NovelToon NovelToon
Si Cantik Dan Si Pintar

Si Cantik Dan Si Pintar

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Nikahmuda / Duniahiburan / Cintapertama / Berondong / Berbaikan
Popularitas:539
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Semua orang di sekolah mengenal Jenny: cantik, modis, dan selalu jadi pusat perhatian tiap kali ia muncul.
Semua orang juga tahu siapa George: pintar, pendiam, dan lebih sering bersembunyi di balik buku-buku tebal.

Dunia mereka seolah tidak pernah bersinggungan—hingga suatu hari, sebuah tugas sekolah mempertemukan mereka dalam satu tim.

Jenny yang ceria dan penuh percaya diri mulai menemukan sisi lain dari George yang selama ini tersembunyi. Sedangkan George, tanpa sadar, mulai belajar bahwa hidup tak melulu soal nilai dan buku.

Namun, ketika rasa nyaman berubah menjadi sesuatu yang lebih, mereka harus menghadapi kenyataan: apakah cinta di antara dua dunia yang berbeda benar-benar mungkin?

Spin off dari novel Jevan dan Para Perempuan. Dapat di baca secara terpisah 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Ekskul Baru

"Beb, aku kira kamu udah pulang. Tadi katanya mau pulang duluan karena capek"

"Kamu ngapain di sini, Bryan?"

Bryan tahu jika Amanda memanggilnya dengan menyebut namanya, bukan panggilan kesayangan seperti baby, biasanya ia sedang marah padanya.

"Beb, aku cuma kebetulan sedang lewat di sini lalu bertemu dengan mereka. George baru saja menyelamatkan Jenny dan Louisa karena tadi ada yang sengaja mengurung mereka di sana"

"Pantesan tadi kamu ga muncul di tes masuk ekskul cheerleader, Jen"

Jenny yang sudah kesal dari tadi dengan Amanda lalu menyerangnya dengan mendorongnya hingga kepalanya membentur dinding.

"Kamu sendiri tadi yang bilang padaku kalau tesnya akan diadakan di sini! Kamu sengaja ya melakukan itu agar aku tidak ikut tes sialan itu!"

"Hati-hati dengan ucapanmu, Jen! Aku tak pernah bilang kalau tesnya akan diadakan di sini! Memangnya kapan aku bilang begitu?"

"Kamu sengaja ya melakukan ini?"

"Aku tak mengerti maksudmu, Jen"

"Jangan berpura-pura denganku, Amanda! Aku tahu kamu sengaja memberitahu kalau tesnya di sini ketika kita hanya berdua agar yang lain tak ada yang percaya dengan ucapanku!"

"Jangan menuduh sembarangan Jen! Itu fitnah!"

"Jangan pura-pura kamu, dasar munafik!" Jenny kemudian menarik rambut Amanda dengan keras karena kesal dengannya.

George kemudian berbisik di telinga Bryan.

"Lebih baik kita segera memisahkan mereka, Bryan"

"Oke, aku setuju. Aku yang akan pegang Jenny, kamu pegang Amanda"

"Kenapa aku harus pegang Amanda? Dia kan pacar kamu, Bryan!"

"Oh iya, aku lupa"

"Dasar modus!"

"Ya sudah ayo kita segera pisahin mereka"

George kemudian memegangi Jenny dan Bryan memegangi Amanda.

"Lepasin aku, Bryan! Aku ga terima dia tiba-tiba serang aku kayak gini!" teriak Amanda kepada Bryan.

"Sudahlah beb, lebih baik kita segera pulang. Kamu pasti capek kan?"

"Sebentar. Jenny, walaupun kamu sudah menuduh aku, tapi aku lega akhirnya kamu gagal mengikuti tes itu karena kamu ga cocok jadi cheerleader!"

"Aku bahkan belum mencoba tapi kamu sudah membuat kesimpulan seperti itu. Bilang saja kalau kamu takut tersaingi karena aku jelas lebih cantik dari kamu"

"Sialan kamu! Berani-beraninya kamu ngomong gitu ke aku!"

"Tapi memang benar kan?"

Kali ini Amanda yang maju untuk menyerang Jenny karena ia kesal, tetapi Bryan memeganginya dengan keras.

"Lepasin aku, Bryan! Biar aku bisa mencakar mukanya karena ia sombong dengan mengatakan kalau ia lebih cantik dariku!"

Louisa yang sedari tadi diam lalu ikut menimpali ucapan Amanda.

"Sorry Amanda, jujur kuakui kalau Jenny memang lebih cantik dari kamu"

"Tentu saja kamu bisa bilang begitu karena kamu temannya! Kalau di sini ada Connie dan Andrea, mereka pasti akan mendukung aku!"

"Tentu saja, tapi sayangnya mereka tak ada di sini sekarang. Anyway, Jenny bukan hanya temanku, tapi dia juga adikku"

"Adik dari mana sih? Jelas-jelas kalian tidak sedarah!"

"Menjadi saudara kan tak harus sedarah, Manda"

"Terserah kau sajalah, dasar aneh!"

"Hei, jangan kasar begitu pada Louisa!" George membela Louisa karena tak suka dengan ucapan Amanda.

"Sudahlah, lebih baik aku pulang sekarang juga!"

"Seharusnya dari tadi kamu pulang, Amanda. Lagipula tak ada yang menginginkan kamu di sini" ucap Jenny dengan santai. Amanda lalu menggeram dengan keras sambil menghentakkan kakinya di lantai. Setelah itu ia meraih tangan Bryan untuk mengajaknya pulang.

***

Setelah Amanda pergi, Jenny langsung terkulai lemas karena ia memang masih belum terlalu kuat akibat pingsan tadi. Untungnya George segera menangkapnya agar ia tak terjatuh di lantai. Lalu George membawanya ke mobil untuk mengantarkan Jenny dan Louisa pulang.

"Kali ini aku akan masuk gang itu dan akan mengantarkan kamu sampai depan rumah, Jen"

"Tidak perlu, George. Aku sudah tak apa-apa kok. Lagipula kan aku juga ditemani oleh Louisa"

"Ya baiklah kalau kamu maunya begitu"

"Sekali lagi terima kasih, George"

"Sama-sama, Jen. Anyway, lalu apa rencanamu selanjutnya? Kamu kan minimal harus ikut satu ekskul di sekolah"

'Iya, aku tahu. Nanti akan kupikirkan"

"Lebih baik kamu ikut klab merajut kayak aku, Jen"

"Aku ga mau ah Lou, itu kan membosankan"

"Trus kamu mau ambil ekskul apa dong? Sama George di klab Sains ga mau, sama Bryan juga ga mau, apalagi sama aku"

"Abis aku bosan sama itu semua, Lou"

"Kamu sebenarnya hanya ingin masuk klab cheerleader ya?"

"Iya, Lou"

"Tapi kamu akan lebih sering bertemu dengan Amanda. Aku rasa kalian takkan saling tahan jika berada dalam satu ruangan walau hanya satu menit saja"

"Sepertinya kamu benar, Lou. Aku akan pikirkan nanti"

"Jangan terlalu lama, Jen. Waktumu tak sampai seminggu loh untuk menentukan pilihan"

"Iya, Lou"

George hanya diam sambil mendengarkan percakapan antara Jenny dan Louisa. Ia harap Jenny bisa segera mengambil keputusan sebelum waktunya berakhir.

***

Keesokan harinya, Jenny melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri untuk menemui wali kelasnya, yaitu miss Tara Berry. Jenny kemudian menceritakan tentang kejadian kemarin kepada miss Tara.

"Miss, saya sebenarnya ada satu permintaan jika boleh"

"Permintaan apa, Jenny?"

"Apakah saya boleh membuat ekskul baru?"

"Ekskul apa, Jenny?"

"Saya ingin membagi pengetahuan saya seputar make up dan fashion yang meliputi tata cara berpakaian, dan hal-hal yang berhubungan dengan itu"

"Apakah kamu melakukan ini karena kamu tahu takkan bisa masuk klab cheerleader Jenny?"

"Iya benar, miss. Walau Amanda telah memperlakukan saya dengan buruk, tetapi saya pikir dia ada benarnya juga. Sepertinya saya memang tak cocok bergabung di klab cheerleader"

"Saya akan pikirkan permintaan kamu, Jenny. Kamu juga harus pikirkan ruangan mana yang akan digunakan untuk klab kamu nanti"

"Bagaimana dengan bekas ruang gym, miss?"

"Maksud kamu ruang tempat kamu dikunci sama Amanda kemarin?"

"Iya, miss"

"Memangnya kamu tak trauma dengan ruangan itu?"

"Trauma sedikit sih, miss. Tapi sepertinya tak ada tempat lain"

"Nanti akan saya pikirkan, Jenny"

"Baik, miss. Terima kasih"

Jenny kemudian pamit untuk pergi ke kelasnya sebelum bel pelajaran pertama berbunyi.

***

Beberapa hari kemudian, akhirnya Miss Tara Berry mengabarkan kepada Jenny kalau ia mengizinkan Jenny untuk membuat klab ekskul baru. Jenny tentu saja senang mendengar kabar ini. Dengan penuh semangat, Jenny lalu mulai mendekorasi tempat yang telah disediakan oleh miss Tara untuknya.

Miss Tara tidak ingin Jenny memakai ruang bekas gym untuk menjadi tempat klab yang ia buat, jadi ia menyediakan tempat di sebelah perpustakaan. Tempat tersebut berukuran kecil, tetapi Jenny tetap senang dan tak mengeluh tentang itu.

Louisa ikut datang dan membantu Jenny untuk mendekorasi ruangan klab Jenny jika ia sedang tidak ada kegiatan di klab merajutnya. Setelah akhirnya ia selesai mendekorasi dengan memajang beberapa koleksi pribadi pakaian dan peralatan make-upnya, Jenny lalu mulai membuka pendaftaran anggota klabnya.

Awalnya tak ada yang datang ke tempat itu. Sudah hampir seminggu tak ada satupun yang datang untuk mendaftar. Tapi Jenny tak mau menyerah begitu saja. Sampai suatu hari ada seorang siswi yang datang. Ia hanya mengintip di pintu karena malu.

"Hai, kamu! Ayo sini masuk!"

Jenny menyambutnya sambil tersenyum dengan ramah.

"Aku tak bisa, karena aku malu. Anak-anak menyebutku jelek, jadi aku takut kamu akan menolak aku karena aku jelek"

Jenny tersenyum. Justru apa yang telah siswi itu katakan padanya membuat Jenny merasa tertantang untuk mendandani siswi tersebut agar menjadi cantik.

"Ayo sini masuklah dulu. Aku janji takkan meledek kamu"

"Beneran?"

"Iya benar, aku janji"

Tetapi bukannya masuk, siswi tersebut malah berlari meninggalkan klab Jenny.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!