Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.
Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.
Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Buruk
Drakara masih termenung di ruangannya ia tengah memikirkan pembicaraannya dengan Nurcelia tadi.
Sungguh fakta yang baru saja ia ketahui sangat mengguncang jiwanya. Bagaimana mungkin selama ini Nurcelia menyembunyikan hal yang sangat luar biasa darinya. Ia sangat terpukul dengan kenyataan bahwa dirinya bukanlah pewaris dari perusahaan yang kini ia kelola. Bagaimana bisa Nurcelia menyembunyikan masalah ini dalam waktu yang cukup lama? Andai saja tidak ada orang yang mengancam nya, mungkin rahasia ini akan terbawa sampai mati. Tapi kini semuanya menjadi kacau karena seseorang yang mencoba mengusik hidup keluarganya. Entah ada dendam apa orang itu padanya dan juga Nurcelia.
Meski berulang kali ia bertanya kepada ibunya kira-kira Siapa orang yang sudah mengancam mereka namun tetap saja Nurcelia tak memiliki gambaran siapa orang yang telah mengirimkan foto-foto kebersamaan Nurcelia dan juga pria brondongnya. Nurcelia tidak tahu siapa orang yang menginginkan kehancurannya karena menurutnya ia tak memiliki musuh. Ia juga yakin bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui rahasia masa lalunya tentang Drakara yang bukan putra kandung Bhaskara. Kini kepala Drakara semakin pusing memikirkan masalahnya yang bertubi-tubi. Masalah nya dengan Latisha pun belum usai lalu masalah putranya yang juga belum memiliki titik terang dan sekarang ditambah lagi dengan masalah orang yang bermaksud untuk menghancurkannya dengan Nurcelia. Satu-satunya orang yang ia curigai adalah Radmila karena dia memiliki dendam padanya dan juga Nurcelia tapi ia juga yakin bahwa Radmila tak akan mungkin tahu tentang masa lalu Nurcelia, menurut Drakara pasti ada seseorang dari masa lalu Nurcelia yang kini hadir untuk menghancurkan hidup ibunya itu. Drakara pun meminta Nurcelia untuk mengingat semua teman-temannya dulu yang berpotensi melakukan hal ini. Namun Nurcelia tetap tak menemukan satu nama yang sangat ia curigai. Semua teman nya tak tahu dengan keadaannya yang saat itu tengah berbadan dua.
Drakara pun mencurigai ayah kandungnya yang mengirim pesan padanya. Namun Nurcelia pun membantahnya karena Ayah kandung Drakara telah lama tiada. Nurcelia juga baru mengetahuinya dari teman kuliahnya saat ia menghubungi temannya itu. Mereka mengatakan bahwa Akasa Irvin Dayada adalah sang mantan pacar sekaligus ayah kandung dari Drakara sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena penyakitnya, jadi Nurcelia pun berkeyakinan bahwa bukan Akasa yang melakukan semuanya ini lalu mengenai teman-temannya yang Lain rasanya ia pun tak memiliki orang yang ia curigai karena semua temannya itu tidak mengetahui alasannya putus dengan Akasa mereka juga tidak mengetahui bahwa saat itu dirinya tengah mengandung anak pria itu.
Saat Drakara masih larut dalam lamunan nya tiba-tiba ponselnya berdering. Drakara pun langsung mengeluarkan ponselnya yang berada dalam saku jasnya. Ia melihat siapa orang yang telah menghubunginya. Ternyata detektif yang telah ia sewa yang kini tengah menghubunginya. Drakara pun langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo.." Drakara langsung menyapa detektif tersebut.
"Hallo pak Drakara, maaf jika saya mengganggu waktu anda. Saya hanya ingin menginformasikan bahwa sampel yang anda minta untuk tes DNA sudah saat dapatkan. Bisakah anda menemui saya sekarang?" Tanya detektif tersebut.
"Benarkah? apa anda sudah mendapatkan semuanya?"
"Sudah pak. Saya sudah mendapatkan empat sampel dari empat anak itu."
"Baiklah, terimakasih. Kalau begitu bisakah anda mengantarkannya ke kantor saya?" Drakara yang memang sudah lelah tak ingin lagi keluar dari kantornya. Ia meminta detektif itu untuk mengantarkan apa yang ia minta ke kantornya saja. Setelah memberi tahukan alamat kantornya, Bara pun langsung mengakhiri panggilannya dengan detektif tersebut.
Tak berapa lama, pintu ruangannya di ketuk, ia yakin jika itu adalah Elea yang mengantarkan detektif sewaannya.
Drakara pun meminta mereka untuk masuk.
Setelah mengantarkan sang detektif, Elea kembali undur diri. Kini hanya tinggal detektif dan Drakara yang duduk berhadapan.
Panji sang detektif pun langsung mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tas yang ia bawa. Lalu ia pun menyerahkan amplop tersebut kepada Drakara.
Drakara pun segera mengambilnya dan membuka amplop tersebut. Di dalamnya ternyata ada empat plastik yang berisi rambut dari anak-anak yang salah satunya di curigai sebagai anak kandung Drakara dan Latisha.
Drakara pun tersenyum senang, di tengah kegalauan pikirannya, ia telah mendapatkan satu berita baik. Kini ia bisa melakukan tes DNA untuk mengetahui siapa diantara ke empat anak itu yang menjadi putra kandungnya.
"Terima kasih sekali lagi karena anda telah mendapatkan apa yang saya ingin kan dalam waktu yang cepat." Ucap Drakara sambil tersenyum. Ia menatap ke empat plastik yang berisi rambut serta nama dari masing-masing anak tersebut.
"Sama-sama. Saya senang jika anda puas dengan hasil kerja saya." ujar Panji.
Drakara pun kembali tersenyum dan langsung mentransfer sejumlah uang sesuai kesepakatan mereka kepada Panji.
"Saya sudah mentransfer biaya jasa anda. " ujar Drakara
"Terimakasih." Panji menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu saya permisi." Panji pun beranjak dari duduk nya. Lalu ia mengulurkan tangan nya untuk bersalaman dengan Drakara.
"Sebentar, saya ingin meminta anda kembali menyelidiki seseorang." Ujar Drakara. Ia langsung mengeluarkan amplop berisi foto Nurcelia. Panji pun mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia kembali duduk dan menatap Drakara dengan raut penasaran.
"Saya ingin tahu siapa orang yang telah mengirimkan ini kepada saya" Ujar Drakara sambil menyerahkan amplop itu kepada Panji.
"Tapi saya berharap anda merahasiakan apa yang berada didalam amplop tersebut." Tekan Drakara.
Panji pun menganggukan kepalanya. Sebagai seorang detektif profesional, sudah pasti ia akan merahasiakan apapun yang berkaitan dengan kliennya.
"Tentu saja pak. Saya pasti akan merahasiakannya." Ujar Panji.
Ia pun segera mengambil amplop tersebut dan memasukkannya ke dalam tasnya. Ia kembali berpamitan kepada Drakara untuk segera meninggalkan tempat itu.
Setelah kepergian Panji, Drakara pun memutuskan untuk segera menemui dokter kenalannya yang berada di rumah sakit besar di ibu kota. Sebelumnya, Drakara menghubungi temannya itu dan menyampaikan keinginannya untuk melakukan tes DNA. Temannya yang bernama Ethan itu pun meminta Drakara segera datang ke rumah sakit sekarang. Drakara pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit meski tubuh dan pikirannya terasa lelah.
Sementara itu Latisha yang baru saja selesai dengan pekerjaan nya segera bersiap-siap untuk pulang. Hari ini ia pulang terlambat lagi karena pekerjaannya yang memang sangat banyak. Langit sendiri saat ini tengah berada di luar kota untuk meninjau beberapa proyek yang tengah di kerjakan perusahaannya. Seharusnya Latisha pun ikut dengannya, namun Agharna melarangnya dengan alasan Latisha harus menyelesaikan tugas nya di kantor dan tugasnya merawat Agharna hingga benar-benar pulih.
Langit pun tak bisa menolak keinginan CEO sekaligus sepupunya itu meski ia tahu bahwa Agharna hanya ingin memanfatkan waktu untuk berdekatan dengan Latisha. Langit sudah mengingatkan Agharna untuk tidak mempermainkan Latisha. Ia juga mengingatkan status Agharna yang sudah beristri yang mungkin nanti akan berimbas kepada Latisha andai Agharna terlalu dekat dengan wanita itu. Langit tak ingin ada kesalahpahaman yang akan menimbulkan berita buruk tentang Latisha.
Latisha baru saja melangkah kan kakinya keluar dari ruangannya. Keadaan kantor memang sudah sepi karena sebagian orang sudah pulang sejak pukul empat tadi.
Saat Latisha melewati ruangan Agharna, terdengar suara seorang wanita yang Latisha yakini adalah suara Gaia, istri dari Agharna.
Suara Gaia terdengar bernada tinggi membuat Latisha sedikit kaget.
"Apa maksud mu mas? Kenapa kamu ingin bercerai denganku? Apa kamu memiliki wanita lain? Awas saja, aku kan hancurkan wanita pelakor itu." Ujar Gaia berapi-api.
Buat lebih dramatis dong. 😀