Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.
Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.
Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.
Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !
Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 KEJADIAN UNIK DIANTARA GISELA DAN VALERIA
Suasana kamar pasien rumah sakit, tempat Valeria dirawat berubah hening.
Seketika itu juga, Valeria terbaring kembali di atas tempat tidur seperti semula, tidak terlihat lagi Valeria yang berjingkrak-jingkrak kesenangan.
Hanya ada suasana kamar yang sepi dengan keadaan Valeria yang masih berbaring tak sadarkan diri.
Gisela semakin tersentak kaget ketika dia melihat Valeria kembali terbaring diam dengan selang infus masih terpasang erat pada lengan tangannya.
"Apa yang terjadi barusan ?" tanyanya keheranan ketika dia melihat suasana kembali tenang sedangkan Valeria masih berbaring tak sadarkan diri.
Gisela masih terlihat bengong, saat suasana kamar pasien berubah semula seperti tidak terjadi sesuatu.
"Apa yang barusan aku lihat tadi ?" tanyanya bertambah kebingungan.
Gisela melangkahkan kakinya maju akan tetapi tubuhnya mendadak tertarik keras sehingga keluar dari dalam kamar pasien rumah sakit.
"Brak... !"
Suara pintu kamar terbuka lebar lalu terkunci rapat-rapat.
Tampak tubuh Gisela terlempar keluar dari dalam kamar pasien rumah sakit dimana Valeria dirawat disana.
"Aduh...", pekik Gisela tersentak kaget ketika tubuhnya jatuh keras ke atas lantai diluar kamar pasien.
Gisela termenung diam ke arah pintu kamar pasien yang tertutup itu.
"Bagaimana aku bisa disini, sebenarnya apa yang aku alami ini ?" tanyanya terheran-heran.
Gisela tak mengerti dengan peristiwa yang terjadi padanya saat ini, dia melihat Valeria yang sekarang ini, masih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang tidur padahal dia melihatnya bersorak riang.
"Apa yang terjadi di tempat ini ?" tanyanya lalu beranjak berdiri sembari mengibaskan celana panjang kain yang dia kenakan.
Gisela menoleh ke arah harimau putih kecil dalam dekapan tangannya.
"Bisakah kamu menjelaskan semua ini padaku, wahai sobat kecil ?" tanyanya sembari menggaruk-garuk bagian belakang telinga harimau putih.
Harimau kecil itu menggeliat pelan kemudian mengaum pelan.
Tiba-tiba saja harimau putih melompat keluar dari dekapan lengan Gisela lalu hewan kecil itu terbang di dekatnya.
"Kamu bisa melihat sesuatu yang akan terjadi dimasa depan, seperti peristiwa barusan yang kamu alami bahkan kamu bisa melihat apa yang ada dalam pikiran seseorang", kata harimau kecil.
''Melihat masa depan ?" tanya Gisela bengong.
"Ya, benar, kamu mampu melihat masa depan dan sesuatu hal yang akan terjadi nanti bahkan kamu bisa melihat sesuatu yang bakal terjadi dikemudian hari, ditambah lagi kamu dapat membaca pikiran", sahut harimau kecil yang bisa terbang itu.
"Membaca pikiran ?" tanya Gisela semakin bengong.
"Ya, benar...", sahut harimau kecil.
"Demi gugusan bintang zodiak, bagaimana bisa aku mengalami semua ini sedangkan aku baru saja bertukar jiwa dengan teman satu akademiku ?!" ucap Gisela bingung.
Gisela tertunduk sembari berpegangan pada dinding.
"Apakah ada yang salah pada otakku karena kejadian aneh ini sehingga aku mengalami hal-hal misterius ???" tanyanya lalu menarik harimau kecil kuat-kuat mendekat padanya.
"Ini disebut kekuatan mata batin yang kamu punyai karena itulah kamu dapat mengalami kejadian misteri ini, Gisela", sahut harimau kecil.
"Oh, iya, aku hampir melupakan hal itu", kata Gisela lalu beranjak menjauh dari arah harimau kecil dan berjalan gontai.
"Kekuatan mata batinmu yang melakukannya, Gisela", lanjut harimau kecil yang terbang mengikuti Gisela.
''Yeah..., aku tahu itu...", sahut Gisela masih tertunduk sedih.
"Kau akan pergi kemana ?" tanya harimau kecil yang terus mengikuti Gisela dari arah belakang.
"Entahlah, aku juga tidak tahu, kemana aku harus pergi sebab aku tidak tahu dimana aku akan tinggal sekarang", sahut Gisela.
"Apa kau tidak punya rumah sebelumnya, Gisela ?" tanya harimau putih di dekat Gisela.
"Aku ?" tanya Gisela tertegun sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Ya, kau pasti punya tempat tinggal", sahut harimau kecil.
Gisela tertawa terbahak-bahak seperti orang tidak waras, sikapnya tentu saja mengundang simpati harimau putih.
"Dulu sebagai Valeria, aku punya rumah mewah yang sangat besar dengan halaman luas serta taman yang cantik di pelataran bahkan aku adalah seorang artis terkenal", ucapnya lalu berhenti tertawa.
Gisela menerawang jauh ke arah depan sembari menatap kosong.
"Tapi semua telah berubah sekarang sebab aku sudah bukan lagi Valeria yang dulu melainkan menjadi Gisela bertubuh gendut", ucapnya murung.
"Aku tahu hal itu, tidaklah mudah bagimu menerima ini semua namun kamu harus menerimanya sebagai takdirmu, Gisela", kata harimau kecil.
"Yah, aku tahu itu, meski tidak mudah bagiku, tapi aku harus tetap bertahan melanjutkan hidupku ke depan", sahut Gisela lalu melanjutkan langkah kakinya.
"Lantas dimana kamu akan tinggal sekarang ?" tanya harimau kecil.
"Aku tidak tahu", sahut Gisela saat dia berjalan ke arah Lift untuk turun ke kamarnya dirawat.
"Dan sekarang kamu akan kemana ?" tanya harimau kecil.
"Kembali ke kamarku karena ada barang-barang yang tertinggal disana", sahutnya.
"Apakah itu barang-barang milikmu ?" tanya harimau putih.
"Bukan, barang-barang itu bukan kepunyaaanku, aku hanya bermaksud mengganti baju rumah sakit ini dengan baju lainnya sebab tidak mungkin bagiku, keluar dari rumah sakit dengan memakai baju rumah sakit", jawab Gisela sambil memperlihatkan baju pasien rumah sakit yang dia kenakan sekarang ini pada harimau kecil.
"Aku bisa membantumu", kata harimau kecil.
"Memangnya kamu mau bantu aku apa, harimau kecil ?" tanya Gisela lalu berjalan keluar dari dalam Lift ketika dia sampai ke lantai dua.
"Aku akan mengganti pakaianmu sekarang tanpa perlu lagi kembali ke kamar", kata harimau kecil menjawab.
"Jangan bercanda hal-hal yang tidak masuk akal padaku, aku masih bisa berpikir rasional !" jawab Gisela.
"Tidak, aku bisa membantumu", kata harimau kecil.
"Oh, iya, benarkah itu", sahut Gisela acuh tak acuh menanggapi kata-kata dari harimau putih.
"Pejamkan kedua matamu dan berhentilah berjalan, Gisela !" perintah harimau itu.
"Baiklah, aku akan berhenti berjalan", sahut Gisela sembari berdiri terdiam.
"Mari ubahlah takdirmu !" ucap harimau putih.
Sekejap saja baju rumah sakit yang dikenakan oleh Gisela langsung berganti dengan baju baru yang lebih baik.
Sebuah gaun terusan panjang warna hijau muda membalut cantik tubuh gendut milik Gisela.
"Sekarang, buka matamu, Gisela !" perintah harimau kecil.
Gisela segera membuka kedua kelopak matanya.
Alangkah terkejutnya Gisela ketika dia melihat perubahan penampilannya yang sekarang ini, dia benar-benar sangat cantik mempesona dalam balutan gaun berwarna hijau muda itu.
Gisela tertawa senang sembari melompat kecil lalu mendekap harimau putih.
"Wow, ini luar biasa buatku, terimakasih atas hadiahnya ini", kata Gisela penuh keceriaan.
"Jangan sungkan padaku, aku hanya menjalankan tugasku sebagai pelindungmu, Gisela !" jawab harimau kecil dalam pelukan lengan Gisela.
"Tapi, aku sangat berterimakasih atas kebaikanmu ini meski kau hanyalah leluhur pelindung bagiku, tetaplah aku sangat bersyukur karena memilikimu", kata Gisela.
"Semoga kamu bisa menerimaku sebagaimana aku adanya", kata harimau putih dalam dekapan tangan Gisela.
"Tentu saja, aku menerimamu sebagaimana adanya dirimu bahkan aku senang telah memilikimu sebagai pendampingku", kata Gisela sembari mengeratkan dekapan tangannya pada tubuh harimau putih.
Keduanya terlihat sangat senang sambil tertawa bersama-sama.
Gisela melanjutkan langkah kakinya ke arah luar rumah sakit sembari mendekap erat-erat tubuh harimau putih.
"Kau punya tujuan sekarang, Gisela ?" tanya harimau putih.
"Belum ada, aku belum mempunyai tujuan setelah ini", sahutnya kalem.
"Apakah kamu tidak tahu letak rumah Gisela yang dulu ?" tanya harimau putih dalam dekapan Gisela.
"Bahkan rumah tinggalnya saja, aku tidak tahu dimana sebelumnya, Gisela yang dulu tinggali karena kami tidak terlalu dekat", sahut Gisela.
"Kalau begitu kita pergi mencari tempat tinggal baru untukmu atau kita cari tahu dimana dulu Gisela tinggal", kata harimau kecil.
"Kau tahu dimana rumah Gisela yang dulu dia tempati", ucap Gisela.
"Kita akan cari tahu soal itu", sahut harimau putih.
"Oh, iya, ngomong-ngomong, siapa namamu, kita belum berkenalan", kata Gisela.
"Panggil saja aku dengan panggilan Amur, nama itu biasa bagi harimau dalam jenis Siberia putih", kata Amur sembari menggoyangkan ekornya.
"Amur, ya..., nama yang cocok sekali bagi harimau sepertimu, rupanya kamu adalah jenis harimau Siberia putih, artinya kamu berasal dari sana, Amur", kata Gisela.
"Ya, benar, aku datang dari Siberia sebagai pendatang baru", jawab Amur.