NovelToon NovelToon
Menjadi Pelindung Tujuh Bidadari

Menjadi Pelindung Tujuh Bidadari

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyeberangan Dunia Lain / Penyelamat
Popularitas:16.4k
Nilai: 5
Nama Author: rcancer

Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.

Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.

Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.

Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Tugas

"Apa yang kamu lakukan!" teriak Wira. Tubuhnya mendadak kaku dan dengan sendirinya bergerak maju ke arah wanita cantik yang mengeluarkan cahaya aneh dari telapak tangannya.

Wajah anak muda itu sedikit memucat dan terlihat sangat panik karena tidak bisa melawannya. Tubuh Wira terseret semakin dekat dan saat itu juga matanya membelalak kala ada benda tajam yang teracung ke arahnya.

"Akhh!"

Wira ketakutan setengah mati, tapi dia juga terkejut saat merasakan tubuhnya mendadak berhenti. Mata Wira yang tadi sempat terpejam, perlahan dia buka dan betapa kagetnya Wira saat ujung senjata tajam tersebut berada tepat di depan lehernya. Wira sampai merasa kesusahan menelan salivanya sendiri dan wajahnya semakin pucat.

"Kalau kamu tidak mau menjaga para bidadari ini, maka aku tidak akan segan-segan mencabut nyawamu, mengerti!" hardik wanita cantik yang dipanggil Mahadewi.

Ancaman wanita itu langsung menciutkan nyali Wira. Meski begitu, Wira juga tak percaya kala nama bidadari keluar dari mulut wanita yang mengancamnya.

"Bidadari?" tanya Wira dengan suara yang terbata. "Mereka?"

"Ya, kamu harus menjaganya!"

"Tapi ..."

"Tidak ada kata tapi! Dan aku akan mengawasimu dari langit. Kalau sampai kamu melarikan diri, akan aku buat kamu menyesal, paham!"

Wira semakin bergidik takut.

"Tapi, bagaimana caranya aku menjaganya? Aku sendiri tidak bisa menjaga diriku sendiri," Wira kembali berusaha menolaknya secara halus.

Tapi sayang dari tatapan mata Mahadewi yang semakin melotot, membuat Wira mau tidak mau harus menyanggupi permintaan tersebut. "Iya, iya, aku mau," ucapnya terpaksa.

Mahadewi mendorong tubuh Wira hanya dengan gerakan tangan dari jarak jauh sampai pemuda itu terhempas di atas rumput. Wira mendengus kesal sambil mengatur nafas yang tersengal.

"Aku akan pergi, jaga diri kalian, dan ingat semua pesan aku tadi, mengerti?" ucap Mahadewi begitu tegas.

Ketujuh bidadari hanya mengangguk pasrah sembari menitikan airmata yang mengalir semakin deras. Mereka tidak bisa melakukan apapun selain pasrah dengan keputusan pemimpin mereka.

Wira hanya terdiam dan menatap tak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya.

"Udah, jangan nangis mulu," sungut Wira beberapa saat kemudian setelah sosok Mahadewi menghilang entah kemana.

"Sekarang kita harus pergi dari sini. Atau kalian mau mau tinggal di hutan?"

Ketujuh bidadari langsung menatap tajam pemuda itu. Namun Wira malah bersikap cuek. Mereka lantas saling mengeluarkan suara satu sama lain, membahas langkah berikutnya.

"Lebih baik, kita cari kampung saya, bagaimana?"

Para bidadari yang tadi sedang musyawarah, langsung mengalihkan pandangannya.

"Emang kampung kamu dimana?" tanya salah satu bidadari yang memakai kain berwarna merah.

Kening Wira berkerut, lalu dia memperhatikan aliran sungai. "Aliran sungainya ke arah selatan, berarti kampung saya berada di utara. Kita kesana," ucap Wira sembari melangkah terlebih dahulu. "Nggak mungkin kan gara-gara kepeleset, aku langsung pindah alam?"

Para bidadari tidak ada yang menyahuti karena mereka juga bingung dengan munculnya Wira yang tiba tiba.

Wira dan tujuh bidadari akhirnya bangkit dan mulai melangkah, menyusuri sungai dengan mata berkeliling ke sekitar tempat yang mereka lalui. Namun sayang, sepanjang kaki melangkah, mereka tidak melihat satupun perkampungan atau rumah penduduk. Yang mereka lihat hanya pepohonan rimbun berbagai ukuran di sepanjang mata mamandang.

"Astaga! Ini aku pindah alam beneran atau gimana sih?" sungut Wira menggerutu. "Kenapa nggak ada rumah sama sekali?"

"Beneran pindah alam mungkin," celetuk bidadari berbaju kuning.

"Jangan nakut-nakutin deh," ucap Wira tak terima.

Para wanita hanya saling mencebik, tidak ada niat untuk membalas ucapan Wira kembali.

Mata mereka kembali menyusuri sekitar sungai, sampai beberapa saat kemudian, salah satu dari mereka melihat sesuatu dan betapa terkejutnya dia sampai menghentikan langkah kakinya.

"Berhenti, berhenti, berhenti!" seru bidadari berkain hijau. Tentu saja semua yang mendengarnya langsung menoleh ke arah bidadari itu.

"Ada apa?" tanya bidadari lainnya.

"Lihat di depan kalian," tunjuk bidadari berbaju hijau lagi ke salah satu arah. Semua mata sontak menurutinya.

"Tidak ada apa apa," sahut bidadari berkain nila dengan mata yang terus mengedar ke arah depan. Sepanjang mata memandang, mereka hanya melihat aliran sungai dan rimbunan pepohonan.

"Itu, di atas batu yang besar, perhatikan baik baik," semua kembali menatap ke arah yang ditunjuk bibidari berkain hijau. Begitu semua mata menatap ke satu arah dan memperhatikan dengan seksama, mata mereka langsung membelalak.

"Astaga, itu Singa!" seru Wira lantang. "Waduh, bagaimana ini?"

"Diam, jangan ada yang bersuara, kita mundur pelan pelan, sepertinya Singa itu sedang tidur," ucap bidadari berbaju ungu.

Wira dan yang lain langsung setuju. Dengan langkah yang teramat pelan, mereka mundur teratur dengan mata terus menatap ke arah singa.

Perasaan mereka sudah tidak karuan saat ini. Mereka berharap secepatnya bisa menghilang dari tempat itu.

Namun disaat mereka sedang fokus mundur dengan penuh hati hati, tiba tiba ada batang pohon yang jatuh tepat di dekat keberadaan Singa.

Bukh!

Suaranya begitu keras dan pohon tersebut berhasil membangunkan binatang buas itu.

"Astaga!" pekik Wira. Seketika langkah pemuda itu dan yang lain langsung berhenti.

Karena suara Wira terdengar cukup jelas, Singa tersebut langsung menatap ke arahnya.

"Gawat! Dia melihat kita, bagaimana ini?" ucap bidadari berbaju jingga.

"Aku tidak tahu," sahut bidadari berbaju biru tak kalah paniknya.

"Waduh, bagaimana ini? Sepertinya dia tahu keberadaan kita," ucap bidadari berbaju kuning membuat kepanikan mereka semakin bertambah.

"Kang, cari jalan keluar dong! Jangan diam aja."

"Kang keng kang keng, namaku bukan kang," sungut Wira. "Jalan keluarnya, paling, kita harus kabur secepatnya."

"Apa kita bisa kabur? Singa kan larinya sangat cepat? Kalau salah satu dari kita ketangkap gimana?" sahut bidadari berbaju ungu.

"Ya terus kita harus bagaimana? Pasrah gitu?" balas Wira lagi.

"Udah jangan berdebat, Singanya bergerak itu. Aduh!"

"Mending kalian diam. Kali aja dengan diam, Singa itu tidak menyadari keberadaan kita," ucap bidadari berbaju nila.

Dengan sangat terpaksa, semua enyetujui usulan tersebut. Untuk laripun tidak mungkin karena jarak mereka dengan Singa hanya beberapa meter saja.

Diluar dugaan, Singa itu bergerak dan mendekat ke arah mereka. Secara otomatis Wira dan tujuh bidadari semakin dibuat panik.

Dengan segala rasa takut yang mereka miliki, mereka berusaha tetap diam dengan nafas yang mereka tahan. Di saat suasana begitu tegang dan jarak Singa semakin dekat dengan tempat Wira berdiri, tiba-tiba Wira merasakan ada sesuatu yang melompat dari semak-semak di sisi kanan Wira.

"Akhh!" Wira langsung berteriak. teriakan Wira langsung mengundang reaksi makhluk buas yang jarak tinggal beberapa meter dari tempat Wira berdiri.

Sang Singa langsung mengaum dan dia mengambil ancang ancang, lalu singa itu melompat ke arah Wira, dengan mulut terbuka lebar.

1
Yuliana Purnomo
Leo dimna coba?? giliran dibutuhkan gak muncul 2
Was pray
wira itu sebenarnya sebagai penjaga atau perusak para bidadari sih? penjaga kan melindungi bukan memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi
Okto Mulya D.
Informasi sampai ke Raja Wiwaha, gawat..
Okto Mulya D.
Leo ketiduran kekenyangan habis makan kambing sihh..
Aqlul /aqlan
wah tambah seru nich...jadi kurang berapa nih bulu emasnya....
Aqlul /aqlan
leo nya lagi main sirkus mungkin....hhhh....lanjut
Hendra Yana
lanjut
Aqlul /aqlan
wah wah wah....repot nih
... lanjut...lanjut trus...
Okto Mulya D.
wahhh jadi perkasa donk...Wira.
Rhaka Kelana
ini namanya keenakan dalam kesempitan ya wiraaaaa/Grin/
Yusri Gepeng
ilan ga jelas
Yuliana Purnomo
gas ken,,,,Wira🤣🤣
Okto Mulya D.
Wira²..itu namanya pagar makan tanaman, disuruh menjaga malah dirusak.
Okto Mulya D.
Waduhhhh.. Wira parah nih diembat juga dalihnya menolongnya... kan mereka punya bulu angsa emas.
Was pray
wira...wira .. otaknya langsung konek kl berkaitan dengan per apeman ..😄😄😄
Yuliana Purnomo
kesempatan bagus,,,, pasti itu jadi Wira senyam senyum sendiri
Okto Mulya D.
Ahhh apaan tuhhhh
Okto Mulya D.
Duhh bidadari pakai ngintip lagi, dan Wira pura² bilang kucing, padahal tahu pasti salah satu bidadari yang lain.
Okto Mulya D.
Orang itu siapa dan melihat apaan?
Okto Mulya D.
ohh rumahnya bisa tertutup pelindung, siapa yang melakukan nya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!