Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 : Di Baperin Ketua Geng!
Bola mata Nayura melebar saat mendapati seorang laki-laki yang berdiri tepat di hadapannya. Tak lain dan tak bukan laki-laki itu adalah Radit, laki-laki yang tadi pagi nyamperin Nayura.
Tak halnya dengan Stevi, pupil matanya melebar dengan mulut sedikit terbuka, terpukau dengan ketampanan laki-laki berparas menawan di depan matanya.
"Ha-hai," balas Nayura.
Kegugupan menyergap dirinya, membuat lidahnya terasa kelu. Ia menundukkan kepala, mencoba mengatur ritme jantung yang sudah kejang-kejang duluan.
"Nay, lo kenal?" tanya Stevi dengan mata sedikit melebar. Ia terkejut cowok setampan itu menyapa Nayura. Soalnya Nayura nggak ada cerita soal bertemu pangeran Nikolai dari Denmark. Eh, kejauhan kali!
Nayura menganggukkan kepala tanpa menoleh ke arah Stevi. Membenarkan ucapan Stevi kalau dirinya kenal dengan Radit.
"Anjir, kapan kenalnya!" Stevi makin syok.
Bisa-bisanya Nayura kenal cowok seganteng itu tapi nggak cerita. Ya kali mau cerita, mending dikarungin sendiri! Hahaha.
"Ekhem!"
Radit sengaja berdehem cukup keras. Ia tersenyum tipis saat Stevi menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya pada Nayura yang masih menunduk.
"Nay, makan bareng yuk!" ajak Radit dan lagi-lagi jantung Nayura yang baru akan normal itu kembali kejang-kejang. Ah, si Radit lama-lama bisa ayan si Nayura.
"Haa?!"
"Emm... mak-maksudnya, kagak usah!" Nayura cepat menyahut sambil ngango.
Seumur hidup belum pernah ada cowok ngajak dia makan bareng. Apalagi cowok setampan Radit. Ini sejarah baru dalam hidup Nayura!
Radit terkekeh melihat Nayura yang salah tingkah. Ketampanannya bertambah dua kali lipat saat ia tertawa memperlihatkan lesung pipinya, dan hal itu sukses membuat Nayura terpaku.
"Niat gue baik. Dari pada lo ngantri lama, pasti capek berdiri, kan?"
Anjir, hati adek meleleh, bang!
Nayura tak berkedip mendengar ucapan yang begitu manis di telinganya. Dimana-mana manis tu di mulut nggak sih? Bisa-bisanya Radit yang baru kenal dengannya bisa se--peka dan sepeduli itu. Kalah saing sama Stevi dan Tessa yang nyatanya lebih milih ngorbanin Nayura buat ngantri.
"Setuju sih, kuy lah gabung," tukas Stevi yang setuju banget sama pendapat Radit. Lumayan kan, nggak capek ngantri dirinya. kapan lagi coba!
"Gimana?" tanya Radit lagi.
Nayura tampak menimbang. Menarik juga sih ajakan Radit.
"Boleh, deh," putus Nayura. Senyuman Radit mengembang.
"Kuy!" Radit berjalan lebih dulu ke meja tempat teman-temannya duduk.
"Silakan duduk," katanya mempersilahkan Nayura dan Stevi. Nayura mengangguk sebagai tanda terima kasih.
Radit langsung menyuruh salah satu temannya memesankan makanan untuk Nayura dan Stevi.
"Lo mau makan apa?" tanya Radit.
"Hmm... ketoprak terus es jeruk." jawab Nayura melirik Stevi.
"Samain aja," jawab Stevi paham.
"Tunggu bentar, yak," ujar Radit lalu duduk di sebelah Nayura.
Nayura diam, menunduk, memainkan jari-jarinya dari pada harus bertemu tatap dengan Radit. Ehh... temannya Radit maksudnya, karena Radit duduk di sebelah Nayura. Kalau tatapan mereka ketemu, ya saling noleh dong.
"Pacar baru, bos?" tanya Afdhal sambil menaikkan alis.
"Cantik bener, bos!" timpal Regi.
Kepala Nayura semakin tertunduk mendengar cuit-cuitan temannya Radit. Ia jadi malu dan…dan tiba-tiba perasaannya jadi aneh. Pengen teriak karena udah di kira pacarnya Radit?
Tapi sadar diri kalau mereka hanya sebatas teman. Entahlah, Nayura yang udah terpesona pada pandangan pertama sama Radit jadi salah tingkah sendiri.
"Doain aja," jawab Radit santai, seolah-olah ia juga memiliki rasa kepada Nayura.
"Yakin gue, pasti mau dia sama bos. Secara bos ganteng pangkat seribu!" celetuk Riski.
"Pangkat seribu nggak, tuh?" ledek Regi.
"Seantero Nusa Dua juga tahu kali!" bela Riski.
Obrolan terhenti saat Maulana datang membawa dua piring ketoprak dan meletakkannya di depan Nayura dan Stevi.
"Makasih!" ujar Nayura dan Stevi.
"Yoi," jawab Maulana. "Es jeruknya ntar dibawain si mbak."
Nayura mulai makan meski merasa nggak nyaman. Apalagi teman-teman Radit secara terang-terangan komentar. Tapi, kalau Radit nembak, dia bakal terima juga. Rugi nolak!
"Sorry kalau lo nggak nyaman. Teman-teman gue emang gitu," kata Radit.
Baru juga Nayura ngeluh dalam hati, eh udah disuarain. Gimana, gimana, masih kuat nggak Nayura? Sumpah, ini Nayura udah meleleh dengan sikap Radit yang…yang uwu banget sih, menurutnya.
"Santai aja, temen gue juga bobrok," balas Nayura.
"Permisi, ini es jeruknya, Mas," ujar Mbak Tati, menaruh dua gelas es jeruk di meja Radit.
"Makasih, Mbak." Radit mendorong gelas ke arah Nayura.
"Makasih," ucap Nayura lalu menyeruput es jeruknya.
Radit memperhatikan Nayura lekat-lekat. Pipinya yang mengembung karena makanan bikin Radit gemas.
"Btw, lo emang nggak kenal gue?" tanya Radit.
Nayura menelan makanannya lalu menyilangkan sendok dan garpu.
"Nggak."
Jawaban itu sukses bikin Radit bingung. Baru kali ini ada cewek yang nggak kenal dia.
"Ehh... tapi lo kenal gue dari mana?" Nayura balik bertanya.
Radit tersenyum. Ingatannya melayang ke beberapa hari lalu.
---
Flashback on
“Kuy, saparan di kantin!” Ajak Afdal yang memang setiap hari sarapan di kantin. Kagak pernah tu si Afdal sarapan di rumah.
Oh, iya si Afdal ini anak kos jauh dari orang tua. Jadi, maklum aja sih, kalau Afdal kagak pernah sarapan di rumah. Boro-boro mau bikin sarapan pagi-pagi, nyampe di sekolah kagak telat aja udah bersyukur banget dia.
“Kuy lah!” jawab Regi yang kebetulan juga belum sarapan.
Regi dan Afdal udah ancang-ancang mau pergi ke kantin tapi, melihat bosnya yang diam nggak kedip bikin kaki mereka urung untuk melangkah.
Regi duluan melirik objek yang membuat Radit tak kedip. Netranya menangkap sosok cewek cantik yang rambutnya di gerai begitu saja. Semakin cantik saat cewek itu tertawa lepas.
“Itu Nayura, bos.” Celetuk Regi, tanpa sadar memberitahu objek yang Radit lihat itu siapa.
“Emang secantik itu sih, bos.” Lanjutnya, ia akui Nayura emang cantik bahkan, ia juga menganggumi Nayura.
“Lo suka?” tanya Radit terdengar dingin membuat bulu kuduk Regi meremang. Padahal, Radit ngomongnya nggak natap Regi tapi aura Radit itu bikin suasana mencekam.
“Si Regi emang suka bos.” Bukan Regi yang menjawab melainkan Afdal.
Mata Regi melotot melihat Afdal yang tersenyum smirk. Ia langsung menggelengkan kepalanya, memberitahu Radit jika dirinya tidak seperti yang Afdal katakan.
“Sampai lo deketin dia, lo akan tahu resikonya.” Peringat Radit.
Glek!
Flashback Off
---
Sejak saat itu, Radit penasaran dengan Nayura. Selama bersekolah di Nusa Dua ia belum menemukan perempuan yang seperti Nayura. Maka Raditlah yang gerak duluan.
Nayura menyenggol lengan Radit.
"Lah, ngelamun dia!" kekeh Nayura.
Radit tersenyum kikuk.
"Tahu nama gue dari siapa?" ulang Nayura,sebab ia benar-benar penasaran Radit tahu dirinya dari mana.
Ya, Nayura kan nggak se famous cewek-cewek di sekolahan ini. ya, kali si Radit bisa tahu namanya, kan aneh!
“Gampang buat gue tahu nama lo.” Jawab Radit dengan mengedipkan satu matanya. Membuat Nayura yang duduk di sebelahnya jadi salah tingkah.
“Apaan sih!” sewot Nayura, ia berusaha mengendalikan diri yang nyatanya tersengat oleh kedipan manis Radit.
“Anjir, Radit ganteng banget! Aa…gue nggak tahan kalau harus di giniin!” jerit batin Nayura.
“Jantung lo aman, kan?” bisik Stevi yang tadi sempat melihat aksi Radit.
Sialan! Bisa-bisanya Stevi masih bertanya demikian. Udah jelas kali, jantung Nayura berdebar-debar tak karuan melihat Radit demikian.
“Lo goblok apa buta?” judes Nayura, membuat Radit yang duduk di sebelahnya jadi tertawa.
Deg!
“Oh ghost! Dia ketawa begini bikin gue pengen terbang, ganteng banget!”
Nayura tak kedip melihat wajah tampan Radit yang di hiasi oleh tawa. Melihat Nayura yang cengo memperhatikan dirinya, Radit menghentikan tawanya. Ia berdehem, untuk meredakan rasa geli yang sempat menggelitik perutnya.
“Lo lucu!” ujar Radit, membuat paru-paru Nayura terasa sesak dan kesulitan untuk bernafas.
Radit lo nyadar nggak sih, udah baperin anak orang!
Tubuh Nayura memanas, membuat aliran di dalam tubuhnya ikut memanas hingga menjalar ke wajahnya.
Wajahnya bersemu merah, baru kali ini Nayura di baperin cowok. Selama ini, cuman di siul-siulin dan di gangguin doang! Rasanya hati Nayura cenat-cenut, jantungnya juga capek karena berdebar-debar sedari tadi.
“Bernafas!” bisik Stevi menepuk bahu Nayura.
“Huuff…”
Nayura menghembuskan nafas panjang, ia melirik teman-teman Radit yang nunduk sambil nahan tawa. Nggak mungkin juga mereka akan menertawai Nayura secara terang-terangan. Bisa bonyok ntar wajah mereka yang…nggak ganteng-ganteng amat, sih!
“Ehh…Nay bagi nomor lo, dong!”
Pertama kalinya dalam sejarah Radit meminta nomor cewek duluan. Selama ini cewek yang duluan ngasih nomor mereka ke Radit. Benar-benar defenisi jatuh hati ya gaes.
“Damn! Radit minta nomor cewek duluan!” pekik Regi, kemudian buru-buru membekap mulutnya saat Radit menatap dirinya tajam.
Nayura jadi bingung, mau kasih nomornya ke Radit atau nggak. Kan, baru kenal dan ia…merasa malu aja gituh!
“Kasih aja kali, lumayan dapet yang ganteng kayak Radit.” Celetuk Stevi memberikan saran kepada Nayura.
Nayura menganggukkan kepalanya tipis, “08….”
Cepat tangan Radit menyalin nomor yang Nayura ucapkan, menyimpan kontak Nayura dan langsung mengrimkan pesan.
“Udah gue ping, jangan lupa save yak!” tutur Radit, Nayura hanya menganggukkan kepala dengan senyuman tipis.
Ia rasa tidak ada salahnya saling tukar nomor dengan Radit. Keliatannya Radit juga baik, pikir Nayura.
Teng!
Teng!
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah habis. Nayura dan Stevi segera bangkit dari dudukya.
“Makasih, ya!” ucap Nayura tersenyum, ia segera berjalan meninggalkan meja yang masih di duduki oleh Radit dan kawan-kawannya.
“Cantik banget, njir!” gumam Radit memegangi dadanya yang berdebar-debar.
“Pepet terus bos!” ucap Riski memberi semangat. Dapat ia lihat jika Radit memiliki rasa kepada Nayura.
“Setahu gue dia jomblo, bos!” beritahu Regi.
Radit mendelik dengan melempar tatapan tajam kepada Regi. Regi yang di tatap demikian, merutuki diri di dalam hati.
“Wah, ternyata setahu itu lo tentang Nayura.” Kompor Afdal, ia sangat bahagia meliht wajah paniknya Regi.
“Lo nggak lupakan, Gi?” tanya Radit dengan mata memicing, membuat Regi semakin terintimidasi.
Regi yang paham dengan maksud Radit langsung menganggukkan kepalanya seraya berucap “Gue masih ingat, ingat banget malah.”
***
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗