NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Tok tok tok.

Ajeng baru saja mengangkat tangannya hendak memukul Biantara. Tapi, belum sempat mendarat di dada lelaki itu, Bian sudah menangkap tangan Ajeng yang hilang fokus karena ketukan pintu.

“Dek, buka pintunya!”

Ajeng membelalak karena terkejut. Ya, itu suara Rendy yang mengetuk pintu kamarnya.

“Itu Mas Rendy, Pak. Gimana ini?” Ajeng panik.

Semua gerakan yang dia lakukan sia-sia karena saking grasak-grusuknya.

Sebelum akhirnya, Biantara mendekap wanita yang bergerak tak beraturan itu.

“Tenanglah, semua bisa diatur. Jangan panik begitu kalau kamu nggak mau Rendy tahu.”

“Ya tapi anda disini, Pak. Gimana kalau Mas Rendy tahu?” Ajeng benar-benar tak bisa tenang.

“Hey, cantik…” satu tangan Biantara, menggamit dagu Ajeng hingga wanita itu terdiam.

Sementara yang satunya lagi, dia biarkan tetap menarik pinggang wanita itu.

“Aku akan bersembunyi. Jangan takut! Percaya sama aku.” ucapnya lagi.

Ajeng terlena untuk beberapa saat, sebelum akhirnya dia kembali tersadar dari pesona seorang Biantara.

“Kalau begitu, sana! Sembunyi di kolong saja.”

Ajeng mendorong Biantara, sementara Biantara malah santai seenaknya.

“Sabar, Baby. Jangan terburu-buru. Bukannya kamu nggak suka yang terlalu cepat?” lelaki itu tergelak pelan, namun tetap bergerak.

“Dasar sinting! Cepat!” Ajeng sungguh tak sabar.

“Jangan melotot seperti itu, Baby. Kamu membuatku malu.”

Memang sialan Biantara itu. Ajeng panik begitu, tapi dia malah tak tahu malu menunjuk tubuhnya yang telan jang dengan isyarat gelagatnya.

Dengan bodohnya, Ajeng menatap sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat.

“Kamu menyukainya, hem?”

Ajeng mengerjapkan matanya, memalingkan wajah dengan cepat.

“Nggak tahu malu! Cepat pakai celana, dan buruan ngumpet!” Wanita itu semakin melotot.

Biantara masih tersenyum tengil, tapi dia menuruti Ajeng.

“Sayang, kolong ranjang, nggak muat untukku.” Kata lelaki itu dengan santai.

Ajeng mendengus, lalu dia bangun sambil menggulung tu buhnya dengan selimut.

“Di kamar mandi aja. Nanti aku bilang kalau kamar mandinya rusak, kalau Mas Rendy mau ke toilet.”

“Aw, Sayang. Pelan-pelan!” Masih dengan gaya tengilnya, Biantara menggoda Ajeng yang mendorongnya tak sabaran.

“Cepat, atau kita berdua akan dapat masalah.”

“Dek, kamu udah bangun belum? Buka pintunya! Mas minta maaf, Dek.”

Dor dor dor.

Kan, benar. Di luar sana, Rendy juga sudah tak sabaran. Ketukan pintu di kamar Ajeng sudah berubah menjadi gedoran kasar. Ajeng semakin panik dibuatnya.

“Diam disini dan jangan keluar sebelum saya minta Bapak keluar.” Ucap Ajeng setelah fokusnya kembali kepada Biantara.

“Baiklah… aku menurut, Baby. Tapi, kamu harus memberiku hadiah karena aku sudah jadi anak baik.” Bian menyeringai.

“Dasar gila!”

Ajeng hampir menutup pintu kamar mandi dengan kekesalan, tapi lelaki itu menahannya.

“Tunggu, Baby!”

“Ada apa lagi?” sungguh, Ajeng tak bisa santai.

“Kamu mau nemuin suamimu dalam keadaan telan jang seperti itu?”

Ajeng sontak memperhatikan dirinya sendiri.

“Kenapa memangnya? Dia suamiku.” kali ini, Ajeng jumawa.

“Tapi, di tubuhmu banyak jejakku, sayang. Lihatlah… bercak merahnya banyak banget.”

Dengan santainya, Biantara menyentuh tulang selangka Ajeng.

“Ini karena kamu rakus! Kamu seperti vampir!”

Ajeng menepis kasar tangan Biantara. Saking kesalnya, dia tidak memanggil Biantara dengan panggilan anda lagi.

“Habis, kamu enak, Baby!”

Brak!

Kali ini Ajeng benar-benar menutup pintu dengan kasar.

Masa bodoh kalau pintu kamar mandi itu sampai rusak. Dia sudah terlanjur hilang kesabaran karena Biantara yang menguji kesabarannya.

“Astaga! Mimpi apa aku semalam sampai mengalami hari sesial ini?”

Masih membiarkan Rendy yang semakin tak sabaran di sana, Ajeng memakai pakaian sekenanya dulu.

Barulah, setelah dia memastikan telah menutupi jejak kesalahan dengan baik, Ajeng membuka pintu dengan gelagat sewajar mungkin.

Ceklek.

“Astaga, Dek. Kamu bikin aku khawatir.”

Tiba-tiba, Rendy memeluk Ajeng hingga wanita itu terkejut.

“Maafin aku, Dek. Please, jangan marah ya…”

Ajeng sama sekali tak membalas pelukan Rendy. Selain karena masih menyimpan kesal kepada lelaki itu, Ajeng sendiri juga merasa bersalah dan berdosa atas apa yang dia lakukan dengan Biantara.

"Kamu mau apa kesini?" Tanya Ajeng mengubah pembahasan.

Rendy melerai pelukannya.

“Aku mau minta maaf sama kamu. Aku juga mau kasih tahu kamu kalau kita akan ketemuan jam 11 nanti."

"Ya, aku siap-siap dulu."

Rendy tersenyum, tapi dia menatap Ajeng dengan tatapan menelisik.

"Ngomong-ngomong, kamu kok asem sih, Dek? Kamu abis olahraga ya di dalem? Padahal, disini adem loh. Cuma, kok kamu juga bau parfum laki-laki? Kamu ganti parfum?”

Menyadari jika Rendy kembali mengendus baunya, Ajeng gugup lagi. Tapi, dia cepat mengembalikan sikap normal agar tidak mencurigakan.

“Ekhem. Kamu yang nggak pernah nyium aku, Mas.”

Ajeng menaikkan kerah jaketnya untuk menutupi dosa-dosanya. Berlagak sok menjadi korban, agar Rendy tidak menyadari kesalahannya.

“Maafkan aku.” Untungnya, Rendy pun teramat bodoh. “Aku janji akan berusaha lebih adil lagi, Dek. Tapi, tolong jangan bahas lagi masalah semalam.”

“Nggak perlu janji-janji, kalau ujung-ujungnya kamu juga yang mengingkari lagi. Sudahlah, Mas. Aku mau mandi dulu. Aku males debat pagi-pagi.”

“Oh, ya sudah. Ayo aku temani.” Tiba-tiba, Rendy bergerak maju, masuk melalui pintu.

“Eh, kamu mau kemana?” Panik Ajeng, manahan Rendy agar tidak sampai masuk.

“Aku mau masuk. Kan ini kamarku juga. Ayolah, Dek. Jangan ngambek terus.” Bujuk Rendy.

“Ee, tapi gimana Brina? Dia pasti nyari kamu.”

“Aku udah izin sama dia. Semua juga udah aku siapin. Aku akan nunggu kamu. Setelah kamu mandi, kita langsung turun sama yang lain nemuin Mas Biantara."

Mendengar nama Biantara disebut, Ajeng hampir tersedak ludahnya sendiri.

“Ya, tapi kamu nggak usah masuk. Kamu tunggu di luar aja. Aku masih marah sama kamu.” Ajeng tak ada alasan lain.

“Mas kan udah minta maaf, Dek.”

“Kemarin-kemarin kamu juga seperti itu. Minta maaf, tapi lupa lagi kan? Aku benar-benar muak sekarang, Mas. Kalau kamu masih mau disini, tunggu di luar aja.”

Tanpa aba-aba, Ajeng masuk lagi, lalu menutup pintu.

“Dek! Ayolah… Mas minta maaf.”

Sayangnya, Ajeng tak peduli dengan teriakan Rendy di luar sana. Wanita itu mengunci pintu kamarnya lagi, agar Rendy tak bisa masuk dan menemukan Biantara.

Setelah bebas dari Rendy yang masih berusaha membujuknya, Ajeng menghela nafas berat. Antara lega, tapi juga sesak, dia rasakan sekaligus.

Entah, takdir macam apa yang othor siapkan untuk dirinya.

“Apa dia sudah pergi?”

Ajeng sontak memfokuskan pandangan kepada Biantara yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Kenapa keluar? Saya kan belum minta Bapak keluar.” Ajeng langsung menghampiri Biantara dengan tak terima.

“Tenanglah, Ajeng. Jangan berisik kalau nggak mau suamimu curiga kamu menyembunyikan laki-laki panggilan.”

Ajeng mendengus kesal. “Pergilah, Pak! Saya tertekan kalau anda disini terus.”

“Kamu mau aku bertemu Rendy di depan?”

Biantara mengisyaratkan menatap jendela luar, dimana masih ada bayangan Rendy di depan kamar penginapannya.

Tentu saja, Ajeng mengikuti arah pandang lelaki itu. Merasa kalah, Ajeng menghentakkan kakinya dengan kesal.

“Kalau begitu, disini saja terus. Biar saya yang keluar.”

Entah bagaimana maksudnya, tapi Ajeng benar-benar beranjak pergi. Padahal, kalau dipikir-pikir, wanita itu belum membersihkan dirinya sama sekali.

Namun, baru selangkah Ajeng pergi, Biantara sudah menariknya kencang hingga wanita itu oleng, dan berakhir menabrak dirinya.

“Akh! Lepaskan saya!”

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!