Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Asih menangis sesenggukan mengingat apa yang sudah terjadi kepada dirinya, dia tidak menyangka kalau pacaran selama 5 tahun dengan Rahmat ternyata akan berakhir duka.
Pria itu begitu tega meninggalkan dirinya setelah mengambil mahkotanya, lalu pria itu menghinanya habis-habisan dan membuat dia keguguran. Asih sempat depresi selama 1 bulan, hingga akhirnya dia bisa bangkit ketika mendengar Rahmat akan menikah dua Minggu lagi dengan Mirna.
"Jangan salahkan aku jika mengambil jalan ini, Rahmat!"
Mirna sudah bertekad akan membalaskan dendam kepada siapa pun yang sudah menyakiti dirinya, wanita itu lebih sedih lagi ketika dirinya ketahuan hamil diluar nikah dan keguguran.
Banyak tetangganya yang mencemooh dirinya, bahkan dirinya dihina dan dikucilkan oleh banyak orang. Darmi yang dianggap baik oleh Asih saja ternyata selalu menjelekkan dirinya di belakang, Asih sangat sakit hati.
"Aku kira uang ini cukup untuk membayar Mbah Jarwo, setelah itu aku akan kembali ke panggung dan memikat siapa pun. Lalu, aku akan menghancurkan kehidupan siapa pun yang berani menghina aku."
Asih mendengar kalau dua minggu lagi Rahmat akan menikah, pria itu akan mengadakan pesta besar-besaran selama 3 hari 3 malam. Rahmat bahkan akan mengundang orkes dangdut ternama dari kota.
Makanya Asih ingin memasang susuk, dia ingin menjadi penyanyi yang paling ternama dan paling dipandang. Dia ingin memikat semua orang dengan susuk yang sudah ditanam di tubuhnya.
"Dua hari lagi aku akan datang ke rumah Mbah Jarwo, aku yakin setelah itu semuanya akan ada di dalam genggamanku." Asih tersenyum penuh kelicikan setelah mengatakan hal itu, tetapi dari sorot matanya tersimpan luka yang begitu dalam.
Setelah mempersiapkan uang yang akan dia bawa, Asih akhirnya membersihkan tubuhnya. Barulah dia tidur walaupun dengan keadaan hati yang masih gundah.
Dua hari kemudian.
"Sudah siap?" tanya Mbah Jarwo.
Asih kini sudah berada di rumah mbah Jarwo, malam ini adalah malam Jumat dan tadi seharian Asih sudah berpuasa. Sesuai dengan petunjuk dari Mbah Jarwo, sebelum pemasangan susuk Asih harus puasa terlebih dahulu.
"Sangat siap," jawab Asih.
"Kalau begitu buka bajunya, ganti dengan kain saja."
"Oke," jawab Asih dengan tekad yang kuat.
Asih membuka semua kain yang melekat di tubuhnya, lalu wanita itu memakai kain yang diberikan oleh Mbah Jarwo. Kain yang hanya menutupi dada sampai setengah pahanya saja.
"Duduklah," ujar Mbah Jarwo menunjuk batu besar di dekat gentong berisikan air yang sudah ditaburi kembang 7 rupa.
"Ya," jawab Asih.
Mbah Jarwo mulai menuangkan minyak tanah pada dupa berisikan arang, lalu dia mengambil korek api dan menyalakannya. Api langsung menyala dengan begitu besar di atas dupa itu, kemenyan mulai ditaburkan.
Bau khas mulai menyebar di ruangan itu, baunya begitu menusuk hidung. Asih sampai menahan napasnya untuk sesaat, tetapi tak lama kemudian Asih bernapas dengan normal walaupun baunya sangat tidak enak.
"Fokus, Asih!"
"Iya, Mbah."
Mulut mbah Jarwo mulai komat-kamit, suasana rumah Mbah Jarwo menjadi menyeramkan. Padahal ada cahaya lampu yang menyinari ruangan itu, tetapi pandangan mata Asih terasa terbatas. Gelap, tak bisa melihat dalam jarak pandang jauh.
Setelah beberapa saat Mbah Jarwo membaca mantra, pria itu mengambil gayung dengan gagang kayu dan batok kelapa. Dia mengambil air yang sudah ditaburi kembang 7 rupa dan mulai memandikan Asih.
"Sebelum dipasangi susuk, badan kamu harus dibersihkan terlebih dahulu, Asih."
Asih hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia bahkan memejamkan mata sambil menahan rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang.
Mbah Jarwo, seorang dukun terkenal di desa, sedang melakukan ritual pemasangan susuk untuk Asih, seorang gadis muda yang berharap mendapatkan kecantikan dan keberuntungan.
"Yakin mau memasang susuk ini di mata, dada dan juga bokong kamu?" tanya Mbah Jarwo setelah memandikan Asih.
Tubuh wanita itu sampai bergetar karena kedinginan, tetapi tekadnya untuk membalas dendam kepada semua orang yang sudah menyakiti dirinya sangatlah kuat.
"Yakin, Mbah. Lakukan saja, saya siap dengan konsekuensi apa pun yang akan terjadi."
"Oke!"
Mbah Jarwo membuka bungkusan berwarna hitam, lalu kembali mulutnya membaca mantra yang entah apa Asih tidak tahu. Yang terpenting bagi dirinya dia bisa melakukan ritual dengan lancar, hasilnya juga sesuai dengan harapan.
"Asih, kamu harus percaya pada kekuatan ini," kata Mbah Jarwo dengan suara lembut sambil memegang susuk yang terbuat dari berlian.
Sesuai dengan permintaan Asih, dia ingin memasang susuk yang terbuat dari berlian. Karena kata Mbah Jarwo, susuk yang terbuat dari berlian itu kekuatannya sangat luar biasa.
"Baik, Mbah," jawab Asih dengan mata tertutup, berusaha memusatkan pikirannya.
Mbah Jarwo mulai membacakan mantra sambil mengusap-usap susuk di atas kepala Asih. Lalu, tangan itu turun menuju mata Asih yang tertutup rapat.
"Kekuatan ini datang padamu, kekuatan besar yang akan merubah hidupmu."
Asih merasakan getaran aneh di tubuhnya, seperti ada sesuatu yang mengalir ke dalam dirinya. Mbah Jarwo kemudian memasang susuk di kelopak mata Asih dengan gerakan cepat dan tepat.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Mbah Jarwo sambil memperhatikan reaksi Asih. Lalu, pria paruh baya itu memberikan cermin kepada Asih.
Asih membuka matanya, dia tersenyum sambil menatap wajahnya di cermin. Asih merasa kalau kecantikannya bertambah berkali-kali lipat, dia merasa lebih mempesona.
"Saya merasa lebih percaya diri, Mbah."
Mbah Jarwo tersenyum puas, kemudian dia kembali mengambil bungkusan hitam yang sejak tadi ada di hadapannya.
"Bagus, kekuatan ini akan membawa keberuntungan dan kecantikan padamu. Kamu harus menjaganya dengan baik."
Asih mengangguk, merasa ada harapan baru dalam hidupnya. Harapan untuk menghancurkan orang-orang yang sudah menyakiti dirinya, harapan untuk membalaskan dendam terhadap orang-orang yang sudah membunuh harapannya.
"Sekarang aku akan memasangkan susuk berlian ini di dada kamu," ujar Mbah Jarwo.
"Iya, Mbah," jawab Asih.
Wanita itu kembali memejamkan matanya, sedangkan Mbah Jarwo mulai membaca mantra sambil mengusap-usap kedua dada Asih agar susuk berlian yang sudah dia siapkan bisa masuk dengan sempurna ke dalam tubuh Asih.
"Argh!" pekik Asih karena rasanya sedikit sakit.
"Tahan, Asih."
Asih merasakan getaran yang begitu hebat ketika Mbah Jarwo memasukkan susuk berlian itu ke dalam kedua dadanya, hingga tak lama kemudian dia merasa ada sesuatu yang hangat mengalir ke dalam tubuhnya.
"Bagaimana?" tanya Mbah Jarwo sambil meminta Asih untuk memandang dadanya lewat cermin.
"Terlihat sangat menarik," ujar Asih.
"Sekarang berbaringlah!"
"Ya," jawab Asih.
Asih lalu merebahkan tubuhnya di atas dipan beralaskan palupuh yang terbuat dari bambu, lalu Mbah Jarwo menyingkap kain yang digunakan oleh Asih dan mulai mengusap bokong itu untuk memasukkan susuk berlian.
Asih sampai memejamkan matanya dengan kuat, bukan sakit yang dia rasa, tetapi rasa panas yang langsung mengalir ke seluruh tubuhnya.
''Bagaimana rasanya? Apakah energinya sudah terasa?"
"Ya," jawab Asih.
"Bagus, cepat pakai baju dan pulang agar tidak sakit."
Mbah Jarwo tak lupa memberikan bedak yang sudah diberikan mantra kepada Asih, bedak itu hanya untuk syarat saja dipakai di wajah setelah selesai Asih merias diri.
"Ya," jawab Asih.
Asih dengan cepat memakai baju dan segera pulang dari sana, saat tiba di kampung halamannya, langit sudah mulai berubah terang walaupun sinar mentari belum menyinari bumi. Embun pagi masih terlihat menyelimuti bumi.
"Mampir dulu buat nyari sarapan ah," ujar Asih.
Asih menepikan mobilnya ketika dia melihat ada warung di pinggir jalan, Asih melihat-lihat apa saja yang dijual di sana. Ternyata ada nasi goreng, ada nasi liwet, ada berbagai macam gorengan dan juga roti.
"Asih."
Asih yang sedang memilih makanan untuk sarapan pagi langsung menolehkan ke arah suara, karena dia mendengar ada seorang pria yang memanggil dirinya.
"Kamu?"
semangat thor 💪💪
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...