LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
"Lebih wangi yang mana?" Rayna memberikan dua botol parfum dengan variasi yang berbeda. Satu botol parfum berwarna biru dan satu lagi berwarna hitam. Saat ini mereka sedang mengunjungi salah satu toko di sebuah mall.
Rion menerima kedua botol parfum dan menciumnya bergantian. Dahinya mengernyit, hidungnya mengendus dengan teliti. "Sama aja loh." Rion mencoba membandingkan keduanya.
"Beda sayang," Rayna mengambil kembali kedua botol parfum di tangan Rion dan mengendusnya kembali.
"Hampir sama."
"Iya makanya aku bingung mau yang mana," ucap Rayna menjelaskan.
"Pilih dua-duanya aja!" Rayna mendelik tak suka, ia hanya perlu memilih diantara kedua wangi parfum yang ia suka. "Butuhnya satu Rion." Rayna memutuskan untuk mengambil botol parfum berwarna hitam dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja miliknya.
"Emang kenapa kalo beli dua?" Rion mengekor di belakang Rayna saat Rayna melangkah ke arah lain.
"Gak mau." kakinya melangkah menyusuri banyaknya rak yang dipenuhi dengan barang-barang lucu.
"Sayang, kamu gak mau beli si kuning?" Rion bertanya di belakang Rayna membuat Rayna harus menghentikan langkahnya.
"Si kuning?" tanya Rayna.
"Tada!" Rion menunjukkan sebuah boneka naga berwarna kuning dari balik punggungnya.
"Ish gak mau." tolak Rayna.
"Kenapa sih? Ion liat di sosmed banyak loh yang suka sama dia." ucapan Rion dengan nada manjanya membuat Rayna memijat dahinya.
"Gak tau! Gua lebih suka yang lain."
"Maunya apa? Ion pengen deh beliin sayang boneka, lo kan suka banget sama boneka."
"Astaga sayang, uangnya simpen aja ya buat kamu jajan di sana! Aku lagi gak mau boneka." pinta Rayna, sedangkan Rion hanya menurut saja dengan keinginan Rayna.
"Ke sini dulu yuk bentar!" Rayna mengajak Rion ke tempat yang dipenuhi dengan gantungan tas dan berbagai macam alat tulis.
"Lucu yang mana?" ia menunjukkan dua gantungan tas dengan warna yang berbeda.
"Ini, warnanya cantik." tunjuk Rion ke salah satu gantungan tas berbentuk kucing dengan helm astronot berwarna galaksi.
"Oke." Rayna berjalan ke arah kasir dan membayar barang yang ia beli. Rion menawarkan untuk membayarnya tapi Rayna menolak dengan alasan kebutuhan Rayna sendiri adalah tanggung jawabnya sendiri. Karena itu Rion menunggunya di luar toko.
"Ini." Rayna memberikan sebuah paperbag kecil berisi gantungan tas dan sebuah buku binder yang dibelinya barusan. "Buat Naura."
"Gak usah sayang," tolak Rion.
"Gak baik loh nolak pemberian orang lain." Rayna berbicara sambil berjalan meninggalkan Rion di belakangnya.
"Astaga sayang, kamu mah gitu!"
"Gimana?" tanya Rayna membalikkan badannya. Rion tak melangkah sedikit pun dari tempatnya berdiri.
"Ngelarang gua biar gak boros tapi malah lo beli barang buat Naura," ungkapnya sambil mengecek barang yang dibelikan oleh Rayna.
"Biarin aja ah, dia pasti suka kalo dibeliin barang lucu." Rayna menarik tangan Rion agar segera mengikuti langkahnya.
"Gak tau ah kesel!"
"Kan tadi Ion Udah bayarin makan aku loh," jelas Rayna memandang wajah yang lebih tinggi darinya.
"Mode silent." jemarinya membuat gerakan menutup mulut di hadapan Rayna. Membuat Rayna memukul lengan Rion gemas. "Aduh!"
"Beliin gua donat sekalian buat kak Raya!" pinta Rayna pada akhirnya.
"Iya." Rion menjawab dengan malas.
"Ish ko singkat gitu jawabnya?" Rayna menghentakkan kedua kakinya pelan.
"Iya sayangku, cintaku, cantiknya Ion," ucap Rion merangkul sang kekasih.
"Hehe ayok! Udah sore!"
Rion melebarkan matanya, terkejut saat Rayna tiba-tiba memeluknya dengan erat dari belakang. Tanpa mengatakan sepatah kata pun Rion mengelus telapak tangan Rayna yang berada di perutnya.
"Ion nanti ke sini lagi kan?" tanya Rayna dengan suara yang hampir tak terdengar.
"Iya sayang." Rion semakin memelankan laju motornya menelusuri jalan pulang. Matahari sudah mulai terbenam, siap digantikan bulan. Langit sudah mulai merubah warnanya menjadi gelap.
"Gak enak ya cuma bisa ketemu bentaran." Rayna menaruh dagunya di pundak Rion, merasakan segarnya angin sore.
"Nanti kita masih bisa main lagi ko." kata-kata Rion bagai penenang bagi Rayna yang tak tenang. Tapi tetap saja, tak siap rasanya harus berpisah kembali.
"Iya gua tau." Rayna melepaskan pelukannya. "Tapi gua masih kangen."
"Maaf ya sayang!"
"Ion janji ya gak akan jalan sama cewek lain di sana."
"Gak akan sayang." Rayna tak menjawab lagi setelahnya, sibuk dengan perasaannya sendiri.
Mereka menelusuri jalan pulang tanpa pembicaraan apa pun lagi setelahnya. Menyusuri jalan dengan keheningan yang mereka ciptakan, sibuk dengan perasaan masing-masing.
"Udah sampe nih." Rion menghentikan mesin motornya saat ia berada tepat di depan rumah Rayna.
"Gak mau turun," ucap Rayna memeluk Rion dari belakang.
"Sayang, nanti Ion main lagi ke sini." Rayna melepaskan pelukannya dan turun dari motor milik Rion dengan wajah cemberut.
"Nanti Ion janji kita mainnya lebih lama lagi," ucap Rion sambil membantu Rayna melepaskan helm di kepalanya.
Rayna mengangguk pelan, menatap Rion. Tak mau menahannya terlalu lama karena Rayna tahu Rion harus kembali bekerja besok.
"Gak mampir dulu?" tanya Rayna.
"Kak Raya gak di rumah kan?" Rayna menjawabnya dengan gelengan. "Ion main ke rumah kalo ada kak Raya aja ya nanti." Rion mengusap rambut panjang Rayna dengan lembut. Ia berikan senyumnya sebelum menyalakan mesin motornya kembali.
"Hati-hati ya! Kalo udah di Bandung kabarin!" pinta Rayna.
"Enak donatnya, beli dimana kalian?" Raya bertanya dengan mulut penuh dengan donat yang dibelikan oleh Rion saat di jalan pulang.
Malam ini Rayna sedang duduk santai di ruang tamu bersama dengan kakak perempuannya yang baru kembali ke rumah.
"Deket lampu merah," jawab Rayna ikut mengambil sepotong donat dengan taburan gula halus di atasnya dari dalam box di atas meja.
"Kenapa sih cemberut gitu?" tanya Raya.
"Males gua, Rion bentar banget di sini."
"Minggu depan juga ketemu lagi."
"Minggu depannya lagi," sahut Rayna mengoreksi.
"Yaudah sih Ray biarin aja." lagi, Raya mengambil sepotong donat dari dalam box, kali ini ia membelahnya menjadi dua dan memberikannya setengah kepada Rayna.
"Apa gua cari kerja di Bandung aja ya kak?"
"Ngelantur aja kalo ngomong!" Raya memukul dengan pelan paha Rayna yang sengaja ia naikkan di atas sofa.
"Lo yakin ayah kasih izin?" Rayna menggeleng, tak mungkin juga sang ayah memberinya izin.
"Ya makanya!"
"Sedih banget gua kak," ungkap Rayna, matanya menatap liar dengan wajah sendu.
"Lebay lo!" ledek Raya.
"Coba lo jadi gua kak, gimana rasanya harus jauh dari pacar kita sendiri." Rayna mengguncang-guncang lengan Raya membuatnya mendesis.
"Gak usah lebay deh Na!"
"Ucap orang yang setiap hari ketemuan dan ngebucin di luar rumah." ucapan Rayna membuat Raya tersindir. Memang benar hampir setiap hari ia dan pacarnya bertemu dan mengobrol santai di depan rumah.
"Kapan Rion mau ajak lo ke Bandung?" tanya Raya membuat Rayna berpikir.
"Gak tau, kata Rion kalo cuma libur sehari capek."
"Yakin karena dia takut lo kecapean? Atau jangan-jangan dia punya cewek lain di sana?" Rayna mengerucutkan bibirnya, kesal dengan perkataan sang kakak. "Ihh janganlah kaya gitu!"
"Lagian lo yakin Na sama Rion?"
"Yakin." tak ada keraguan saat menjawab pertanyaan dari sang kakak.
"Yang ketemu setiap hari aja bisa selingkuh." peringatan yang diberikan Raya membuat Rayna merasa tak suka.
"Ya itu mah bukan gua!"
"Hati-hati." perkataan Raya berhasil membuat Rayna mematung sesaat.
"Kenapa?"
"Nurut aja sama yang lebih tua Na!" Perintah Raya.
"Ya emang kenapa?" alih-alih mendapatkan jawaban, Raya justru bangkit dari duduknya dan meninggalkan Rayna sendiri di ruang tamu.
"Gua gak mau adek gua sakit," ucap Raya sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.
Kini hanya tersisa Rayna di ruang tamu, menghela napasnya panjang. Punggungnya semakin ia sandarkan di sofa.
'Rion gak mungkin begitu kan' hatinya berkata.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?