milikku.”

Itulah jawaban Andika, saat Tiny bertanya kenapa tidak akad di hotel atau gedung.

Tiny menahan napas saat mengingat kalimat itu. Bibirnya bergeming, matanya berkaca-kaca. Ia peluk pelan gaun putihnya.

“Bentar lagi...” bisiknya.

Lalu ia menatap pantulan dirinya di cermin, berdiri lebih tegak. Pipinya masih merona. Dan senyum itu—senyum tulus yang belum sempat pamit sejak pagi tadi—masih setia di sana.

°°°°

Pukul 07.30.

Semua persiapan selesai lebih cepat dari yang dijadwalkan. Tiny sudah duduk manis di depan meja rias dengan gaun akad putihnya yang anggun. Wajahnya sudah dipoles rapi, make-up-nya lembut tapi menyala—membuat pesona alaminya makin terpancar.

Kini, tak ada lagi makeup artist di sampingnya. Hanya ada dua wanita terdekat yang selalu hadir di setiap fase hidupnya: Mama Ina, dan sang kakak, Alicia.

Mama Ina tersenyum sambil memperhatikan putri bungsunya dari belakang. Matanya berkilat lembut, penuh rasa bangga dan haru.

“Semangat banget anak bontot Mama,” ucap Mama Ina sambil menepuk pelan bahu Tiny.

Tiny, yang sedang meneguk air putih dari gelas kaca kecil, langsung terkekeh. “Iya lah, Ma. Nggak sabar mau jadi istri orang.”

Nada suaranya riang, senyum di wajahnya tak kunjung pergi.

Alicia ikut tertawa sambil duduk di sisi tempat tidur. “Ceria banget. Nggak kayak aku dulu, semalaman diam gara-gara tegang.”

“Karena Kak Alicia bukan aku,” sahut Tiny cepat, disambut tawa kecil di seluruh ruangan.

Mama Ina menggeleng pelan, matanya tak lepas dari wajah putrinya di cermin. “Kamu tuh ya, dari bayi udah bawanya lucu. Sekarang mau akad, masih aja bisa becanda. Tapi Mama seneng... karena kamu bahagia.”

Tiny menoleh sebentar, lalu tersenyum manis. “Bahagia banget, Ma.”

Beberapa detik berlalu dalam diam hangat. Sampai kemudian, Tiny kembali membuka suara.

“Kak, Elvan sama Elvi mana?” tanyanya pada Alicia.

Alicia tertawa, sudah bisa menebak arah pertanyaan itu. “Sama Papa-nya lah. Kalau dibawa ke sini bisa berabe. Bisa-bisa kamarmu berubah jadi arena balap mobil-mobilan.”

Tiny ikut tertawa. Ia membayangkan si kembar kesayangannya berlari sambil teriak-teriak seperti biasa. “Bener juga...”

Tiny kembali menatap cermin, tapi kali ini matanya lebih tenang. Lalu ia bertanya lagi, “Aney mana?”

“Ada sama Bang Rez,” jawab Alicia sambil merapikan ujung veil gaun adiknya. “Main sama Elvan Elvi kayaknya.”

Tiny mengangguk pelan.

Aney—nama kecil dari Aneley, ponakan pertamanya.

Sambil melipat tangan di pangkuan, Tiny menarik napas panjang. “Satu setengah jam lagi, ya...”

Mama Ina berjalan pelan ke arah putrinya, lalu memeluk pundak Tiny dari belakang. “Iya, sayang. Satu setengah jam lagi... kamu bakal duduk di pelaminan, digandeng suami kamu. Tapi buat Mama... kamu tetap gadis kecil yang dulu suka main pasir di halaman.”

Tiny menoleh pelan, lalu tertawa, “Ya ampun, Ma... aku nangis lho kalau Mama ngomong gitu.”

Alicia ikut tersenyum, nada suaranya lembut, tapi ada sedikit gurauan khas suaminya yang mulai terbawa, “Bagus, biar make-up-nya ulang.”

“Eits!” Tiny cepat-cepat duduk tegak. “Nggak boleh! Udah cakep gini masa diulang?”

Tawa kembali pecah kecil di kamar itu.

Namun tawa itu perlahan meredup, saat Mama Ina menatap jam dinding yang tergantung di sudut kamar.

“Hm... Andika kok belum ke sini ya?” gumam Mama Ina pelan, tapi cukup terdengar.

Tiny menoleh cepat. Senyumnya menipis. “Iya juga... harusnya udah datang, kan, Ma?”

Alicia ikut memandang jam. “Setengah delapan lebih. Padahal jam sembilan akad. Kemana dia?”

Baru saja ketegangan itu muncul, pintu kamar terbuka.

Diva masuk dengan gaya khasnya yang bersemangat—namun kali ini tak membawa canda sebanyak biasanya.

“Cantik banget sahabat gue,” katanya sambil menatap Tiny dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Kaya peri-peri bridal versi Indonesia.”

Tiny tertawa kecil. Tapi kekehannya terdengar hampa. Ada sesuatu yang mengganggu di dadanya.

Ia melirik jam sekali lagi.

“Diva,” ucapnya pelan. “Satu jam lagi akad, tapi... Andika belum kelihatan. Lo liat dia nggak?”

Diva menggeleng sambil menaruh tas kecilnya di meja. “Nggak. Barusan Bang Rez juga ngomong—udah nelponin Andika berkali-kali tapi nggak diangkat.”

Tiny langsung duduk lebih tegak. Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel di atas meja rias.

“Lo nelpon siapa?” tanya Diva, walau bisa menebak jawabannya.

“Andika lah... siapa lagi?” suara Tiny mulai terdengar panik.

Ia menekan kontak nama yang sudah ada di daftar favorit teratas. Menunggu. Satu nada sambung. Dua. Tiga.

Tak diangkat.

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!