"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.
Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.
Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.
"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.
Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
Irvana menatap sendu wajah Raisa.
"Waktu sudah berubah, Raisa," katanya lirih. "Kita mulai lagi dari awal sekarang. Aku sangat mencintaimu, Raisa. Jangan menyuruhku pergi darimu," lanjutnya seraya menangkup wajah Raisa.
Namun gadis itu menolaknya lagi dan lagi, lalu menjawab dengan suara bergetar,
"Aku mohon, Irvan-- pergilah. Aku sudah menjadi seorang istri sekarang," ucap Raisa terisak dengan mata sembab. "Irvanaku, cinta itu tidak egois. Kita harus saling menghormati hubungan masing-masing sekarang, dan memberikan cinta yang baru pada yang lain."
"Apa? Menghormati hubungan satu sama lain?" Irvana mengulang ucapannya dengan nada tak percaya. "Baiklah, jika itu maumu. Akan kutunjukkan apa arti menghormati satu sama lain! Kau harus ikut aku sekarang juga!" serunya, lalu menarik tangan Raisa dengan kasar hingga gadis itu setengah berlari untuk mengimbangi langkahnya yang lebar.
"Lepaskan aku, Irvan! Ini tidak benar!" teriak Raisa panik. "Aku mohon, lepaskan aku, Irvan!"
Irvana terus menariknya hingga keluar dari kamar Raisa. Namun, langkahnya terhenti saat akan menuruni tangga karena Dharma sudah berdiri di sana.
"Lepaskan putriku!" pekik Dharma lantang.
Irvana hanya diam, menatap tajam ayah Raisa itu.
"Aku bilang, lepaskan putriku!" lanjut Dharma sambil berusaha melepaskan tangan Raisa dari cengkeraman Irvana. Tapi Irvana justru menggenggamnya semakin erat, membuat Raisa ketakutan dan merasakan sakit di pergelangan tangannya.
Tak berhasil melepaskannya, Dharma akhirnya menampar Irvana dengan keras.
Plaaak!
"Pria bajingan! Beraninya kau menyentuh anakku!"
Bukan jawaban yang keluar dari mulut Irvana, melainkan amarah. Ia mendorong tubuh Dharma hingga pria tua itu terjengkang ke belakang. Raisa menjerit histeris, menutup mulutnya dengan tangan kiri.
"Aaahhh---"
Saat Dharma berusaha bangkit, Darwis dan Gilang datang menolong. Melihat perlakuan putranya, Darwis tak bisa menahan amarah. Ia melangkah cepat menghampiri Irvana yang masih mencengkeram tangan Raisa.
Plaaak!
Tamparan keras mendarat di pipi Irvana. Darwis menatap putranya tajam.
"Lepaskan dia!" perintahnya tegas.
Irvana menatap ayahnya dengan mata merah dan rahang mengeras. "Aku sudah pernah melepasnya sekali. Bahkan aku pernah memohon pada ayahnya untuk tidak menikahkan dia dengan orang lain! Tapi apa? Dia tidak mendengarkanku. Jadi biarkan kali ini aku membawanya pergi."
Plaaak!
Tamparan kesekian kalinya pun mendarat di wajah Irvana.
"Lepaskan dia! Kau tidak akan pernah menemukan cinta sejati jika kau membawanya dalam keadaan terpaksa!" bentak Darwis. "Lihatlah wajahnya! Ada ketakutan di sana!"
Irvana menoleh, menatap Raisa yang tengah gemetar dan meremas bajunya sendiri di dada.
"Lihat dia! Apa itu Raisamu?" tegas Darwis lagi.
Raisa berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Irvana. Tak tega melihat wajah Raisa yang dipenuhi ketakutan, Irvana perlahan melonggarkan genggamannya, hingga akhirnya melepaskan sepenuhnya.
Begitu terlepas, Raisa berjalan cepat mendekati ayahnya dan bersembunyi di belakang Dharma. Irvana hanya bisa menatapnya tanpa suara. Hingga akhirnya Darwis menarik lengan Irvana, memaksanya menjauh.
"Ayo pulang!" katanya tegas.
Irvana tak berontak, dia mengikuti sang ayah. Kini mereka menuruni tangga, namun baru setengah jalan, langkah mereka terhenti ketika suara Dharma memanggil dari belakang.
"Darwis."
Darwis menoleh sambil tetap memegangi Irvana yang tampak limbung.
"Aku selalu memaafkannya-- karena aku menganggap dia seperti anakku sendiri," kata Dharma perlahan. "Tapi kali ini, aku tak akan memaafkannya lagi. Dia sudah merusak reputasi keluargaku."
Darwis menghela napas panjang. "Kau tenang saja, Dharma. Kali ini, putraku tak akan pernah mengganggu kehidupanmu dan Raisa lagi."
Setelah berkata begitu, Darwis kembali melangkah pergi bersama Irvana dan Gilang, membawa Irvana yang masih dalam keadaan mabuk dan kehilangan arah.
...----------------...
Next Episode...
oh cintaaaa
kumaha ieu teh atuh nya
lanjut
badai akan segera d mulai
hm
lanjut
haruskah