NovelToon NovelToon
Om Duda Teman Papa

Om Duda Teman Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Addryuli

"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."

"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."

Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.

Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.

Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?

ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Sudah lima haru sejak kepergian Edgar ke luar negeri, saat ini dia dan Theodore sedang berada di pusat perbelanjaan. Malam nanti mereka akan terbang kembali ke Indonesia.

Edgar melihat-lihat beberapa koleksi sepatu perempuan, dia berniat memberikannya nanti untuk Odelia.

"Kita udah keliling cari hadiah buat Odelia, tapi nggak ada satupun yang mau lo beli." gerutu Theodore.

"Bagus mana The?" tanya Edgar sambil membandingkan dua sepatu.

"Terserah." ucap Theodore, dia sudah lelah mengelilingi pusat perbelanjaan.

"Berapa ukuran kaki Odelia?" tanya Edgar.

Theodore menepuk keningnya pelan. "Lo mau beli sepatu tapi nggak tahu ukurannya. Jangan tanya gue, gue apalagi. Nggak tahu." ucap Theo kesal.

Edgar melirik sahabatnya sinis, dia kemudian memilih sepatu berwarna coklat. Dia tersenyum saat membayangkan Odelia memakai sepatu pemberiannya.

"Kalo mau ambil, sekalian bayarnya." ucap Edgar.

Wajah Theo yang semula kesal berubah sumringah, kapan lagi dia bisa belanja di store terkenal di Amsterdam ini.

Setelah membeli sepatu, Edgar mengajak Theo pergi ke toko souvenir. Dia membeli sepasang boneka kelinci berwarna hijau dan merah. Edgar juga membeli gantungan kunci dengan custom namanya dan Odelia dalam abjad Belanda.

"Edgar benar-benar budak cinta." batin Theo.

Edgar menatap dua gantungan kunci itu sambil tersenyum, setelah membayarnya mereka kemudian kembali ke penthouse Samuel.

Bruk.

Theodore meletakkan beberapa paper bag itu ke meja. Dia menyandarkan tubuhnya ke sofa, kakinya terasa pegal semua. Dia lebih memilik berhadapan dengan banyak berkas dari pada harus berbelanja seperti ini.

"Kamu yakin mau pulang nanti malam?" tanya Giovani.

Vani meletakkan dua cangkir kopi ke meja.

"Iya mah, Edgar tidak bisa meninggalkan perusahaan terlalu lama lagi."

"Baiklah, mam juga sudah membantu menata pakaian kalian. Mama masih harus disini menemani adik kamu."

Edgar mengangguk. "Iya mah, jika dia macam-macam lagi bilang sama Edgar."

Vani tertawa pelan. "Iya sayang."

Giovani mengelus lengan putranya. "Mama harap permasalahan kamu cepat selesai ya. Sekali lagi mama minta maaf sama kamu, harusnya mama tidak menyetujui perjodohan kamu dan Alysa." ucapnya merasa bersalah.

Edgar memegang punggung tangan mamanya dengan erat.

"Stop nyalahin diri mama sendiri. Semua sudah terjadi mah."

"Makasih ya sayang, kamu selalu bisa mengerti mama."

Giovani membawa Edgar ke dalam pelukannya, dia berjanji pada dirinya sendiri kelak jika Edgar menemukan wanita yang dicintainya dia tak akan menghalangi jalan putranya.

Drrtt.

Drrtt.

Ponsel Edgar bergetar, dia melepaskan pelukannya lalu melihat siapa yang menghubunginya .

"Siapa Ed?"

"Papa mah."

Edgar segera mengangkat panggilan dari papanya.

"Halo pah."

"Halo, kamu jadi pulang hari ini?"

"Iya pah, ada apa?"

"Papa sudah menemukan apa yang kamu minta. Kalau begitu pala tunggu kamu pulang saja."

Edgar mengangguk. "Oke pah, makasih sebelumnya."

Tut.

"Ada apa Ed?" tanya Giovani.

"Biasa mah urusan pekerjaan." jawab Edgar.

Malam harinya, Giovani mengantarkan Edgar dan Theodore ke bandara bersama dua pengawal yang sengaja ditempatkan di penthouse Samuel untuk mengawasi cowok itu.

"Hati-hati ya, jaga diri baik-baik." ucap Giovani.

Edgar memeluk erat mamanya. "Mama juga jaga diri baik-baik disini. Edgar pulang dulu."

Giovani mengusap punggung Edgar dengan lembut. "Iya nak, jaga papa ya selama mama disini."

Giovani melepaskan pelukannya, tatapannya tertuju pada asisten sekaligus sahabat Edgar.

"Theo, sini."

Theodore mendekat, dia memeluk Giovani dengan erat.

"Makasih ya udah nemenin Edgar selama ini. Kalian hati-hati, kalau sampai jangan lupa ngabarin."

"Siap nyonya."

"Theo." tegur Giovani.

Theodore terkekeh pelan. "Iya tante. Theo bakal kabarin kalau udah sampe rumah nanti."

Setelah acara perpisahan itu, Theodore dan Edgar masuk ke jet pribadi Edgar.

"Aku pulang gadis kecil." batin Edgar sambil melihat foto yang dikirimkan Odelia terakhir kali.

Kring....kring....

Suara alarm di atas nakas menggema diseluruh kamar Odelia. Gadis itu mengerjabkan matanya pelan sambil meraba meja kemudian mematikan alarmnya.

"Hoam."

Odelia menguap pelan, dia meregangkan ototnya lalu mengucek kedua matanya. Dia bangkit dari tidurnya lalu menatap jam didinding kamarnya.

"Udah jam segini aja."

Odelia menyibakkan selimutnya kemudian turun dari ranjangnya, dia berjalan menuju jendela lalu membuka tirainya.

Sinar mentari masuk ke dalam kamarnya, memberikan sensasi hangat membuat Odelia memejamkan matanya.

Saat memejamkan matanya, tiba-tiba wajah Edgar muncul dipikirannya. Odelia langsung membuka matanya, wajahnya ditekuk sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hampir seminggu nggak ketemu om Edgar, dia di luar negeri ngerjain apa sih nggak pulang-pulang." gerutu Odelia.

Dia beranjak dari depan jendela lalu pergi ke kamar mandi. Tiga puluh menit kemudian Odelia selesai bersiap, dia tengah duduk di depan meja rias sambil memakai sepatunya.

Ting.

Ponsel Odelia berdenting, dia melihat layar pop upnya yang menunjukkan pesan dari Aston.

Aston: udah berangkat? Kebetulan gue di jalan deket rumah lo.

Odelia mengambil ponselnya, dia membalas pesan dari Aston.

Me: gue udah di jalan.

Setelah membalas pesan dari Aston, Odelia mengambil tasnya kemudin keluar dari kamar.

"Sorry As, gue terpaksa bohong. Bener kata Zara, kalo gue nggak boleh kasih harapan lebih sama lo." batin Odelia.

"Sarapan sayang." ucap Tessa.

Odelia menggeleng pelan. "Odel langsung berangkat aja mah pah. Babay."

"Bay sayang, hati-hati."

Tessa melambaikan tangannya pada Odelia yang sudah berjalan keluar mansion.

"Anak kamu kenapa mah beberapa hari ini kelihatan lesu banget, nggak kaya biasanya?" tanya Alan.

Tessa menggeleng pelan. "Mama juga nggak tahu pah, nanti deh mama coba tanya Odel."

Odelia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"I want you to know

That If I can't be close to you

I'll settle for the ghost of you

I miss you more than life."

Odelia ikut menyanyikan lirik lagu yang dia putar di mobilnya.

"Jadi tambah kangen om Edgar deh." gumamnya.

Sampai di sekolah, Odelia lekas keluar dari mobilnya. Dia berjalan santai menuju kelasnya. Sepanjang jalan banyak siswi yang menyapanya, dia dikenal sebagai cewek ramah dan mudah akrab pada siapa saja.

"Del, kamu baru sampai."

Odelia menghentikan langkahnya saat jalannya dihadang oleh Aston. Dia mengagguk sebagai jawaban.

"Iya."

"Aku punya sesuatu buat kamu." Aston menyodorkan kotak bekal pada Odelia.

"Apa ini?" tanya Odelia sambil menerima kotak bekal itu.

"Sandwich sama susu, semoga kamu suka ya."

Odelia tersenyum canggung, dalam hati dia berniat menolak pemberian Aston tapi di koridor saat ini banyak sekali siswa siswi bersliweran. Dia tak enak jika menolak, jadi terpaksa dia menerimanya.

"Tuhan, canggung banget please." batin Odelia.

"Em, makasih Aston."

Aston tersenyum lebar. "Sama-sama."

"Del."

Odelia dan Aston kompak menoleh, terlihat Zara tengah berjalan menghampiri keduanya. Odelia bernafas lega saat melihat sahabatnya, setidaknya dia bisa terbebas dari situasi canggung ini.

"Ngapain?" tanya Zara saat sampai di samping Odelia.

"Nggak papa. Ke kelas yuk." ajak Odelia.

Zara mengangguk. "Aston, kita duluan ya."

Zara segera menarik lengan Odelia membawanya menjauh dari Aston.

"Huft, untung lo dateng Ra. Kalo nggak gue nggak tahu lagi bakal ngapain tadi." ucap Odelia lega.

"Lo bawa bekal?" tanya Zara saat melihat kotak makan ditangan Odelia.

"Dari Aston tadi Ra."

Zara membelakan matanya. "Wow, pantang menyerah seklai ya."

Odelia mendengus sinis. "Lo mau? Ambil."

Dengan cepat Zara menerima kotak bekal pemberian Aston tadi.

"Dermawan banget calon istri konglomerat ini." goda Zara.

Odelia hanya melirik sahabatnya sinis kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kelas.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up yg banyak thor
Reni Anjarwani
suka deh bisa doubel up keren ceritanya
Liana Alda: happy reading kak
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
keren bgtt kalau bisa doubel up thor
Liana Alda: on proses kak, punya 2 on going soalnya. masih susah bagi waktu 😭😭
total 1 replies
Reni Anjarwani
ceritanya bagus kalau bisa doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel. up seru ceritanya
EatYourHeartOut
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
Kiran Kiran
Menghibur banget!
Liana Alda
terima kasih kembali
Bunny Koo
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!