" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harga fantastis gemetar
" Bu,....saya sudah selesai...mohon maaf Bu, saya boleh pulang sebentar gak Bu!!! saya mau mengurus suami saya dulu, nanti saya kembali lagi " ucapku dengan ramah, meminta izin ke ibu Andini.
" Mba, mau pulang....boleh aja sih mba tapi kembali lagi ya, soalnya nanti ibu pasti marah kalo mba gak balik, saya gak berani ngelawan ibu mba, mba tau sendiri kan." ucap ibu Andini sedikit pelan dan celingukan takut-takut mertuanya lihat, akan Anjang masalahnya.
" Ibu, saya kembali lagi, saya hanya ingin melihat suami saya aja, hanya anak-anak aja di rumah sama bapaknya." ucapku lirih.
" Ini, upah hari ini dan bonusmu, kalo gaji bukan saya lagi yang memberi, ibu yang akan memberi, takut ibu mengurangi gajimu...tolong terima ya mba, cepat simpan jangan sampai ibu tau." ucap ibu Andini buru-buru, Aku pun lekas menyelipkan di dalam Bra sangking paniknya mendengar ucapan buru-buru bosku.
" Nanti jika ada ibu berlaku lah seperti biasanya aja, kamu saya pekerjakan dari awal sesuai perjanjian, jika nanti ibu yang meminta ini itu kamu jawab aja iya jika aku gak ada." Pesan ibu Andini dan aku hanya bisa menangguk aja, aku tau ibu Andini juga tak cocok dengan mertuanya banyak konflik jika sudah bersama, karena bukan Rahana ku aku memilih diam dan menjauh.
Aku lekas pulang sebentar, sepanjang jalan pikiranku tertuju ke rumah, suami dan empat anak kecil yang membuat pekerjaan ku hari ini sedikit terganggu, kepikiran pasti, apa lagi dua balita aktif dan keadaan suami yang gak tega meninggalkan mereka.
Sepanjang jalan pulang Antika terus kepikiran, namun saat melewati toko emas cukup besar di depan sebuah minimarket, Antika terdiam sesat memandang toko emas itu, Antika ingat jika dia ada membawa Kalung dan suratnya tadi pagi membawanya karena ada rencana mau membelikan baju untuk Adam dan panji, itu hak mereka dari barang yang di titipkan oleh kakeknya.
Antika pun mampir, sempat beberapa orang melirik sinis kepadanya, ada yang mencibir tak enak yang terdengar di telinga Antika tapi Antika acuh, tujuannya bukan mencari Maslah melainkan menjual sesuatu.
" Permisi mba, saya mau jual emas saya bisa." tanya Antika sopan, walau lawan bicaranya sedikit berwajah judes.
" Bisa emang mau jual apa?" Jawabnya benar-benar judes, seperti tak suka, dan acuh, dia lebih fokus ke wanita yang ada di samping Antika.
Ada yang bisa di bantu mba? " tanya ramah gadis berhijab cream itu.
" Kamu layani dia ya, aku layani ibu ini." ucap gadis judes itu ke temanya.
" Ini..." ucap Antika sambil membuka bungkusan emas di dalam tas perhiasan, Antika heran namun dia tak ada waktu untuk berfikir,
" Kita timbang." ucap gadis lain yang penasaran.
" Hah...serius ini mah..." ucap gadis berhijab warna cream dengan paras ayunya terlihat terkejut, di surat dan beratnya sama, sesaat gadis itu melihat kembali ke arah Antika yang hanya diam tak ada keraguan atau kegelisahan yang mencurigakan.
" Mba,...harga mas sekarang sedang baik satu gramnya 1,878.000 ini masnya beratnya 100 gram, dan ini liontinnya, liontin nya juga ini emas dan ini...berlian,..tunggu sebentar ya mba..saya laporan ke menejer dulu." ucap gemetar gadis itu, sedangkan gadis judes tadi penasaran dan melirik ke arah surat dan emas yang masih setia di atas timbangan, sedangkan Antika hanya melihat santai tanpa ada rasa apapun.
" Ini koh, mbanya yang jual, kalung berliontin berlian," Ucap gadis itu ramah dan masih ada rasa gemetar di nada suaranya.
Mata Kokoh itu meneliti penampilan Antika hingga menyipit, namun sesaat kemudian dia menepisnya melihat ekspresi Antika yang santai tanpa ada yang di curigai.
" Mba yang menjual kalung ini." Ucap pria muda bermata sipit itu, menunjuk kalung yang sudah di letakan kembali di atas surat.
" Benar, apakah ada masalah koh?" tanyaku sedikit heran.
" Gak ada, Mari ikut saya mba, solanya kalung mba jumlahnya lumayan." ucap kokoh itu. Antika yang sudah di kejar jam malas debat atau apa, dia mengikuti langkah pria muda itu di ikuti gadis berhijab berwarna cream.
" ini berlian, kita timbang beratnya, sesuai..." ucapnya terakhir, yakin.
" Kalung dan liontinnya saya bayar totalnya 512.400.000., mau transfer atau cash???" tanya pria muda itu.
Antika melongo dengar harga jual kalung nya, sempat melamun namun detik kemudian tanpa di sadari kedua orang di hadapannya Antika langsung menjawab.
" Bisa cash kah koh?" Jawab ku saat pandangan mereka menatapku.
" Bisa, tunggu sebentar." ucap menejer itu, dia tersenyum bahagia, dan berjalan menuju brangkas uang cash yang tersedia.
" Ini uangnya, saya masukan ke dalam tas ini aja biar anda bisa membawanya, oh ya jika anda memilikinya lagi, boleh jual lagi ke saya, ini kartu saya," ucap pria muda itu tiba-tiba berubah ramah dan tidak seperti tadi sangat dingin.
" Apakah disini terima berlian." mata mereka membulat, terkejut mendengar ucapan ku.
" Liontin ini berlian! Apakah anda tak tau??" ucap pria muda itu sambil tertawa renyah.
Aku yang emang gak mengerti menggeleng jujur.
" Baik lah, Di sini bisa, bawa aja kalo mbanya mau jual kesaya. Nanti urusannya kesaya." ucap kokoh itu, Antika yang mengerti langsung menerima plastik hitam itu.
Antika yang sudah selesai urusannya, keluar meninggalkan ruangan itu, yang hendak pergi meninggalkan toko emas itu, namun iya urungkan.
Antika gemetar sebenarnya dan bingung juga, karena emas yang dia bawa emang benar itu tapi yang membuatnya bingung adalah tas kecil yang biasa di gunakan untuk bonus jika beli emas, dan nominal hasil jualnya.
Antika keluar dari toko mas, melihat minimarket, namun iya urungkan akhirnya pandangannya melihat ada pria yang sedang nyantai berseragam kuning, sedang memainkan ponsel, Antika yang tau itu ojek online yang lagi booming, langsung berjalan ke arah pria yang asik dengan ponselnya.
" Permisi mas...bisa gak antar saya, tapi saya gak bisa pesan online." ucapku dengan ragu.
" Bisa mba, online offline otw sama aja.." ucapnya sambil tersenyum ramah kepadaku.
" Antar saya ke jalan...." ucapku sambil ku, orang itu tak memperhatikan plastik besar yang saya bawa dengan teliti.
" Baik mba...mari.." ucapnya ramah, aku pun naik ke atas motor, sebelum motor itu meninggalkan teras toko emas.
" Berhenti di sini mas, tunggu sebentar ya mas, saya ambilkan uangnya dulu." ucapku, setelah turun aku pun langsung masuk rumah tak lupa mengucapkan salam, kulihat anak-anak sedang bermain puzzle di dekat suami yang duduk tak jauh dari mereka.
" Sebentar mas...aku masuk kamar dulu taruh ini." ucapku dan lekas ku masuk kamar dan meletakkannya, aku ambil pecahan berwarna biru, 2 lembar, lekas kau keluar dan memberikan ojek itu.
" Ini mas,.." ucapku menyelipkan uang.
" Tunggu mba ini masih ada lebihnya." ucapnya cepat, saat melihatku berbalik.
" Ambil aja mas, anggap aja itu rezeki masnya hari ini." Jawab ku tulus dan tersenyum.
" Alhamdulillah... terimakasih mba..semoga rezekinya lancar terus, dan selalu di mudahkan setiap langkahnya mba, kalo gitu saya pamit dulu.. assalamualaikum.." ucap syukur pria itu tulus, aku pun mengaminkannya.
Setelah ojek itu pergi, Antika lekas masuk dalam rumah, menemui anak dan suaminya, matanya juga melihat ke arah jam dinding yang setia menempel di atas lemari.
" Mas, mama sudah menjual ya, tapi mama harus kembali ke rumah ibu Andini mas, gak bisa lama-lama, mas dan anak-anak sudah makan?" tanya ku pada suami.
" Alhamdulillah...Lita bisa di andalkan seperti biasa ma, bukannya hari ini ada acara ya ma di rumah ibu Andini, kok mama cepat pulang." tanya balik mas Aldi kepadaku.
" Iya tadi mama setelah membantu sebentar, sudah selesai mas, mama izin pulang sebentar solanya nanti sampai siang kayanya baru bisa pulang, kan nunggu sampai selesai acaranya." Jawabku jujur.
" Mas, tadi mama jual kalungnya, dan mas tau gak berapa uangnya, mama sampai gemetar mas pas menerimanya." ucapku ku tanpa ada kebohongan.
" Emang laku berapa ma, mama sudah belikan baju Adam dan panji belum?"Tanya suamiku.
" Belum sempet, mama aja keluar toko udah gemeteran masa iya mau bawa uang segitu beli baju bisa kena jambret duluan mas, mama putuskan pulang dulu menaruhnya, nanti mama belikan sekalian mama pergi kerja lagi, sementara pakai baju yang ada dulu mas." Jawab ku, karena emang tadi gemetar megang uang segitu. Antika belum pernah megang segabrek gitu, maklum tangan Antika tangan orang kampung yang penghasilannya cuma rata-rata paling mentok tiga puluh jutaan aja jika suaminya kerja full bangunan tanpa kosong proyeknya.
" Emang barapa ma? Tanya mas Aldi penasaran.
" Kita masuk dulu mas, biar mas lihat sendiri." pandanganku melirik ke arah anak-anak yang anteng bermain itu, ucapku mengajak suamiku masuk kedalam kamar, ku bantu dia naik ke atas kursi roda.
" Ini mas, uangnya di dalam sini." Ucap ku sambil menunjukan isi plastik itu ke pangkuan suamiku.
Seperti yang di tebak Antika ekspresi suaminya pasti terkejut seperti dirinya awal tadi mendengar jumlahnya.
" Ini serius ma, dari jual kalung?" tanya mas Aldi gak percaya dan masih ada jejak keterkejutannya.
" Benar mas, ini totalnya dari kalung itu, mas tau gak ternyata liontinnya itu berlian mas, kata masnya tadi, mama sempat gak percaya tapi kenyataanya begitu, gak mungkin kan pihak toko bohong, buktinya nominalnya semua segitu." ucap ku jujur, aku pun menceritakan semua kepada suamiku, suamiku hanya mendengar walau wajahnya terlihat sekali syok.
" Mas...ini uangnya gimana, ini banyak." Keluh ku karena bingung.
" Masukan ke rekening aja ma, tapi apakah buku rekening mas masih bisa di pakai kan, sudah lama gak di isi apalagi selama mas sakit." Ucapnya, suamiku menunduk sedih di akhir ucapannya.
" Besok mama minta libur kalo gitu, kita urus, sekalian kita mampir ke RT sebelah, kita minta bantuan sama RT sebelah yah, kasihan mereka, biar kita yang merawat jika emang mereka berdua sudah tidak ada keluarga, bukan Maslah mereka ada peninggalan ya mas, tapi karena mama kasihan mereka, iya kalo keluarganya baik, tapi jika keluarga mereka tau kedua anak itu ada peninggalan dari kakeknya yang fantasi takutnya hanya memanfaatkan mas, sedangkan itu harta kedua anak itu untuk masa depan mereka." ucapku panjang lebar kepada suamiku, ternyata suamiku mengerti dan mengangguk juga. Hati orang gak ada yang tau itu yang di pikiran Antika dan suaminya, apa lagi yang di dalam tas ada berlian beberapa emas yang beratnya cukup besar pasti jika ketemu keluarga yang tamak takutnya cuma di manfaatkan aja.
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
lanjuttt