Seorang wanita yang bernama kiyara bernasib malang. ia hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal. ia harus berjuang hidup sendiri melawan kerasnya dunia.
suatu saat, ia sedang membutuhkan uang untuk biaya kuliahnya. kiyara menemui sahabatnya regina untuk membantunya mencari pekerjaan. regina pun membantunya untuk bekerja di sebuah club malam sebagai pelayan.
kiyara bertemu dengan Adrian seorang akak kelas yang pernah ia sukai saat duduk di bangku SMP. pertemuannya dengan Adrian akan membuat takdir kehidupan kiyara semakin lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
oh Adrian!
Mendengar Adrian yang sangat memaksa Renata untuk menuruti kemauannya, Varrel hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
"Dasar anak kecil" ucap lirih Varrel.
Adrian yang mendengarnya hanya melirik tajam ke arah Varrel. Begitupun Varrel, ia membalas lirikan yang tak kalah tajamnya dengan Adrian.
Renata yang menyadarinya pun mencoba untuk mencairkan suasana.
"Oke oke. Baiklah. Sudah sudah. Ayo kita mulai mengerjakan tugas masing masing." ucap Renata.
"Tuan, apa kau yakin pergi tanpa aku?" bisik lirih Renald.
"Memangnya aku masih anak kecil? Aku masih ada urusan yang belum aku selesaikan." Tutur Adrian.
Renata, Kiyara dan Varrel berjalan meninggalkan Adrian dan Renald. melihat itu Adrian pun menyusul mereka bertiga.
"Tuan tunggu!" teriak Renald.
Mereka berdua berjalan dibelakang Kiyara, Renata dan Varrel.
Adrian memperhatikan Kiyara yang tersenyum saat Varrel mengajaknya berbicara. Dalam hati Adrian, muncul rasa kesal namun ia juga akhirnya tau senyum Kiyara. Senyum yang sudah lama tak ia lihat sejak kepindahan Kiyara saat masa SMA.
"Oke, Renald dan Varrel kamu cari di area sosiologi, aku dan Kiyara akan mencari di Geologi. Untuk Adrian kamu bisa membantu kami berdua" ucap Renata.
Varrel pun bergerak dengan cepat. Renald pun kemudian menyusul Varrel meskipun ada rasa khawatir meninggalkan Adrian sendirian.
Kiyara melirik ke arah Adrian yang sepertinya bingung tentang tata letak perpustakaan kampus ini.
"Kamu bisa berjalan dibelakang kita." celetuk Kiyara.
"Kenapa? Apa kamu berfikir aku bingung dengan tata letak perpustakaan ini?"
"Ti..tidak." ucap kiyara yang merasa gugup.
"Ayo Kii.." ajak Renata yang menarik tangan Kiyara. Adrian pun berjalan menyusul dibelakang Kiyara.
Perpustakaan universitas terdiri dari banyak area. Tempat penyimpanan bukunya pun sangat besar dan tinggi. Tersusun rapi. Jika ingin mengambil buku yang berada di ketinggian, maka harus meminta bantuan pustakawan. Syaratnya harus mempunyai kartu mahasiswa resmi dari universitas Dirgantara.
Mahasiswa yang ingin meminjam atau membaca buku bisa mengecek letak buku di komputer yang sudah tersedia di masing masing lemari besar. Namun untuk mengakses komputer itu mahasiswa harus memasukkan nomer induk mahasiswa yang telah terdaftar.
Karena Kiyara dan Renata sudah sering kali meminjam buku di perpustakaan kampus, mereka pun dengan mudahnya mendapatkan buku yang mereka cari. Berbeda dengan Adrian. Ia sangat kesulitan untuk mengakses komputer itu.
"Siapa sih yang ciptain sistem seperti ini! Ribet banget!" gerutu Adrian.
Kiyara yang melihatnya pun sedikit tertawa.
"Sepertinya Adrian kesulitan untuk mengakses komputernya." bisik Renata.
"Memang iya. Aku saja baru dengar dia menggerutu. padahal perpustakaan ini adalah miliknya. Eh ternyata pemiliknya nggak bisa mengakses komputer yang diciptakannya sendiri ." balas Kiyara dengan sedikit cekikikan.
Adrian yang sedari tadi merasa di tertawakan pergi menghampiri Kiyara. Dengan cepat Adrian menarik tangan Kiyara hingga mau tidak mau Kiyara harus mengikuti langkah Adrian.
"Daripada kau menertawakan aku, lebih baik bantu aku mengurus ini." ucap Adrian.
Kiyara pun semakin menahan tawanya.
"Kamu minta tolong? Hahaha. ini sungguh lucu." ledek Kiyara.
Dengan cepat Adrian memutar tubuh Kiyara hingga berdempetan dengan meja komputer. kemudian Adrian mendekatkan wajahnya ke wajah Kiyara hingga reflek Kiyara memundurkan badannya untuk menghindari tersentuh wajah Adrian.
"Pada intinya, kamu akan menolongku atau meledekku adik kelas?" ucap lirih Adrian.
Kata kata Adrian berhasil membuat Kiyara membulatkan matanya.
"A..apaa? Jad..jadii.. Kaa..kamu tau si..siapa aa..aku?" ucap Kiyara gugup.
Adrian tak menjawab ucapan Kiyara. Ia hanya tersenyum sinis kepada Kiyara. Setelah puas meledek Kiyara, Adrian pun bangun dan tetap bersifat dingin seperti biasnya.
Kiyara juga ikut berdiri lalu tanpa bicara sepatah katapun. Dia membantu untuk mencari buku di komputer yang ada di perpustakaan dengan nomer induknya.
"Letak bukunya ada di rak dengan kode 567AK." ucap Kiyara sembari menundukkan wajahnya.
"Bicara yang keras. Aku tidak dengar." balas Adrian.
"Di rak 567AK." ucap kiyara yang masih terdengar lirih.
"Untung saja kamu cantik." ucap Adrian yang kemudian meninggalkan Kiyara yang masih menundukkan kepalanya.
Adrian menuju rak yang dimaksud oleh Kiyara. Ia mencari buku yang dicari. Benar saja ia menemukan buku yang dia cari dengan cepat.
"Dimana Kiyara?" tanya Renata yang tiba tiba muncul disamping Adrian.
"Di komputer sana." jawab Adrian dengan menunjuk ke arah komputer.
Renata dengan cepat menemui Kiyara. namun orang yang ia cari tidak ada di tempat yang dimaksud oleh Adrian.
Sebuah pesan masuk di ponsel Renata. Ia membaca pesan tersebut yang berasal dari Varrel. pesan tersebut berisi bahwa Kiyara sedang bersamanya. Nafas lega mengiringi Renata. Pasalnya sahabatnya itu tak mempunyai ponsel. Jadi Renata selalu merasa khawatir jika Kiyara tak berada disampingnya.
Setelah sekitar 15 menit berlalu, Adrian, Renald, Kiyara, Renata dan Varrel berkumpul di meja perpustakaan. Mereka mulai membahas tugas yang diberikan Bu Yulia. Kali ini Kiyara terlihat sedikit aktif dari biasanya. Namun meskipun begitu, tugas dari Bu Yulia sudah beberapa yang selesai.
"Kalian mau camilan?" tanya Varrel.
"Iya nih boleh." jawab Renata bersemangat.
"Tidak perlu, 10 detik lagi akan sampai." sahut Adrian.
Benar saja, tak lama dari ucapan Adrian beberapa orang membawa beberapa kantong snek, dan minuman kemasan botol. Ada juga yang membawa camilan sedikit berat seperti burger dan hot dog.
"Waaaahhh . Gini ya rasanya punya temen orang kaya." celetuk Renata yang kagum
Melihat itu, Varrel menekuk wajahnya. Terlihat tidak senang dengan perilaku Adrian yang menurutnya sombong. Karena terlalu banyak, mahasiswa lain yang sedang berada di perpustakaan pun ikut menyantap makanan yang disediakan oleh Adrian.
Semua mahasiswa saling berebut makanan. Tapi tidak dengan Kiyara yang hanya memandangi beberapa orang yang membuat kegaduhan.
"Ikut aku." ucap Adrian dengan menarik tangan Kiyara.
hal itu tak sengaja dilihat oleh Varrel. Kiyara mengikuti langkah Adrian. Adrian membawa Kiyara menuju ruang tersembunyi di perpustakaan itu. Kiyara merasa bingung. Sudah lama ia sering mengunjungi perpustakaan namun tak pernah melihat ruangan itu. Sementara Varrel mengikutinya diam diam.
"Eiits!! mau kemana kamu bray?"
Tiba tiba Renald dari belakang menepuk pundak Varrel yang membuatnya kaget.
"Astaga! Kaget! ke toilet nih." ucap Varrel berbohong.
"Ayo kembali bray.. kamu belum coba makanan yang dibawakan oleh Adrian. let's go bray!" ucap Renald yang kemudian menarik tangan Varrel.
"Mau ngikutin tuan muda? Ya nggak bisalah. Dasar kepoan kayak emak emak Facebook!" batin Renald.
"Kurang ajar si Renald. Kayaknya dia sengaja banget narik aku. Jadi kehilangan jejak deh!" gerutu Varrel dalam hati.
Sementara di ruang rahasia..
Kiyara begitu takjub dengan kemegahan ruangan itu. Bagaimana tidak? desain ruangan itu menyerupai seperti kamar hotel bintang lima.
Ada kasur besar seperti kasur raja, sofa nya juga panjang dan terlihat mahal. yang lebih kagetnya lagi ada sebuah jendela yang memiliki pemandangan perkotaan di kota Graha.
"Aku ingin meluruskan sesuatu." ucap Adrian.
Kiyara sontak menoleh ke arah Adrian.
"Apa benar dulu kau menyukaiku?" tanya Adrian yang sukses membuat pipi Kiyara memerah.
Kiyara dengan cepat menundukkan kepalanya.
"Isshhh.. Kenapa dia menanyaiku hal itu? Apa kurang terlihat jelas dulu?" batin Kiyara.
Kiyara menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas dress sederhana yang ia gunakan. Ia benar benar ingin kabur dari ruangan itu.
"Kenapa kamu tidak menjawabnya?" tanya Adrian lagi.
"Ti..tidak kak." jawab kiyara pelan.
"Apa? Tidak? Hahaha."
Adrian benar benar tertawa lebar mendengar pengakuan Kiyara.
"Aku masih menyimpan banyak surat cinta darimu." ucap Adrian.
Mendengar itu Kiyara yang semula memejamkan matanya kini membelalakkan matanya. Bagaimana tidak? Ia kira surat itu tak pernah sampai kepada Adrian. Mengingat dahulu Adrian adalah laki laki hits di SMA nya. Apalagi dulu ia di jaga ketat oleh beberapa pengawal. Jika ingin memberi sesuatu kepada Adrian, maka harus melewati seorang bodyguard yang bernama Mr.Roger. Sangat mustahil Mr. Roger memberikan suratnya kepada Adrian.
"Jangan tanya dari mana aku mendapatkan surat itu. Yang penting aku sudah tau isinya seperti apa." Tutur Adrian.
"Tidaaaaakk..!! Toloongg!!! Ada orang disana??? Tidakkk!!!" teriak Kiyara.
"Berteriaklah. tidak akan ada yang menolongmu. Karena mereka semua sudah pingsan." ucap Adrian dengan percaya diri.
"Whaaaaattt??? Are you crazy? Michyeosseo????" teriak Kiyara.
"Jika perasaanmu kepadaku masih tersimpan sampai saat ini, apa sebaiknya kita pacaran saja??" tanya Adrian.
Bruuuukkk!!
Kiyara pingsan setelah mendengar ucapan Adrian yang mengajaknya berpacaran.
"Kok pingsan sih? Dasar gadis menggemaskan." ucap Adrian yang kemudian mengangkat tubuh Kiyara keatas ranjang besar mirip seperti ranjang seorang raja.