Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Elana menatap jenuh pada guru yang tengah menerangkan pelajaran di depan. Setelah menjelaskan materi, guru tersebut menuliskan satu soal di papan tulis.
"Ada yang bisa menjawab soal di depan?" tanya Bu Siska. Semua murid terdiam, sebab materi kali ini baru disampaikan, dan mereka belum sepenuhnya paham. "Elana?" tanya Bu Siska.
Elara gugup, sama halnya dengan yang lain, ia juga sama sekali tidak mengerti dengan pelajaran Matematika. Tapi, Elana sangat pandai dalam bidang Matematika dan jika Elara tidak maju sekarang, maka orang-orang pasti akan merasa aneh.
"Elana, silahkan kerjakan." Bu Siska menyerahkan spidol pada Elara.
Mau tak mau Elara maju ke depan dan menuliskan jawaban yang ada di kepalanya. Ia tahu bahwa jawabannya tidak mungkin benar, tetapi ia harus tetap maju agar tidak menimbulkan masalah. Benar saja, sesaat setelah Elara menuliskan jawabannya, Ibu Siska mengernyitkan dahi melihat Elara.
"Elana, kamu lagi kurang sehat?" tanya Bu Siska.
"Mmm saya... Iya, Buk. Saya sedikit kurang sehat." Dengan terpaksa Elara berbohong.
"Ya sudah, duduk kalau begitu." Ibu Siska kembali melanjutkan penjelasannnya. Setelah beberapa saat, bel istirahat berbunyi, menyudahi pertemuan hari ini.
Setelah Ibu Siska keluar kelas, Feli mendekati Elara. "Lan, kau kenapa? Sepertinya tadi pagi baik-baik saja."
"Apa ini efek dari kecelakaan itu, Lan?" tanya Chelsea.
"Apa-apaan kau ini. Amnesia itu hanya menghapus sebagian memori ingatan saja, bukan menghapus kepintaran seseorang." balas Feli geram.
"Mmm... Chelsea mungkin ada benarnya. Kepalaku memang sering sakit kalau diajak berpikir keras, makanya tadi sedikit blank."
...•••***•••...
Kenzie bersama Darel dan Juna duduk mengobrol di koridor kelas. Mereka asik mengobrolkan banyak hal, hingga obrolan dua orang siswi dari kelas Elana membuat ketiganya terdiam.
"Elana kenapa ya hari ini, tidak biasanya dia tidak bisa menjawab soal dari Bu Siska." ucap salah satunya.
"Hm, padahal Elana itu juara umum bertahan di sekolah kita." timpal temannya.
Juna menatap punggung dua siswi tadi yang mulai menghilang dari pandangannya. "Gadis incaranmu kenapa, Ken? Tidak biasanya ada gosip seperti ini tentang dia."
Kenzie tidak menghiraukan ucapan Juna, ia lekas melangkah menuju kelas Elana untuk memastikan keadaan Elana. Sebab, benar yang dikatakan Juna, selama ini tidak ada gosip apapun tentang Elana, apalagi terkait pelajaran, karena Elana adalah juara umum bertahan di sekolah mereka.
"El, aku ingin bicara." ucap Kenzie saat sampai di kelas Elana. Feli dan Chelsea yang semula duduk bersama Elara memilih keluar dari kelas, memberi ruang untuk Kenzie dan Elara bicara.
"Lan, kami duluan ke kantin ya." pamit Feli.
"Hm, nanti aku menyusul."
Kenzie duduk di kursi yang ada di dekat Elara. Kemudian tangan Kenzie terulur untuk untuk mengecek dahi Elara, tetapi langsung Elara tepis.
"Apa yang kau lakukan?" Elara gelagapan dan tersadar dengn tindakannya yang terlalu keras. Ia seakan lupa bahwa kini ia seharusnya berada dalam mode Elana. "Mmm maaf, maksudku tidak begitu." sangkal Elara cepat.
"Tidak apa-apa. Tapi El, apa kau baik-baik saja? Aku dengar hari ini kau tidak bisa menjawab soal dari Bu Siska, kenapa?" tanya Kenzie.
"Oh, soal itu. Aku hanya sedikit tidak konsentrasi saja hari ini."
"Yakin hanya karena itu? Tidak ada hal lain, 'kan?"
"Iya, aku tidak apa-apa."
"Syukurlah kalau begitu."
...•••***•••...
Elara, Feli dan Chelsea berpisah di parkiran karena Feli dan Chelsea dijemput oleh supir masing-masing. Setelah mobil yang membawa Feli dan Chelsea pergi, Elara berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya, tetapi motornya tidak ada di tempat ia memarkirkannya tadi pagi. Justru, tempat parkirnya diisi oleh motor lain.
"'Kan sudah dibilang, ini daerah kekuasaan Geng Atlantis." Langit muncul bersama dua temannya.
Elara berbalik dan menatap tajam pada Langit, Jojo dan Sam yang berdiri angkuh di depannya. "Dimana motorku?" tanya Elara penuh penekanan.
"Motormu? Motor butut itu maksudnya?" Langit menunjuk sebuah pohon yang tidak jauh dari parkiran, dimana motor vespa Elara tergantung.
"Shit!" umpat Elara.
"Kau mengumpatku?" Langit merasa geram mendengar umpatan Elara. Langit melayangkan tinjunya untuk memukul Elara, diwaktu bersamaan Kenzie datang dan menangkis serangan Langit.
"Hanya pengecut yang berani sama perempuan."
Langit menghempas tangan Kenzie yang mencekal pergelangan tangannya. "Pahlawan kesiangan lagi rupanya." ledek Langit. Langit kembali menatap Elara. "Ingat, parkiran ini milik Atlantis, kalau besok motor bebekmu itu masih terparkir di sini, maka jangan berkecil hati kalau motor itu aku bakar!" Setelah mengatakan kalimat ancaman itu, Langit dan teman-temannya pergi.
Setelah kepergian Langit dan teman-temannya, Kenzie, Darel dan Juna membantu menunkan motor Elara dari pohon.
"Besok-besok, kalau mau parkir di sini saja. Ini area Geng Ganstar, jadi motormu aman." ucap Kenzie.
"Haish! Abang Ken perhatian sekali, aku jadi malu." Juna bertingkah seolah salah tingkah mendengar penuturan Kenzie pada Elara.
Darel tergelak melihat tingkah Juna. "Macho, Junaedi!" pekiknya tepat di telinga Juna.
"Jangan keras-keras. Awas kalau sampai ada yang tahu!" peringat Juna. Ya, tentu saja ia tidak ingin ada yang tahu perihal nama aslinya, sebab ia merasa namanya itu sangat norak dan memalukan.
"Ehem! Sebelumnya terima kasih atas bantuan kalian. Kalau begitu aku duluan." pamit Elara.
Setelah Elara pergi, Juna bersiul menggoda. "Sepertinya ada yang semakin perhatian."
"Itu tandanya bunga-bunga cinta semakin bermekaran." timpal Darel ikut menggoda.
"Langit itu tidak peduli gender, laki-laki atau perempuan dia hajar kalau tidak sesuai keinginannya." kilah Kenzie.
"Mengelak saja terus." cibir Juna.
Darel tersenyum sembari menepuk bahu Kenzie. "Kejar dia, atau lepaskan. Jangan membuat dia bingung dengan sikapmu yang on of seperti ini. Kau memang perhatian padanya, aku yakin dia bisa merasakan itu. Tapi percayalah, dia juga pasti bingung menentukan sikap saat berhadapan denganmu, karena kau tidak pernah mengungkapkan perasaanmu padanya."
...•••***•••...
Siena duduk bersama Langit dan teman-temannya di meja kantin. Tidak lama, terlihat Elara, Feli dan Chelsea memasuki kantin dan hendak memesan makan. Melihat itu, Siena mendekati Elara.
"Mang, baksonya masih banyak?" tanya Siena pada penjual kantin.
"Masih banyak, Dek."
"Dagangan Mbak masih banyak juga?" tanya Siena pada pedagang lain.
"Masih, Dek."
Siena tersenyum remeh pada Elara dan teman-temannya. Setelah itu, Siena berbalik, menatap semua orang yang ada di kantin.
"Kalian semua boleh makan sepuasnya. Dia yang bayar," tunjuk Siena pada Elara.
"Heh Kakak Kelas kurang ajar! Jangan mentang-mentang kau Kakak Kelas, kau jadi seenaknya ya." omel Feli tak terima.
"Sudah, biarkan saja." ucap Elara santai.
"Tapi, Lan—"
Elara menggeleng dan mengajak Feli dan Chelsea untuk duduk. Elara memesan makanan lebih banyak dari biasanya, hingga meja mereka penuh.
"Lan, kau yakin akan menghabiskan semua ini?" tanya Chelsea. Ia sendiri tidak yakin bisa menghabiskan semua pesanan Elara tersebut.
Elara hanya mengangkat bahunya dan mulai memakan makanan pesanannya tanpa sisa. "Aku kekenyangan." keluh Elara.
"'Kan aku sudah peringatkan, kau malah tetap mau memakan semuanya." ucap Chelsea.
Elara tersenyum kecil. Ia lantas bangkit dari duduknya, diikuti oleh Feli dan Chelsea. Saat mereka akan melangkah keluar kantin, Siena menggebrak meja.
"Siapa yang nyuruh pergi? Bayar!"
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...