NovelToon NovelToon
Balas Dendam Wanita Yang Teraniaya

Balas Dendam Wanita Yang Teraniaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Lari Saat Hamil / Bullying dan Balas Dendam / Hamil di luar nikah / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Fatimah

"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 01. Anak Kandung Layaknya anak tiri

"Aku sudah kotor!"

Kata itulah yang dilayangkan Gadis malang bernama Anaya Regina Putri, niat hati pergi merantau ke Jakarta hanya ingin merubah nasib, namun siapa sangka ia malah terjerumus dalam lembah penderitaan akibat tindakan pem3rkos44n yang dilakukan 4nak majikannya.

Baru terikat kontrak satu tahun, namun siapa sangka ia mendapatkan awal penderitaan yang tak sebanding dengan nominal gaji yang baru setahun ia terima.

"Apa yang harus aku lakukan? Dengan cara apa aku bercerita pada Ibu dan Ayah jika Putri semata wayangnya telah ternod4i? Dengan cara apa?"

Buliran bening itu terus saja membanjiri sudut matanya. Dering ponsel terdengar nyaring, bergegas meraih, bisa dilihat nama Sri Astutik yang tertera dilayar gawai milik Anaya.

"Nay, uang Ibu sudah habis, bisa kamu kirimkan lagi."

Belum usai gadis itu meratapi nasibnya yang malang, ia dihadapkan dengan perlakukan Ibunya yang di dalam pikirannya hanyalah uang dan uang, namun ...

"Maaf Buk, tapi Anaya baru beberapa hari lalu mengirimkan uang, itu juga jumlahnya 3 juta, Anaya juga harus memikirkan masa depan, bolehkah jika sekiranya seminggu lagi Anaya baru kirim?"

Berharap pengakuannya bakal diterima baik oleh Ibu kandungnya sendiri, sebaliknya balasan yang dilontarkan sang Ibu berbanding balik tak seperti yang ia kira.

"Kamu itu jadi 4nak tidak tau diuntung banget! Kamu disana enak makan tinggal makan, tidak terbebani apapun, dulu Ibu sama Ayah yang banting tulang menyekolahkan kamu apakah seperti ini caramu berbakti pada orang tua?"bentak sang Ibu tak memikirkan kepiluan yang dialami anak gadisnya.

"Maaf buk, Anaya bukanlah tidak mau berbakti, tapi uang tiga juta juga cukuplah banyak, Ibu gunakan untuk apa saja kenapa cepat sekali habisnya tolong ... mengertilah keadaan Naya ...tolong ...."

"Kalau Ibu tau kamu bakal pelit sama orang tua alangkah baiknya kamu tidak usah kerja jauh-jauh kesana, disini teman-temanmu sudah pada sukses dan dapat suami kaya raya, dibanding kamu tidak ada apa-apanya bahkan hanya jadi perawan tua! Dan bisa-bisanya hanya jadi beban!"

Ditutup secara paksa sambungannya, hati Anaya seakan-akan teriris-iris. Marah! Siapa yang tidak akan marah setiap kali permintaannya tak dituruti, tidak akan lupa kata-kata menyakitkan akan selalu keluar dari mulut Ibu yang telah melahirkannya.

"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."

"Naya!"

Teriakan amat keras seketika membangkitkannya, mengusap air matanya, ia keluar, namun sudah disambut dengan tatapan tajam yang dilayangkan sang majikan yang begitu terlihat tak menyukainya.

"Rapikan kamar Tuan muda."

"Ba ...baik Nyonya."

Ingin menolak, tapi apa daya ia tak bisa menolaknya seenak itu, sudah didepan pintu kamar tuan muda lagi-lagi bayang-bayang pem3rkos44n yang dilakukan 4nak majikannya begitu sangat membentang jelas di bayang-bayang Anaya.

"Masuk!"

Teriakan keras itu seakan-akan mendorong langkahnya maju memasuki kamar ini, tapi tidak dengan keberanian Anaya yang sejujurnya tak seberani ini.

Lelaki bersetelan jas hitam itu melemparkan sesuatu kearahnya, tepat dibawah kakinya Anaya perlahan Wanita itu memungutnya.

"Minumlah! Jangan sampai dalam rahimmu tertanam benihku, kita jelas beda kasta! Jika dikatakan aku permata berharga, anda hanyalah segumpal batu kerikil yang tak berguna, jadi jangan sampai kau hamil 4nakku karena aku tak sudi bahkan jika hanya untuk menatap wajah anak haram itu! Paham!"

"Apa anda hanya bisa membanggakan kekayaan, tapi lupa jika dirimu tak lebih dari seorang bajingan?"

Kata-kata itu seketika menajamkan sorot mata Lelaki berusia 30 tahun yang memiliki nama Reno Anjasmara.

Dicengkeram rahangnya dengan kasar, tatapan lelaki itu amat sangat mematikan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada Anaya jika ia sungguh memiliki 4nak dari lelaki berhati k3jam ini.

"Jangan pernah berani melawan jika tidak ingin hal lain akan terjadi, kalaupun kamu akan melaporkanku apakah mungkin laporanmu akan ditangani atau malah sebaliknya? Masalah itu akan berbalik menjeratmu? Aku punya segala-galanya, jadi janganlah berani melawan! Paham!"

Dihempaskan tubuh lemah itu hingga tersungkur kelantai, hati Anaya seketika rapuh, kesuciannya telah terenggut paksa, namun bukan pertanggung jawaban yang ia terima, tapi sebaliknya hinaan lah yang ia dapatkan secara bertubi-tubi.

******

Menggenggam pil pemberian Reno, hati Anaya masih ragu akankah cara ini dapat menjadi obat penenang disaat hatinya yang tak lagi memiliki ketenangan, setelah malam kelam itu telah mer3nggut kesuci4nnya.

"Tuhan ... bantulah hamba ... berikanlah petunjuk pada hamba apakah cara ini yang terbaik untuk jalan yang hamba pilih saat ini, hamba mohon ...."

Tangannya masih gemetaran, pil yang sudah dalam genggamannya, tapi tak juga kunjung ia minum.

"Naya!"

Panggilan yang menakutkan itu kembali menyambar telinga g4dis itu, reflek Anaya yang gugup tak sengaja malah menjatuhkan pil itu hingga tidak tau kemana jatuhnya.

"Astaga ...kemana jatuhnya pil itu? Apa yang harus aku lakukan?"

"Naya!"

Bentaknya yang seketika mendorong langkah Anaya akhirnya memilih menemui sang majikan.

"Kamu itu budek apa tuli susah sekali dipanggil?"tegur Renata- Majikan Wanitanya sekaligus Mama dari Reno.

"Maaf Nyonya, maaf!"

"Dirumah ini bakal ada tamu, segera siapkan menu masakan yang mewah."

"Baik nyonya."

Hanya bisa menuruti perintah sang majikan karena itu sudah jadi tanggung jawab Anaya sebagai Art dirumah ini.

"Aku tidak bisa bayangkan jika seandainya aku hamil mungkin nyawaku yang bakal jadi taruhan jika Nyonya sampai tau kehamilanku ulah dari Putra kandungnya. Sekalipun aku berlindung dibalik kata pembelaan, yang ada masalah baru yang akan aku dapat, mereka tidak akan percaya dan berbalik malah akan menuduhku telah berani merayu tuan muda." Gadis itu membatin, sesekali menghela nafasnya.

******

Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Meja makan telah tersaji beberapa hidangan mewah, tamu yang ditunggu-tunggu juga telah menampakkan diri.

"Sayang ...kamu cantik sekali Reno pasti sangat beruntung memiliki kekasih sempurna seperti kamu, kalian sangatlah cocok." Puji Renata pada kekasih Reno.

"Tidak!"

Bagai diterpa badai disiang bolong. Gemuruh seketika melanda dalam hati Anaya, gimana tidak! Fakta harus ia terima jika seseorang yang telah menodainya ternyata telah memiliki hubungan serius pada wanita lain. Bahkan dikatakan mereka dalam tahap pertunangan.

"Tante bisa aja, aku kan jadi malu,"ujar Nadia yang malu-malu.

"Tante doakan hubungan kalian akan sampai pada tahap yang lebih serius! Tante ingin kalian segera menikah dan memberikan kami cucu, ya kan Pa?"ujar Renata pada sang Suami.

"Benar! Itu rencana terbaik, Papa juga sangat menantikan kalian segera menikah agar hubungan kerja sama kita semakin merekatkan silahturahmi antar keluarga besar kami, ya kan Ren?"

Berbalik Pria tua itu meminta pendapat pada sang Putra, Reno terlihat dari raut wajahnya seakan-akan ada tekanan yang mengharuskan ia menyetujui keinginan sang Papa.

"Iya! Benar kata Mama dan Papa aku pun sudah sangat tidak sabar meminang kamu menjadi Istriku. Pokoknya dalam waktu dekat ini aku akan melangsungkan acara pertunangan besar-besaran agar kamu bisa aku genggam tanpa status kekasih lagi, aku mau kamu menjadi milikku seutuhnya tanpa ada penghalang."

Diberikan k3cupan pada punggung tangan Nadia, Anaya yang sedari tadi menyaksikan momen romantis ini hampir air matanya akan berjatuhan, teringat pula kejadian kelam yang menjadikan awal penderitaannya.

Anaya tak tahan lagi ia berniat akan pergi, namun kejadian tak terduga datang, semangkok menu tanpa sengaja tumpah di telapak tangan wanita muda itu, merintih kesakitan kepanikan kini nampak jelas diwajah orang tua Reno dan juga Reno sendiri.

"Astaga ...kamu itu tidak becus sekali ...kamu tidak kenapa-kenapa kan sayang?"

Renata menunjukkan keperduliannya pada calon menantunya.

"Ini sangat panas Tante ... Pembantu tidak guna ini sepertinya sangat sengaja ingin merusak kulitku."

"Kamu harus aku beri hukuman."

Ditarik pergelaran tangan Anaya dengan kasar, dibawa pergi dengan mengabaikan rintihan sakitnya. Tubuh lemah itu didorong hingga tersungkur diatas batu kerikil itu.

Dihempaskan dengan kasar layaknya sampah, Anaya menahan air matanya janganlah sampai ia menitihkan air mata dan menunjukkan kelemahannya dihadapan Pria berhati kej4m ini.

"Ini akibat kamu telah berani melukai calon istriku ...jujur saja kamu iri kan kekasihku jauhlah sangatlah cantik dibanding kamu? Perlu kamu ingat! Kita melakukannya juga sejujurnya anda ikut menikm4ti, biar dikatakan aku dalam keadaan mabuk! Sejujurnya kamu juga sangat menikmatinya ya kan?"

Kali ini Anaya tak mampu menahan air matanya, biarpun buliran air itu terus saja membanjiri sudut matanya. Anaya hanya melayangkan tatapan tajam, tapi tidak dengan suaranya yang tak mampu ia lontarkan sepatah katapun.

Lelaki itu pergi layaknya tak memiliki perasaan. Bahkan iba pada wanita yang kini masih bersimpuh lutut.

"Awasi dia sampai bisa menuntaskan hukuman yang ia terima."

"Baik Tuan."

Awan hitam sepertinya tak mendukung akan derita yang dialami Gadis malang itu. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi, lalu rintik-rintik itu berubah menjadi buliran yang bahkan tak terhitung berapa banyak jumlahnya.

"Aku lega! Setidaknya turunnya hujan aku bisa menangis tanpa diketahui seorang pun akan derita yang aku alami, terima kasih Tuhan ...terima kasih."

BERSAMBUNG.

1
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Siti Fatimah: Siap Kak 🥰
total 1 replies
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
JD ikutan terharu thor😭😭
lanjut 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Siti Fatimah: Tunggu besok ya Kak 🥰, aku buat jadwal setiap pukul 01:00 malam, sekali lagi terima kasih banyak Kak 🥰🥰
total 3 replies
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
fatmiatun sahono: rada2 extrim ne cerita dan msh byk typo nya. 5 thn kemudian, kebawah nya anak nya ditulis 3 thn. yg 2 thn kemana. keluar dr kandang kucing pindah ke kandang aum aummmm....hihihi. /Smug/
total 1 replies
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!