"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 24. Suara itu.
Karena takut, akhir nya Lea bangun dari duduk nya dan berpindah ke teras rumah mak tua. Lea duduk di amben (tempat duduk dari bambu) sambil memeluk kedua kakinya. Maghrib berlalu, Isya berlalu dan Lea masih tidak di persilahkan masuk kedalam rumah.
Lea mendengar suara - suara aneh yang seperti berbisik tapi di sana sepi. Lea memandangi bulan sambil bertanya - tanya, apakah dia sungguh di tinggalkan pikirnya..
"Mama.. Hiks.. Hiks.." Lea kembali meneteskan air matanya lagi.
Tiba - tiba pintu rumah terbuka, dan muncul kakung nya dari dalam dengan wajah dingin nya. Lea semakin takut sampai dia menahan suara tangis nya.
"Masuk!" Ujar nya, dengan nada galak.
"Nek kamu ndak masuk, balik sana ke rumahmu sekarang." Ujar kakung nya, Lea yang takut akhir nya bangun dan berjalan mendekati kakung nya.
"Cepet!" Bentak kakung nya, Lea pun berlari kecil dan masuk kedalam.
"BRAK!" Pintu kayu itu di banting lalu di cengkal.
Setelah mengunci pintu, kakung Lea lalu masuk kedalam ke kamar nya. Lea melihat buyut nya sudah rebahan di ranjang nya dan memanggil Lea.
"Sini nduk, bobok sama buyut." Ujar Buyut nya.
Lea lalu berjalan menghampiri buyut nya dan duduk di tepian ranjang buyut nya. Buyut Lea menarik tangan Lea pelan agar Lea merebahkan dirinya di sebelah nya.
"Bobok, wes bengi (sudah malam) besok baru pulang yo nduk." Ujar buyut nya.
Lea merebahkan dirinya di sebelah buyut nya, dia menatap genteng rumah itu dengan sisa - sisa air matanya yang masih mengalir. Buyut nya yang melihat itu mengusap air mata Lea, lalu mengipasi Lea dengan kipas tangan yang terbuat dari bambu.
"Cep nduk, ojo nangis malem - malem, pamali." Ujar buyut nya.
Detik demi detik berjalan, jam pun berganti. Hari makin larut malam dan Lea masih tidak bisa memejamkan matanya, dia masih saja sesenggukan pelan. Tapi ketika sekitar jam 11 malam, Lea tertegun saat mendengar seperti ada suara orang yang sedang menangis juga.
"Huhuhuhu.."
DEG!
Lea terdiam saat mendengar suara tangisan perempuan. Lea penasaran tapi juga takut mengingat buyut nya bilang jika dia terus menangis, maka nanti akan ada yang mengikutinya menangis juga.
"Huhuhu.. Hiks.. Hiks.."
Lea bangun dari posisi tidur nya dan duduk. Dia menoleh kesana kemari mencari sumber suara dan ternyata suaranya berasal dari sebelah rumah itu, sebelah rumah nya ada jalan setapak kecil yang biasa di gunakan oleh orang - orang lewat.
"Buyut.." Lea membangunkan buyut nya.
"Turu nduk, sudah malam." Sahut buyut nya, lalu kembali tidur.
Karena buyut nya kembali tidur Lea akhir nya kembali fokus mendengarkan suara tangisan perempuan tadi.
"Hiks.. Hiks.. Huhuhuhu.."
Lea ketakutan, karena suaranya seperti semakin dekat.. Lea mundur dan menempelkan tubuh nya di tubuh buyut nya, sambil menoleh kesana kemari mencari sumber suaranya.
"Piak! Piak! Piak! Piak!"
Tiba - tiba terdengar juga suara anak ayam, Lea dengar itu. Tak lama tiba - tiba kakung nya Lea terlihat keluar sambil membawa senter besar dan membawa senjata tajam seperti parang, dia membuak pintu lalu keluar.
"Lungo!!"
Lea mendengar kakung nya berteriak seperti mengusir seseorang, buyut Lea bahkan ikut bangun sebab suara itu, lalu tak lama kakung nya kembali masuk lagi kedalam san menatap Lea.
"Nek kamu nangis lagi, tak taro luar biar koe tau rasa di makan demit!" Ujar nya pada Lea.
Lea pucat ketakutan melihat kakung nya membawa parang dan menatap marah padanya.
"Bisa ndak kamu anteng!?" Bentak nya.
"Wes toh.. Di bentak yo takut anake." Ujar buyut.
"Maaf kakung." Ujar Lea, dia menahan tangis nya.
"Sekali lagi aku denger suaramu nangis, tak pempar keluar." Ujar kakung nya, lalu kembali masuk ke dalam.
"Wes nduk, cep.." Ujar buyut, mengusap kepala Lea.
"Bobok, sini." Ujar buyut nya, dan akhir nya Lea manut.
Lea merebahkan dirinya, dan mulai menutup matanya. Buyut nya menyelimuti Lea dengan kain jarik dan mengipasi Lea sambil menyenandungkan tembang jawa yang Lea tidak tahu artinya..
"Tak lelo.. Lelo.. Lelo.. Ledhung.. Cep meneng, ojo pijer nangis.."
Perlahan Lea merasa matanya berat, dia pun akhir nya terlelap kedalam alam mimpi.
Di tempat lain..
Di rumah utinya Lea, utinya sedang menangis dalam tidur nya. Tangis nya tidak bersuara tapi air matanya begitu deras mengalir..
"Wes toh mak." Terdengar suara Bowo dari ruang depan.
"Mak kejem sama Lea. Rianti musti kecewa sama mak, ndak bisa jaga Lea." Ujar utinya Lea, sambi l menangis.
"Mak, nek ndak begitu Lea ndak bakal bisa hidup." Ujar Bowo.
"Yang ngincer dia banyak. Mungkin iki keliatan nya kejem tapi iki jalan terbaik, Lea bisa sekola nek tinggal sama mak tua nya. Toh dia bisa main kesini manti." Ujar Bowo.
"Mak kangen Lea, Wo.. Hiks.. Hiks.." Tangis utinya pecah.
Bowo yang duduk di ruang tamu hanya bisa mengusap - usap kepalanya. Padahal ibunya sudah bersedia agar Lea tinggal bersama ayah nya dan mak tua nya, tapi sekarang.. Sejak ibunya pulang dari rumah mak tua Lea, ibunya itu tak berhenti menangis.
Orang - orang bertanya kemana Lea, dan mereka hanya bisa menjawab lea di ambil ayah nya. Sebenarnya salah satu alasan utinya akhir nya rela melepas Lea pergi ke rumah mak tua nya dalah karena Lea di incar di sana.
Bu Marni, dia tidak rela penumbalan nya gagal, dia masih berusaha mengincar Lea, dari sisi manapun. Utinya Lea tau itu saat dia di beri tahu salah satu orang pintar yang ada di kampung itu, bahwa Lea masih di incar bu Marni.
"Katanya buat kebaikan Lea, sekarang mak sendiri nangisin Lea." Ujar Bowo.
Lea sangat spesial, dia memiliki tulang renggang atau yang di sebut tulang wangi. Di tambah Lea juga lahir di hari yang bisa di katakan hari sakral bagi pelaku ilmu hitam, Lea sangat cocok di jadikan tumbal bagi mereka.
"Lea.. Hiks.. Hiks.." Utinya terus menangis.
"Mak harus kuat, ndak boleh dateng kesana sampe Lea berhasil beradaptasi di sana, nanti aku yang pantau dari jauh." Ujar Bowo.
Bowo sedikit merasa bersalah, sebab dia terus mendesak utinya Lea agar Lea pergi. Akhir nya Bowo bangun dari duduk nya dan berjalan masuk ke ruang tengah, dia hendak ke dapur untuk membuat kopi. Sejak siang ibunya terus menangis sampai Bowo tidak berani meninggalkan nya.
Bowo menyobek bungkusan kopi sachet di tangan nya, lalu menuangkan nya kedalam sebuah gelas kecil dan berjalan menuju dekat tungku untuk mengambil termos air panas.
Saat Bowo membungkuk mengambil termos air panas, dia melihat ada seseorang berdiri di belakang nya. Karena kaget Bowo langsung memutar tubuh nya dan melihat siapa yang berdiri di sana, tapi ternyata tidak ada ada siapapun. Bowo sampai panik dan kesulitan menelan ludah karena terkejut, jelas - jelas dia sebelumnya melihat seseorang menggunakan terusan merah namun hanya setengah badan nya saja yang terlihat, dari kaki ke pinggang.
"Mbak." Gumam Bowo, dia menyimpulkan itu Rianti.
Bowo lalu cepat cepat meraih tremos air panas dan hendak keluar tapi saat dia menyentuh yang seharus nya itu tremos, dia merasa memegang rambut manusia. Tangan Bowo kaku seketika, dia gemetar. Tanpa menoleh Bowo langsung lari ke depan.
"Astagfirullah! Astagfirullah! Astagfirullah!" Bowo istigfar berulang kali.
"Koe kenapa?" Tanya utinya Lea dari dalam.
"Ndak mak, ndak apa - apa." Sahut Bowo.
"Hihihihihi.."
DEG!!
Bowo tertegun mendengar ibunya tertawa, tawa nya pelan tapi Bowo merasa janggal karena ibunya tidak pernah tertawa seperti itu.
"Kie liat aku ya?"
Bowo tercekat, suara ibunya seperti berada di ruangan yang sama dengan nya, tapi itu jelas bukan ibunya. Bowo merasa ada sesuatu yang merangkak di atas..
"Tes!"
Tiba - tiba sesuatu menetes di atas meja yang berada di depan Bowo, Bowo memperhatikan apa itu yang menetes tapi bau nya tidak sedap. Dan suara itu juga kini tepat berada di atas nya.. Bowo lalu perlahan mendongak ke atas, dan..
"Ndi (mana) anakeeeee!!!"
"AAAARRGGHHH!!!"
BERSAMBUNG!
sama2 merasakan patah hati ,
tak bisa meninggalkan tapi harus dipaksa berpisah ,
apa itu Kunti merah yang jadi pesugihan Bu Marni ?
tp bisa jd mm Lea disukai "merekka" Krn tulang wangi
apakah Kakung jg punya firasat ttg Lea yg spesial?