NovelToon NovelToon
Batas Kesabaran Seorang Istri

Batas Kesabaran Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hilma Naura

Sebuah perjodohan tanpa cinta, membuat Rosalina harus menelan pil pahit, karena ia sama sekali tidak dihargai oleh suaminya.

Belum lagi ia harus mendapat desakan dari Ibu mertuanya, yang menginginkan agar dirinya cepat hamil.

Disaat itu pula, ia malah menemukan sebuah fakta, jika suaminya itu memiliki wanita idaman lain.
Yang membuat suaminya tidak pernah menyentuhnya sekalipun, bahkan diusia pernikahan mereka yang sudah berjalan satu tahun.

Akankah Rosalina sanggup mempertahankan rumah tangganya dengan sang suami, atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilma Naura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senyum yang menjadi masalah.

Beberapa saat kemudian, Rosalina mengantar Tania yang ingin berpamitan untuk pulang. Sesampainya didepan pintu, Tania pun berjalan kearah mobilnya dan saat ia sudah berada didalam mobil, tangannya melambai kearah Rosalina yang berdiri diteras.

Setelah itu Rosalina pun masuk kembali kedalam rumahnya.

Namun, saat langkah kakinya berjalan dan hendak masuk kedalam kamar, Rosalina malah melewati Handrian begitu saja. Membuat pria itu meradang dan terlihat marah.

"Lina!" panggil Handrian sambil menatap kearah istrinya.

Namun Rosalina hanya menghentikan langkahnya, tanpa menoleh kearah Handrian.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu sudah sering bersikap tidak sopan padaku? Kalau memang kamu sedang punya masalah, kenapa tidak membicarakannya baik-baik?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut suaminya itu, membuat Rosalina tersenyum sinis.

"Kenapa kamu mempertanyakan hal itu padaku, Mas? Sedangkan kamu tahu jika masalah itu terletak pada dirimu sendiri."

Handrian kembali menatapnya dengan tatapan tajam seperti tadi, lalu ia mendekati Rosalina dan mencengkeram lengannya.

"Lina, kamu masih mempermasalahkan hal itu lagi? Aku sudah bilang padamu, Lina. Aku itu masih membutuhkan waktu untuk mencintaimu, jadi tolonglah mengerti!" ucap Handrian. Kini wajahnya terlihat frustasi.

"Apa kamu bilang Mas? Waktu? Aku sudah memberimu waktu selama satu tahun, Mas! Apa itu belum cukup? Bukan cuma hatimu, bahkan tatapanmu saja tidak pernah ada untukku!"

"Aku heran ya, Mas? Kamu bisa menatap wanita lain dengan tatapan yang lembut, tapi kamu tidak pernah sekalipun menatapku seperti itu."

Mendengar perkataan Rosalina itu, alis Handrian pun mengernyit, karena dirinya merasa keheranan.

"Maksud kamu apa, Lina? Kenapa perkataanmu itu seolah mengarah pada hal-hal yang semakin tidak masuk akal. Dan tatapan apa yang kamu maksud? Kapan kamu memperhatikan aku menatap orang lain?" Handrian kembali bertanya, namun kali ini dengan wajah yang sangat serius.

Sedangkan Rosalina hanya menyunggingkan senyum tipis.

"Kamu tanya kapan, Mas? Apa kamu tidak sadar jika tadi kamu menatap Tania dengan tatapan yang tidak pernah kamu berikan sekalipun untukku?" jawab Rosalina dengan bola mata yang mulai memerah.

Sedangkan Handrian hanya mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu ia kembali menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Astaga, Lina! hanya hal itu saja, bisa-bisanya kamu permasalahkan, aku hanya bersikap ramah terhadap sahabat lamamu, Lina? Apa itu juga kamu anggap salah? Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan fikiranmu. Sebenarnya kamu itu mau apa sih, lin? Tolong jangan membuatku habis kesabaran, dalam menghadapi sikapmu yang sama sekali tidak jelas seperti ini."

Setelah mengatakan hal itu, Handrian langsung melangkah masuk kedalam kamar, dan meninggalkan Rosalina sendirian diruang tengah.

Sementara itu, Rosalina berdiri di ruang tengah cukup lama. Ia membiarkan keheningan meresap dalam hatinya. Matanya menatap kosong ke arah lantai, seolah-olah ia ingin mencari jawaban dari sesuatu yang sejak lama tak pernah ia dapatkan. Beberapa saat kemudian, ia pun berjalan perlahan menuju kamar lain dan memilih tidur di sana, tanpa berkata sepatah kata pun pada suaminya.

Keesokan paginya, sinar mentari sudah menyusup masuk lewat celah tirai. Di dalam kamarnya Handrian baru saja membuka mata. Pria itu terlihat sedikit mengerjap dan menyesuaikan pandangan. namun ia baru menyadari jika semalaman istrinya sama sekali tidak tidur di sampingnya.

Tubuhnya bangkit perlahan sambil menghela nafas berat, lalu berjalan keluar dan menyusuri lorong yang menuju kearah dapur. Di sana, ia melihat Rosalina sedang menyiapkan sarapan dalam diamnya, dan tidak ada senyum sedikitpun yang terpatri diwajah cantik wanita itu. Karena pagi ini wajah Rosalina lebih terlihat cemberut, dan tidak terlihat seperti hari-hari sebelumnya. Hanya gerakan tangannya yang teratur, dan terlihat tenang, namun juga terasa hampa.

"Rosalina," ucap Handrian, ia mencoba membuka percakapan.

Namun, istrinya itu hanya diam. Bahkan tidak menoleh sedikit pun.

"Lina, aku sedang bicara. Tolong jangan diam seperti ini. Kalau kamu memang sedang marah ya bilang saja. Jangan siksa aku dengan diammu yang tidak jelas dan membuatku semakin bosan melihat sikapmu." kata Handrian, kini suaranya terdengar sedikit tertekan.

Namun, dari mulut Rosalina masih tetap tidak ada jawaban. Perempuan itu hanya menyendok nasi ke piringnya sendiri, kemudian duduk di meja makan dan mulai makan dengan perlahan. Handrian yang merasa diacuhkan pun ikut duduk di hadapannya.

"Apa kamu akan terus diam seperti ini, Lina?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius.

Rosalina akhirnya menoleh. Matanya menatap Handrian dengan tatapan dingin. Tidak ada air mata yang terlihat dan juga tidak ada amarah dari raut wajahnya. Namun hanya sorot kecewa yang membeku didalam tatapannya, setiap kali ia menatap wajah suaminya itu.

"Aku sudah terlalu sering bicara, Mas. Tapi setiap aku bicara, kamu malah memilih tidak mendengar. Jadi untuk apa aku terus bicara pada orang yang selalu mengabaikanku?"

Handrian menjadi terdiam. Karena kalimat yang diucapkan oleh Rosalina itu, terdengar seperti tusukan pisau yang masuk perlahan kedalam hatinya.

Dan tidak sampai disitu saja, karena Rosalina kembali melanjutkan perkataannya dengan nada datar, nyaris tanpa ekspresi.

"Kamu selalu minta aku untuk bersabar. Dan kamu juga selalu meminta aku untuk mengerti dan menunggu. Tapi kamu sendiri tidak pernah mencoba sedikit saja mengerti bagaimana rasanya menjadi aku."

Tangannya mengambil sendok terakhir, lalu meletakkan piringnya ke bak cuci piring.

"Aku sudah selesai," katanya singkat sambil menatap sekilas kearah Handrian, lalu ia segera berbalik dan berjalan menjauh.

Sedangkan Handrian hanya bisa berdiri mematung di tempatnya dengan nafas yang tercekat. Tidak ada suara keras yang terlontar dari mulut Rosalina tadi, dan juga tidak ada tangisan. Melainkan hanya ketenangan yang ia perlihatkan pada suaminya itu. Tapi ketenangan tersebut telah membuat hati Handrian merasa sangat sakit.

Dan dihari itu, suasana rumah pun menjadi lebih senyap dari biasanya. Rosalina tetap beraktivitas seperti biasa, namun tidak ada lagi senyum yang sesekali muncul diwajahnya. Ia hanya diam, seolah keberadaannya itu tidak ingin lagi menyentuh dunia di sekitarnya, apalagi suaminya.

Handrian, yang sudah terbiasa dengan kehangatan kecil dari istrinya itu tiba-tiba saja merasa hampa akan sikap Rosalina. Ia juga merasa jika hatinya telah kosong entah kenapa?

Padahal selama ini ia sama sekali tidak pernah memperhatikan istrinya itu.

Dan disaat malam menjelang, Handrian masuk ke kamar tamu yang pintunya sama sekali tidak terkunci. Dan disanalah ia melihat istrinya sudah terlelap.

Handrian hanya berdiri di ambang pintu, sambil memandangi wajah yang dulu selalu tersenyum, meskipun hatinya rapuh.

"Maafkan aku, Lina." gumam Handrian, dari kejauhan.

Keesokan paginya, sinar mentari menyelinap masuk lewat celah tirai. Udara pagi membawa aroma embun dan kesepian yang belum usai. Rosalina sudah bangun lebih dulu, dan ia menyiapkan sarapan dalam diam seperti kemarin.

Sedangkan Handrian sudah duduk di meja makan, seraya mengamati istrinya yang masih tidak banyak bicara. Melihat hal itu rasanya ia ingin mengatakan sesuatu, namun kerongkongannya seperti tersumbat oleh sesal yang belum selesai ia kunyah sendiri.

Dan disaat-saat seperti itulah tiba-tiba saja... bel rumah pun berbunyi.

"Ting toong..."

Suara nyaring itu membuat keduanya menoleh dengan gerakan yang hampir bersamaan. Rosalina segera meletakkan sendok di atas piringnya, lalu bangkit perlahan. Langkahnya menuju pintu dengan tenang, namun dalam hatinya ada rasa penasaran yang terasa menggelitik.

Tangan kanannya segera memutar kunci yang tergantung dipintu itu sendiri. setelah itu, ia pun membuka pintu dengan lebar. Dan saat itu juga, bola matanya membulat sempurna.

Ternyata, Tania telah berdiri disana dengan senyum yang mengembang.

Rosalina sedikit tertegun dan juga merasa semakin keheranan, dan didalam hatinya ia pun bertanya... Kenapa Tania datang kerumahnya pagi-pagi sekali?

Bersambung...

1
Ma Em
Bagus pak Surya kamu ancam Handrian agar menceraikan Rosalina emang itu yg hrs Handrian lakukan daripada Rosalina hdp nya menderita lbh baik berpisah dgn lelaki yg tukang selingkuh .
Sunaryati
Jalanmu dimudahkan Rossalina untuk bercerai dengan Handrian. Dan Handrian selamat menikmati hidup dengan istri baru dan calon anakmu, semoga hidupmu penuh tekanan karena kamu tidak punya melawan. Bukan kebahagiaan yang kau dapat tapi hidup atas kendali istri dan mertua yang punya kekuasaan
Ma Em
Semoga kamu kuat Rosalina dan bertemu dgn lelaki yg baik hati yg mencintai Rosalina dgn tulus , semoga Handrian menyesal karena sdh menyakiti Rosalina juga untuk Bu Norma semoga dapat karma karena menantu pilihannya tdk sebaik yg bu Norma kira karena Adelina perempuan sombong biar Bu Norma sadar dan menyesal karena sdh jahat pada Rosalina
Sunaryati
Kau kuat Lina, benar kini saatnya kamu pergi, karena tak ada yang menghalangi lagi. Aku di luar sana aka ada orang yang akan mengangkat kamu dari jurang penderitaan, yang diciptakan mertuamu dan Handrian suamimu, Kamu bisa dan sukses.
Ma Em
Dasar Norma manusia kejam Rosalina baru sadar langsung disuruh pergi menjauh dari Handrian , semoga anak yg dikandung Adelina bkn darah daging Handrian serta Rosalina setelah pergi meninggalkan Handrian ada orang yg menolong Rosalina lelaki kaya raya yg sukses .
Hilma Naura: 🙂🙂🙂🙂🙂
total 1 replies
Sunaryati
Segera pergi Rosalina mumpung tidak ada yang menghalangi, kau harus bersyukur belum disentuh Handrian, apalagi yang kau tangisi? Hapus air matamu, bangkit untuk menata diri. Air matamu jangan kau sia- silakan untuk lelaki yang tidak menjaga amanat ayahnya dan ibu mertua yang tidak menginginkan kamu. Sekarang kau sudah tahu Handrian menghamili perempuan lain. Maka kuatkan hati semangat tanpa air mata pergilah songsong kehidupan baru dan tekat baru untuk hidup bahagia dengan caramu sendiri. Semangat Thoor kutunggu kelanjutannya.
Hilma Naura: Oke kakak🙂🙂🙂
total 1 replies
Sunaryati
Segera sembuh Rosalina, kebebasan kamu sudah di depan mata, Handrian akan bertanggungjawab atas kehamilan Adelia. Jadi itu sebagai jalan perceraian kamu.
Ma Em
Semoga Rosalina selamat dan cepat sehat kembali biarkan Handrian berpisah dgn Rosalina , dan Rosalina bisa mendapatkan pengganti Handrian lelaki baik dan cinta pada Rosalina
Sunaryati
Selingkuhan Handrian hamil , Rosallina. cepat sembuh dan pergi dari rumah Handrian, Handrian pasti menurut ibunya segera menceraikan kamu, karena ancaman Adelia pekerjaan.
Sunaryati
Selingkuhan kamu yang menghubungi Handrian, setelah sembuh. Teguhkan hatimu tetap pergi dari Handrian Hana.
Ma Em
Semoga Lina baik2 saja jgn sampai terjadi hal yg tdk diinginkan , Handrian sdh lepaskan Rosalina jgn kamu paksakan biarkan Lina bahagia tanpamu lbh baik kamu urus saja perempuan selingkuhan tercintamu itu
Hilma Naura: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Sunaryati
Jangan sampai terjjadi sesuatu yang fatal pada Lina dan Handrian mau melepaskan, karena dia belum selesai dengan masa lalunya
Hilma Naura: 🙂🙂🙂🙂🙂🙂
total 1 replies
Sunaryati
Nah gitu Rosalina untuk apa kamu bertahan pada suami yang mengabaikan kamu. Jangan goyah tetap melangkah tegak dan elegan. Mungkin kamu segera menemukan kebahagiaan dengan laki-laki yang menerimamu apa adanya.
Hilma Naura: 😄😄🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Ma Em
Bagus Rosalina lbh baik kamu keluar dari rumah yg seperti neraka itu kamu msh muda cantik pasti kamu akan bertemu dgn lelaki yg baik dan mencintaimu dgn tulus Rosalina , untuk Handrian kamu sdh terlambat untuk memperbaikinya karena Rosalina sdh muak dgn kamu , selamat menyesal saja Handrian .
Ma Em
Rosalina lebih baik menyerah untuk apa kamu bertahan dgn suami yg tdk pernah menginginkanmu dan mertua yg mulut nya pedas level 10 bahkan mungkin level 20 , tinggalkan Handrian mungkin emang bkn jodohmu juga pergilah cari kebahagiaanmu sendiri tdk baik menyiksa dirimu sendiri Rosalina .
Hilma Naura: 🤣🤣🤣🤣🥰🥰🥰
total 1 replies
Ma Em
Rosalina untuk apa kamu bertahan dgn suami yg tdk pernah mencintai dan tdk pernah menyentuhmu apalagi mertuamu juga bkn mertua yg baik , lbh baik lepaskan suami yg tdk pernah menganggap mu ada .
Ma Em
Bagus Rosalina jgn luluh sama Handrian lelaki yg tdk setia tukang selingkuh , lbh baik tinggalkan Handrian.
Ma Em
Rosalina kamu jgn mau memaafkan Handrian karena dia sdh tidur dgn wanita lain , jgn sampai Rosalina bisa termakan oleh bujuk rayu Handrian .
Ma Em
Semoga Rosalina segera tau semua perbuatan Hardian .
Ma Em
Ternyata teman Rosalina itu emang wanita jalang yg sdh berhubungan dgn Handrian , Rosalina lbh baik keluar dan pergi dari rumah suamimu yg tdk pernah mengganggap mu ada dan juga tdk pernah mencintaimu , carilah kebahagiaanmu Rosalina mungkin jodohmu bkn dgn Handrian dan lupakan perjanjian Handrian pada kedua orang tuamu
Hilma Naura: Kok langsung tau sih kak, kalau itu temannya Rosalina🙂🙂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!