NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 | Aula dan trauma

Alana tak ambil pusing atas perlakuan Gala cs tempo hari. Baginya lebih baik fokus pada diri sendiri, kecuali jika kejahilan mereka sudah melewati batas kesabaran.

Seperti saat ini, pagi hari selepas bel tanda masuk berbunyi, seluruh murid di kelas Alana sudah berhambur ke ruang laboratorium sesuai jadwal.

Tak berselang lama, suara bu Resi memecah keheningan.

"Sekarang saya akan bagi kalian dalam beberapa kelompok dan perlu diingat, tidak ada yang boleh protes atau nilai akan saya kurangi."

Belum sempat dijawab, beliau sudah menyebutkan beberapa nama untuk bergabung.

"Oke, terakhir ... sisa kalian berdua, Alana dan Manggala." Baru saja bu Resi menutup bukunya, Alana buru-buru mengangkat tangan.

"Maaf, Bu. Kenapa yang lain berempat tapi kami cuma berdua?" Sambil melirik tajam ke arah Gala yang kini tersenyum penuh kemenangan.

"Kalau saja hari ini semua siswa berangkat, kalian akan tetap empat orang. Kamu tahu sendiri kan, dua temanmu absen karena sakit? Sudah, kerjakan sesuai soal. Protes lagi, akan saya kurangi nilaimu." Bu Resi berjalan membagikan kertas soal lalu kembali duduk mengamati muridnya.

Meski hatinya dongkol setengah mati, namun Alana tak ingin nilainya anjlok hanya karena manusia satu itu. Dia mengerjakan tanpa sedikit pun membuka suara bahkan dia tak menghiraukan Gala yang sudah salah tingkah karena setiap dia bertanya tak menghasilkan jawab dari gadis di sampingnya.

Saat Alana lengah, diam-diam Gala mengganti jawaban sebelum dikumpulkan di meja guru.

Bu Resi membaca satu per satu hasil praktek hingga tiba giliran kelompok terakhir.

"Alana, Gala. Kalian berdua maju dan bacakan hasilnya. Cepat."

Dengan menyeret langkahnya, Alana menghampiri bu Resi dan mulai membacakan hasil tulisannya.

Lho, kok gini? Perasaan tadi gue jawab bener deh. Ooohh, jelas ini kerjaan kampret satu.

Alana melirik ke arah Gala yang memasang tampang polos seakan tak ada apa-apa.

"Dari mana kalian dapat jawaban itu? Ini pelajaran pengetahuan alam bukan bahasa apalagi pantun. Gala, sekarang baca jawaban yang lain." Suara bu Resi menggelegar dalam ruangan tertutup itu.

Alana menyerahkan kertas di tangannya dengan kasar, membuat Gala sedikit terkejut apalagi melihat sorot mata si gadis yang tajam seakan siap menerkam.

"Buah salak buah semangka, Aku galak siapa yang suka?"

Sontak gemuruh tawa memenuhi ruang membuat wajah Alana semakin merah padam. Bu Resi segera menenangkan dan membubarkan mereka semua agar kembali ke ruang kelas karena bel pergantian pelajaran sudah berbunyi.

Sisi dan Vio berlarian mengejar Alana yang melangkah cepat ke arah kelas. Sampai di depan pintu, dia menendang tulang kering Gala yang sengaja berdiri menghalangi.

"AWWW... SAKITTTT!!!" Gala berteriak sambil menunduk mengusap kakinya.

"Gue ikutin permainan lo," bisik Alana sebelum melangkah ke mejanya.

Teman-teman Gala segera menghampiri lalu memapah ke tempat duduk di pojok belakang. Berkali-kali Gala menatap Alana, tapi gadis itu sama sekali tak menoleh. Dia terlihat sibuk dengan novel di tangan.

"Gal, lo nggak papa?" Rio menatap kawannya cemas, mengingat bagaimana keganasan seorang Alana yang menjadikan dirinya ditakuti bukan hanya teman sekelas, bahkan satu sekolah.

"Kan udah gue bilangin, tu cewek bukan manusia. Dia titisan siluman singa betina, udahlah nggak usah tergiur sama tu duit. Lagian duit lo kan lebih banyak, lupain taruhan sebelum nyawa lo yang jadi gantinya." Juna menepuk bahu Gala, lalu kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

"Eh, tumben lo bijak? Kesurupan lo ya?" Rio menoyor kepala Juna lalu tertawa.

"Gue abis mimpi sarapan sama Mario Teguh." Juna membuka satu matanya dan kembali terpejam.

Seketika tawa mereka pecah, begitu juga dengan Adit yang ikut tiduran di samping Juna.

"Lo ngapain kunyuukk." Rio menepuk punggung Adit yang langsung berdiri menunjuk Gala.

"Kunyuk lo." Setelahnya dia terdiam lalu menutup kepalanya dengan tas karena Gala memukulnya dengan buku.

Setelah dua jam berlalu, bel istirahat berdering membuat seisi kelas bersorak. Mereka berlarian ke kantin untuk mengisi perutnya dengan berbagai menu makanan yang ramah di kantong.

"Na, kantin yuk." Sisi menarik tangan Alana agar ikut dengannya dan Vio.

"Duluan aja, gue mau ke toilet." Kedua temannya mengangguk lalu pergi menuju arah yang berlawanan.

Bukannya toilet, Alana melangkah ke arah aula, tempat favoritnya.

Saat pintu terbuka, matanya menangkap seseorang tengah duduk diam di dekat jendela. Tak ingin mengganggu, Alana segera duduk di tempat biasa dan membaca novel yang dibawa.

Suasana sedikit canggung terlebih dirinya tak lagi sendiri seperti biasa. Alana mencoba memfokuskan pikirannya dalam alur cerita yang dibaca, sambil sesekali melirik ke arah siswa yang duduk diam membelakanginya.

Aula itu cukup luas dan kosong, jarang sekali digunakan kecuali untuk acara-acara penting sekolah. Hanya sesekali dipakai untuk berlatih dance anak-anak cheerleader.

Di luar, hujan lebat mulai turun disertai kilat yang saling menyambar membuat suasana hening itu berubah mencekam.

Lampu aula kelap-kelip dan detik berikutnya, semua gelap.

Alana menjerit, memejamkan mata dan menutup kedua telinga. Kegelapan membuatnya takut, terlebih suara petir menjadikan dia ingin menangis. Situasi itu mengorek luka lama yang terus dipendamnya sampai saat ini.

"Na, kamu nggak papa?"

Alana terkejut saat sebuah suara diikuti hembusan napas yang hangat terasa cukup dekat, membuatnya seketika mengibaskan novel di tangan ke arah samping.

"Aduuuhh, tenang, Na. Tenang. Ini gue, Galih." Sosok itu menahan tangan Alana yang masih memegang novel.

"Galih?" Alana mengeryitkan kening mendengar nama itu, otaknya mulai memutar memori mencari sosok bernama Galih yang pernah dia kenal.

"Lo nggak kenal gue, Na. Gue bukan anak populer kayak lo dan yang lain. Gue sering liat lo di sini, sendiri. Nggak jarang, gue juga liat lo nangis sesenggukan, atau ngamuk nggak jelas. Dari awal gue pengin nyamperin lo, Na. Tapi gue sadar diri, gue juga takut lo nggak mau dideketin. Baru sekarang ini gue berani karena liat lo ketakutan. Lo nggak papa kan, Na?" Galih melepas tangan Alana dan mulai menjaga jarak di tengah kegelapan.

Suara petir menyambar masih terdengar beradu dengan derasnya hujan dan hembusan angin.

Alana mengangguk, lalu tersadar jika orang di sampingnya tak dapat melihat.

"Ya, gue baik-baik aja. Makasih."

Alana berdiri dan bersiap pergi, namun lagi-lagi sebuah tangan menahannya.

"Na, mulai sekarang jaga kesehatan lo ya, jangan malas _check up_ ke dokter. Gue harap kamu selalu tegar, kuat dan jadi cewek tangguh." Galih melepas tangannya dan tanpa menjawab, Alana segera berlari keluar menuju kelas.

Setelah kepergian Alana, listrik kembali menyala. Galih menatap pintu aula yang telah tertutup. Dia menghela napas berat, lalu tersenyum kecil.

"Akhirnya, Na. Gue bisa ngobrol sama lo." Dia berlalu keluar saat bel masuk berdering.

Sementara itu di kelas, Alana masih terdiam mengingat setiap kata yang dia dengar dari cowok misterius itu.

Galih? Perasaan gue nggak pernah kenal. Dia kelas berapa? Adik kelas apa kakak kelas? Sial banget nggak bisa liat mukanya.

Alana mengepalkan kedua tangan di atas meja, membuat Sisi menyentuh bahu sahabatnya.

"Na, are you oke?"

Alana mengangguk lalu kembali bersikap biasa saja agar dia tak ditanya macam-macam.

Sepulang sekolah, Alana menyelinap ke perpus sembari menunggu jemputan.

"Lho, Na. Ngapain malah ke sini? Bukannya balik?" Seorang wanita dengan name tag di dada mendekat dan menatapnya heran.

"Nunggu jemputan, Kak. Males di luar panas." Alana mengacungkan sebuah novel dan berjalan ke arah kursi.

Matanya fokus ke arah novel, namun pikirannya masih dipenuhi dengan nama cowok di aula tadi. Dia sendiri tak berani bertanya pada orang lain terlebih Sisi dan Vio yang super duper kepo.

Sesekali, dia menatap layar ponsel untuk melihat jam.

"Udah jam 2 lewat belom dateng juga?" Alana bergumam lalu bangkit keluar setelah berbincang sebentar dengan petugas perpus.

Sambil melangkah pelan, ujung matanya menangkap bayangan seseorang yang mengikuti. Alana berhenti dan berpura-pura mengikat tali sepatu, namun orang di belakangnya tak kunjung lewat.

Baru saja berdiri, ponsel di saku bergetar pelan. Dengan satu gerakan, Alana sudah mengobrol dengan orang di seberang lalu berlari kecil ke arah gerbang.

Di sana sudah menunggu sebuah sedan hitam dengan seorang laki-laki berpakaian rapi.

"Maaf, Non. Tadi kena macet." Dia membukakan pintu, kemudian Alana masuk dan langsung merebahkan punggungnya di sandaran kursi.

"Pak, tolong ke Rits caffe bentar ya," titah Alana yang disambut anggukan dari sopirnya.

Mobil melaju membelah jalanan yang masih saja padat di siang terik seperti ini, satu dua pengamen berlalu lalang memetik senar gitarnya saat lampu merah menyala.

Diam-diam Alana kembali teringat akan sesuatu yang telah jauh dia tinggalkan.

Gadis itu menghela napas kasar, membuat laki-laki di depan menatapnya dari kaca spion, lalu menggeleng.

*

1
M.S
aku udah mampir kakak
Bulanbintang: Terima kasih ya,
total 1 replies
Violette_lunlun
udah mampir ya Thor, bagus banget novel dan penulisan.
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.
Bulanbintang: Baik, terima kasih.
total 1 replies
–Kang Je Ra
haiii, semangatt nulis yaa! /Rose/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
follback
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Bulanbintang: Oke, nggak papa. Nanti kita belajar bareng. 🤗
Bulanbintang: Sementara baru ini dulu, yg lain nyusul. hhhii💃
total 16 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!