NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dewi Hijab

Terjebak Cinta Dewi Hijab

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Mengubah Takdir / Romansa / Bad Boy
Popularitas:952
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Hanina Zhang, merupakan putri seorang ulama terkemuka di Xi’an, yang ingin pulang dengan selamat ke keluarganya setelah perjalanan dari Beijing.

Dalam perjalananya takdir mempertemukannya dengan Wang Lei, seorang kriminal dan kaki tangan dua raja mafia.

Hanina tak menyangka sosok pria itu tiba tiba ada disamping tempat duduknya. Tubuhnya gemetar, tak terbiasa dekat dengan pria yang bukan mahramnya. Saat Bus itu berhenti di rest area, Hanina turun, dan tak menyangka akan tertinggal bus tanpa apapun yang di bawa.

Di tengah kebingungannya beberapa orang mengganggunya. Ia pun berlari mencari perlindungan, dan beruntungnya menemui Wang Lei yang berdiri sedang menyesap rokok, ia pun berlindung di balik punggungnya.

Sejak saat itu, takdir mereka terikat: dua jiwa dengan latar belakang yang berbeda, terjebak dalam situasi yang tak pernah mereka bayangkan. Bagaimana perjalanan hidup Dewi Hijab dan iblis jalanan ini selanjutnya?

Jangan skip! Buruan atuh di baca...

Fb/Ig : Pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab_3 Senorita

"Aku mohon... antarkan aku ke kantor polisi, dengan begitu aku tidak merepotkanmu lagi." pintanya.

Aku menelan ludah berusaha tetap terlihat tenang.

"Tidak. Emh.. maksudku, kamu tidak perlu mereka. Aku akan membantumu, aku bisa mengantarmu pulang, tapi kamu harus bersabar sedikit." ucapku. Gadis itu tampak mengerutkan kening entah apa yang di pikirkan, mungkin ragu atau curiga?

"Apa kamu tidak keberatan?" tanyanya. Untunglah dia tidak bertanya macam-macam.

Aku menghela napas berat.

"Tentu saja keberatan. Kamu membuatku terjebak, Senorita... Naiklah," Aku melangkah menunggangi motor jantanku.

"Namaku bukan senorita." Gadis itu menjawab. Aku menegakkan tubuh, melepas stang dan menatapnya yang masih berdiri.

"Memang bukan, lalu siapa namamu?" tanyaku sambil mengenakan pelindung kepala (Helm).

"Hanina... Hanina Zhang." jawabnya lirih.

Aku mengangguk, menaikan kedua alis.

"Nama yang indah. Tapi aku akan tetap memanggilmu Senorita... Sudahlah ayo naik, sebelum aku berubah pikiran dan meninggalkanmu sendirian."

Gadis itu bergerak ragu, jemarinya menegang saat meraih bahuku untuk naik ke jok belakang. Nafasnya terdengar memburu, entah karena gugup atau takut.

"Pegangan yang erat, Senorita," gumamku seraya menyalakan mesin motor.

"Kau serius hanya akan membantuku, kan?"

Aku menoleh sedikit, suara gadis itu masih terdengar ragu.

"Ya, Aku berjanji hanya akan membantumu. Aku beri tahu satu hal, aku bukan tipe pria kurang ajar seperti itu." jawabku.

"Aku harap benar. Tapi kita mau kemana?"

"Mencari tempat yang aman, untukmu." ucapku, dan tanpa menunggu jawaban lagi, aku mulai menyalakan mesin motor, suara getaranya mengisi keheningan di antara kami.

Perlahan Motor melaju meninggalkan rest area, melaju ke jalan raya. Lampu-lampu jalan menari di balik kabut tipis. Sesekali aku melirik gadis itu dari kaca spion, memastikan dia baik-baik saja.

Hah apa maksudnya? Malam ini aku mendadak jadi pahlawan kemalaman yang melindungi gadis cantik bak dewi surgawi. Aku tidak mengerti, apakah aku harus senang atau takut dengan situasi yang tiba-tiba ini?

Gadis ini mungkin berbahaya? keliatannya polos, tapi biasanya orang seperti dia justru menyimpan banyak rahasia. Otakku memaksa agar tetap waspada tapi naluriku berkata bahwa dia hanya gadis biasa.

Aku mendengus Pelan, mencoba menyingkirkan perasaan aneh itu.

Eh tapi?  kemana aku harus mengamankannya, ya?Aku tidak punya tempat tinggal tetap. Tidak mungkin juga aku membawanya ke markas bersama dan tidur dengan kawan-kawanku yang brengsek. Salah besar. Aku memang benar-benar terjebak karena kecerobohanya. Sialan.

Motor membelah jalanan sepi. Suara deru angin bercampur aroma hujan yang baru reda, membuat suasana kian sendu. Di jok belakang, Hanina diam membisu. Namun kurasakan jemarinya yang mencengkeram jaketku semakin erat saat motor melaju menembus kelokan.

Kulajukan motor lebih cepat, tujuanku saat ini Tongkrongan lamaku, di gang kumuh Distrik Erqi, Zhengzhou, tempat yang dikenal dengan nama Hēi Hǔ Huì (Perkumpulan Macan Hitam.)

Setelah perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya kami tiba di depan sebuah gang sempit. Aku memelankan laju motor, menurunkan standar lalu menoleh ke belakang.

"Xià chē! (Turunlah!)" titahku.

Gadis itu lekas turun, di susul olehku. Saat Aku memarkirkan motor ke tempat gelap, Hanina terlihat menatap bangunan di sekitarnya dengan wajah cemas.

"Ikuti aku..."

Melangkah lebih dulu memasuki gang setapak itu yang di himpit tembok-tembok penuh coretan kusam yang basah oleh sisa hujan.

Aku mendengar Hanina mulai bergerak mengikutiku. Hingga kemudian kami tiba di sebuah halaman luas, beberapa rumah dan bangunan saling berhadapan. Lampu lampion khas bergelantung di atap, menciptakan suasana remang sekaligus mencekam. Bisa ku rasakan gerakan gadis itu  semakin gelisah.

Di depan salah satu rumah bergaya khas tiongkok, Beberapa orang tengah berkumpul, seperti sedang mengadakan pesta kecil, terlihat dari botol Alkohol, meja judi dan musik yang berdentum samar.

Mereka rekan kerja, kawan dan kebetulan bos juga ada di sana.

"Tunggu di sini, senorita. Jangan kemana-mana." ujarku. Gadis itu mengangguk pelan.

Aku melangkah maju menemui mereka dengan sapaan seperti biasa, mereka juga menyambutku dengan teriakan setengah mabuk dan tawa kasar.

“Oi! Anak macan!"seru Jiang, lelaki berbadan besar berdiri dari kursinya, botol arak di tangan lalu merangkul pundaku.

"Darimana kau? Lama gak kemari,"

Aku menepuk bahunya sekilas. "Banyak tugas yang harus ku selesaikan, kau tahu sendiri bagaimana aku sekarang."

"Masih kerja dengan Luo sheng?" tiba tiba suara berat menimpali, suara bos Liang Zemin usianya Lima puluh empat tahun . Pemilik jaringan judi ilegal dan pengusaha klub malam yang suka cuci uang lewat bisnisnya. Selain itu ia juga kolektor di pasar gelap, barang mewah curian (jam tangan, lukisan, mobil) Semua bisnis itu jelas ilegal, yang kadang membuatku harus berurusan dengan orang-orang berbahaya. Dan ya, dari sinilah aku hidup dan tak pernah berpikir untuk berhenti.

Aku menoleh ke arah suara itu, menemukan sosok Liang Zemin sedang duduk di kursi tua di depan meja caturnya, nampak sedang serius mengetuk-ngetuk bidak di atas papan monocrom.

"Ya, masih, Bos. Kalau bisa punya dua bos, kenapa hanya satu." ucapku diakhiri kekehan canggung.

Liang Zemin mendengus, menatapku sekilas dengan mata sipitnya yang berkerut "Hmph. Kau selalu pandai menyeimbangkan kaki di dua perahu, bukan?" Ia menyeringai tipis, gerakan jarinya dipapan catur berhenti.

"Hei, cewek siapa di sana?" Suara setengah mabuk bergumam. Sontak membuat semua mata menoleh ke arah Hanina. Gadis itu memeluk diri, menundukkan wajahnya, pasti malu dan khawatir dengan nasibnya. Gadis malang...

"Jangan sentuh dia… kupukul kau sampai mati!" bentakku tajam.

Beberapa orang langsung tertawa. Jiang menegakkan tubuhnya, menoleh ke arah Hanina yang berdiri kikuk dengan kerudungnya yang masih rapi.

"Wah, Wang Lei bawa Dewi dari kuil mana ini? Atau jangan-jangan.. dia bawa hantu malam yang nyasar ke gang kita?" ujarnya di barengi tawa pecah dan di ikuti yang lain. Suasana mendadak berisik.

"Lihat pakaiannya… kayak cewek-cewek di film Timur Tengah," celetuk yang lain, matanya menatap Hanina dengan heran. Mereka jelas asing dengan penampilannya yang berhijab di lingkungan kotor seperti ini.

" Bì zuǐ! (Diam!)" hardikku, menatap mereka satu per satu, dan seketika langsung bungkam.

"Dia gadis baik-baik yang terjebak dalam situasi buruk… Dan aku bawa dia kemari untuk meminta bantuan."

Bos Liang Zemin yang sejak tadi memperhatikan hanya dengan tatapan malas, kini bersandar di kursinya.

"Kau pikir ini rumah penampungan? Kau tahu reputasi tempat ini… Kau bawa cewek berhijab ke sini, orang-orang bisa salah paham."

Aku menarik napas dalam, menahan kesal.

"Bos, aku cuma butuh tempat aman sementara. Aku ingin meminjam rumah kosongmu… yang di ujung gang, yang belum laku itu."

Bos Liang mengerutkan alis, menepuk-nepuk jenggot tipisnya. "Tidak. Rumah itu bukan buat menampung orang asing, apalagi perempuan yang tidak jelas asal usulnya. Kau tahu sendiri, Lei, kalau polisi atau preman lain mencium bau gadis ini di sana, kita semua bisa kena masalah."

"Bos…" suaraku melemah, tetap berusaha membujuknya.

"Aku tidak mungkin bawa dia ke penginapan, apalagi di Distrik Erqi. Bos tahu sendiri semua penginapan di sini identik dengan rumah bordil. Ada banyak hal kotor dan dia bisa habis di sana… Aku mohon, Bos... hanya beberapa hari sampai aku bisa mengamankan jalan keluar untuknya."

Teman-teman lain terdiam, suasana menjadi tegang. Hanya terdengar musik dari radio tua yang samar. Liang Zemin menatapku tajam lalu matanya bergulir ke arah Hanina yang masih berdiri menunduk dengan tatapan sendu.

Ia menghela napas berat, menggeram, kemudian menoleh pada Jiang. "Ambilkan kunci rumah itu."

Jiang menatap bos, terkejut. "Bos… kau yakin?"

"Ambilkan saja!" bentaknya. Jiang bergegas, meninggalkan kerumunan.

Yes..Berhasil! Aku bernapas lega menatap bosku penuh rasa terima kasih lalu menunduk hormat.

"Xièxiè Lǎobǎn!, (Terima kasih, Bos)"

"Jangan membuatku menyesal, Lei," gumam Liang Zemin pelan, nadanya mengancam. "Dan pastikan dia tidak membuka mulut pada siapa pun tentang tempat ini… atau apa pun yang dilihatnya malam ini."

Jiang kembali dengan kunci besi yang diikat gantungan kayu, menyerahkannya padaku. Aku menerimanya dengan kedua tangan sambil tersenyum lega dan segera melangkah ke arah Hanina.

"Jangan bikin masalah, Wang Lei…" terdengar suara bos Liang dari belakang,

Aku hanya mengacungkan jempol ke atas tanpa menoleh.

"Senorita, Zǒu ba! (Mari pergi!)" ucapku memberi kode agar gadis itu mengikutiku lagi.

1
Siti Nina
Astaga ada" saja tuh kakek" bikin emosi jiwa 😅
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍
Siti Nina
👍👍👍👍👍
Siti Nina
Waw,,,sangat menarik ceritanya keren banget 👍👍👍
Siti Nina
oke ceritanya 👍👍👍
Siti Nina
Mampir thor salam kenal kesan pertama menarik ceritanya keren kata"nya juga enak di baca 👍👍👍 tapi yg like nya dikit banget padahal oke banget ceritanya 👍👍👍🤔🤔
Nalira🌻: Salam kenal juga, Kak...🤝🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!