NovelToon NovelToon
Kekasih Cadangan

Kekasih Cadangan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: ScorpioGirls

Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.

Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.

Yuk simak kisah mereka....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pertama Magang

Pagi hari, Aleena sudah siap dengan setelan kerja hitam putih yang rapi. Hari ini, adalah hari pertamanya magang di salah satu perusahaan besar yang ada di kota itu. Meskipun tidak menyangka akan magang di perusahaan besar dengan mudah, Aleena tetap tenang dan percaya diri.

Setelah tiba di perusahaan, Chika sudah menantinya dengan antusias yang luar biasa. "Al, aku senang banget, tau ngak? Aku gak sabar pengen cerita ke semua orang!" ujar Chika merangkul Aleena dengan erat, sambil melompat-lompat kecil.

Aleena hanya menggelengkan kepala, "Tidak tau," jawabnya singkat dengan senyum tipis.

"Iyalah, aku kan belum kasih tau, dasar!" katanya dengan nada tinggi, sambil menjauhkan Aleena dan memandanginya dengan mata lebar.

"Aku senang banget, bisa magang disini, perusahaan paling bergengsi dan terbesar di negara ini! Ini impian aku banget!" Chika berteriak dengan gembira.

Sementara Aleena hanya menggelengkan kepala, "Kayak orang tidak mampu aja, disambut gitu," ledek Aleena dengan nada datar.

"Kamu tu, ya, Al, gak pernah berubah, selalu cuek dengan keadaan," katanya sambil tertawa dan merangkul Aleena lagi.

Setelah Chika selesai dengan antusiasnya, Aleena hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ayo, kita masuk," kata Aleena, sambil menarik Chika menuju pintu masuk perusahaan.

Chika masih terus berbicara dengan gembira, "Aku gak sabar pengen lihat-lihat kantornya, pasti keren banget!"

Saat mereka masuk ke dalam perusahaan, Aleena dan Chika disambut oleh resepsionis yang ramah. "Selamat pagi, selamat datang di perusahaan kami. Saya akan mengantar kalian ke ruang orientasi," kata resepsionis dengan senyum.

Chika langsung mengambil alih percakapan, "Wah, terima kasih! Kami sangat senang bisa magang di sini. Perusahaan ini sangat terkenal dan bergengsi, kami merasa terhormat bisa menjadi bagian dari tim."

Aleena hanya tersenyum dan mengangguk, sementara Chika terus berbicara dengan resepsionis. Saat mereka berjalan menuju ruang orientasi, Aleena tidak bisa tidak tersenyum melihat Chika yang sangat bersemangat.

Saat mereka tiba di ruang orientasi, mereka disambut oleh beberapa orang dari tim HRD. "Selamat pagi, selamat datang di perusahaan kami. Kami akan menjelaskan prosedur magang dan apa yang diharapkan dari kalian selama magang," kata salah satu dari tim HRD.

Chika langsung duduk dengan tegak dan siap mendengarkan, sementara Aleena duduk dengan santai dan mengamati sekitar. "Aku gak sabar pengen tahu apa yang akan kita lakukan selama magang," bisik Chika kepada Aleena.

Aleena hanya tersenyum dan mengangguk, "Kita lihat saja nanti," katanya dengan nada datar.

Sementara itu, Axel dan Marcel baru tiba di perusahaan. Sebelum turun dari mobil, Marcel tidak sengaja melihat motor sport hitam yang sedang terparkir. "Bos, bukankah itu motor yang mirip dengan yang kita cari?" tanya Marcel pada Axel.

Axel yang sudah membuka pintu mobil, berhenti sejenak dan melihat seksama motor itu. "Selidiki siapa pemilik motor itu," titahnya, sambil tetap memandang motor tersebut. Kemudian, Axel turun dari mobil dengan langkah yang mantap, diikuti oleh Marcel.

Setelah sampai di ruangan, Axel lansung duduk di kursi kebesarannya dan meletakkan tangan di belakang kepala lalu memutar kursi kantornya ke arah jendela, memandang keluar dengan pandangan yang kosong. Motor sport hitam itu masih terpatri dalam pikirannya, dan dia tidak sabar untuk mengetahui siapa pemiliknya.

Setelah beberapa menit, Marcel masuk ke ruangan dengan langkah yang santai. "Jelaskan," titah Axel tanpa menoleh, masih memandang keluar jendela.

"Saya rasa dugaan Bos benar," Marcel memulai dengan nada yang biasa.

Axel tidak sabar dengan basa-basi. "Kamu ingin dipecat?" katanya dengan nada kesal.

"Tidak, Bos. Pemilik motor itu adalah anak magang di perusahaan kita,"

Axel memutar kursinya, menatap Marcel dengan mata yang tajam. "Lebih detail," titahnya.

"Aleena dan Chika," Marcel menjawab dengan nada yang sama seperti sebelumnya.

Axel tersenyum, senyum yang samar namun menunjukkan kepuasan. "Aleena," ulangnya, seolah-olah dia sudah menantikan jawaban itu.

"Panggil Aleena kesini, saat jam istirahat,"

"Baik, Bos," patuh Marcel lalu meninggalkan ruangan.

-

-

-

Saat jam istirahat tiba, Marcel menghubungi manager di divisi Aleena bekerja dan memberikan instruksi untuk memanggil Aleena ke ruang CEO. Dengan langkah percaya diri yang sedikit terganggu oleh rasa penasaran, Aleena tiba di depan ruang CEO dan mengetuk pintu secara perlahan. Setelah mendengar jawaban dari dalam, dia membuka pintu dan masuk.

"Selamat siang, Tuan memanggilku?" tanya Aleena dengan sopan saat berada di dalam ruangan. Axel masih membelakanginya, namun tersenyum puas melihat kehadiran Aleena.

Axel menoleh dengan senyum yang hangat dan mata yang berkilau. "Selamat datang, calon Nyonya Axel," katanya dengan nada yang lembut dan penuh arti.

Aleena terkejut dan tidak percaya, mata coklatnya terbuka lebar. "Kak Axel?" gumamnya, tidak percaya bahwa dia sedang berdiri di depan pujaan hatinya.

Axel merentangkan tangannya, meminta Aleena untuk mendekat. "Hmm, aku merindukanmu, sayang. Kemarilah!" ujarnya dengan suara yang lembut dan penuh kasih.

Aleena tidak bisa menolak, dia merasa hatinya berdebar kencang saat mendekati Axel. Dengan langkah yang perlahan, dia masuk ke dalam pelukan Axel, merasa aman dan nyaman di dalam pelukannya.

'Aku merasa nyaman saat bersamanya, tapi aku tidak bisa menjadi penyebab kehancuran rumah tangga orang lain,' batin Aleena, perasaan bimbang memenuhi hatinya. Dia masih ragu-ragu tentang keputusan apa yang harus diambil, tapi saat ini dia ingin menikmati momen ini, merasakan kehangatan dan kenyamanan yang diberikan oleh Axel.

Aleena menutup mata, membiarkan perasaannya mengambil alih. Dia belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah dia harus berpisah dengan Axel atau bersatu. Tapi untuk sekarang, dia hanya ingin menikmati kehadiran Axel.

Tiba-tiba Marcel masuk ke dalam ruangan, membuka pintu dengan kasar sehingga Aleena terkejut dan langsung melepaskan pelukannya dari Axel. "Gawat, Bos!" lapor Marcel dengan nada terburu-buru.

Axel menoleh ke arah Marcel, mata coklatnya menyempit. "Ada apa?" tanya Axel dengan nada dingin namun tetap terkendali.

Marcel mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Clara ada di bawah, Bos. Dan sekarang dia menuju ke sini," lapornya dengan nada yang sedikit gentar.

Axel mengusap wajahnya dengan frustrasi, menunjukkan bahwa kedatangan Clara tidak diinginkan. Aleena merasa tidak enak dan ingin segera pergi dari sana, namun Axel menahannya dan menarik Aleena untuk ikut dengannya.

"Kamu bilang sama dia, saya lagi keluar," titah Axel kepada Marcel dengan nada yang tidak bisa dibantah.

Axel membawa Aleena masuk ke dalam kamar yang ada di dalam ruangannya dan mengunci pintu. Mereka duduk di sofa, dan Aleena tidak bisa tidak merasa seperti sedang melakukan sesuatu yang tidak benar.

"Kak Axel, aku sudah seperti pelakor handal saja," kata Aleena dengan nada yang sedikit bersalah.

Axel tersenyum lembut dan menarik Aleena ke dalam pelukannya. "Aku tidak masalah kamu jadi pelakor. Yang penting hanya aku yang kamu rebut,"

Aleena menunduk, merasa tidak nyaman dengan situasi ini. "Tapi, tetap aja. Aku tidak setega itu,"

Axel membelai rambut Aleena dengan lembut. "Dia tidak pantas dikasihani," katanya dengan nada yang dingin namun tetap terkendali.

"Kenapa? Apa dia kurang baik?" tanya Aleena dengan rasa penasaran.

Axel tersenyum tipis. "Suatu saat nanti, kamu pasti akan tahu bagaimana dia. Sekarang tugasmu hanya berada di sisiku,"

_

_

_

Clara masuk ke ruangan kerja, membawa bekal di tangan kanannya. Dia menatap Marcel yang duduk di sofa di ruang luar, mengerjakan sesuatu dengan serius. "Bosmu kemana?" tanya Clara dengan nada lembut namun penuh rasa ingin tahu.

Marcel menoleh, merasa sedikit cemas. "Bos Axel sedang keluar, ada urusan," jawabnya dengan nada datar, berusaha menyembunyikan kebenaran.

Clara mengangkat alisnya, menunjukkan rasa penasaran. "Urusan apa? Dia akan lama?" tanya Clara, suaranya tetap lembut namun dengan nada yang sedikit lebih dalam.

Marcel merasa semakin cemas, dia tidak ingin Clara mengetahui tentang Aleena yang ada di dalam ruangan Axel. "Sepertinya cukup lama," jawabnya hati-hati.

Clara tersenyum tipis, menunjukkan bahwa dia tidak percaya sepenuhnya. "Baiklah, aku akan menunggunya di sini," katanya dengan percaya diri, sembari duduk di sebelah Marcel.

Marcel merasa semakin tertekan, dia tidak ingin Clara menunggu terlalu lama dan mengetahui kebenaran. "Sebaiknya kamu pulang saja, Clara. Bos Axel mungkin tidak akan kesini lagi hari ini," saran Marcel dengan nada lembut, berusaha mengalihkan perhatian Clara.

Namun, Clara tidak mudah diyakinkan. "Tidak masalah, aku akan menunggu." jawabnya tanpa ragu.

-

-

-

Di dalam ruangan, Aleena sudah merasa tidak tenang. "Bagaimana kalau dia tidak pulang?" tanya Aleena dengan nada yang sedikit cemas.

Axel tersenyum lembut. "Baguslah, aku akan bersamamu lebih lama,"

Aleena memukul kecil dada Axel dengan gerakan yang lembut. "Dasar," gumamnya dengan nada yang penuh cinta.

Axel menahan tangan Aleena dan mengikis jarak di antara mereka. Dia mengusap wajah Aleena dengan gerakan lembut, merapikan rambutnya yang kusut. Aleena terbuai dengan perhatian Axel.

Axel membelai pipi Aleena dengan jari-jarinya, membuat Aleena merasa seperti di dalam mimpi. "Aku suka saat kamu seperti ini," kata Axel dengan nada yang lembut dan penuh kasih.

Aleena menutup mata, merasakan getaran cinta di dalam hatinya. Dia merasa seperti berada di dalam dunia yang hanya milik mereka berdua, di mana tidak ada yang bisa mengganggu kebahagiaan mereka. Perlahan Axel melabuhkan kecupan di bibirnya.

Bught!

Tangan Aleena tidak sengaja menjatuhkan vas bunga yang ada di atas meja. Clara dan Marcel yang ada di luar ruangan menoleh dengan bersamaan ke arah ruangan di mana Axel dan Aleena berada.

"Siapa di sana?" ujar Clara, melangkah mendekat ke sumber suara, suaranya penuh rasa ingin tahu.

1
iqbal nasution
oke
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Terima kasih, Kak, sudah mampir.🤩
total 1 replies
Merica Bubuk
Hadir thor...
Gaskeun 🔥🔥
🎧✏📖: semangat
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Makasih, Kak...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!