Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Raya dan kedua temannya baru saja tiba di sebuah hotel. Hotel tempat dia akan membawa Ayunda. Sebuah panggilan telepon masuk dan Raya langsung menjawabnya.
" APA? HILANG?" tanya Raya terkejut setelah mendapatkan berita dari si penelepon.
"Maaf nona, kami sudah mencari di semua tempat, tapi wanita itu tidak ada." kata seseorang di seberang sana.
"Dasar tidak berguna . Cari sampai ketemu !" perintah Raya lalu mematikan sambungan teleponnya.
"SIAL!" umpat Raya marah.
Rencana besar yang sudah dia susun rapi jadi gagal berantakan di saat sebentar lagi akan berhasil.
"Ada apa Raya?"
"Ayunda menghilang."
Kedua teman Raya ikut terkejut mendengar jawaban Raya. Padahal mereka telah menyiapkan kamar hotel dan membayar seorang pria untuk tidur dengan Ayunda malam ini. Setelah itu mereka akan menyebar video panas Ayunda yang sangat nakal karena tadi Raya sudah memberi Ayunda obat perangsang.
Orang-orang pasti akan menatap jijik pada Ayunda setelah melihat video itu. Tapi sayangnya itu tidak akan pernah terjadi karena saat ini Ayunda bukan bersama dengan orang suruhan Raya.
*
"Hah bagai mana kau bisa membuka kunci apartemen ku ?" kata Ayunda yang masih dalam keadaan mabuk.
"Tidak, bukan apartemen ku tapi apartemen pak Revan." ralatnya.
"Bagus jika kamu masih ingat ini apartemen milik ku. Tapi kamu tidak mengenali ku." kata pria itu yang tak lain adalah Revan.
Revan langsung ingin masuk ke dalam kamarnya setelah mengunci pintu, namun tiba-tiba Ayunda menahannya.
"Apa jangan-jangan kau ini Pak Revan?" tanya Ayunda sambil menatap dosennya dari jarak yang sangat dekat.
Ayunda bahkan membelai-belai wajah Revan untuk memastikan.
"Tidak. Aku pasti salah orang. Kamu lebih tampan dari pak Revan" Ayunda terkekeh mengatakan itu.
Jika dalam keadaan sadar, Ayunda tidak akan pernah memuji dosennya itu meski sekalipun benar jika pak Revan memang tampan.
"Sebaiknya kau masuk kedalam kamar sekarang." kata Revan menjauhkan tangan dan tubuh Ayunda dari menempel padanya.
"Aku tidak mau! Ayo kita bersenang-senang." kata Ayunda yang kembali memeluk Revan.
"Kau sangat tampan seperti Pak Revan. Aku jadi ingin mencium mu." kata Ayunda yang langsung menyosor ingin mencium Revan.
Revan segera memalingkan wajahnya mengelak, tapi Ayunda sangat agresif dan memaksa.
"Ayunda. Hentikan." kata Revan menolak.
Bukannya berhenti, Ayunda malah semakin berusaha ingin mencium dan bough. Keduanya jatuh di atas sofa ruang tamu dengan tubuh Ayunda berada di atas menindih tubuh Revan.
Cup.
Akhirnya Ayunda berhasil mencium bibir Revan. Ayunda tertawa setelah melepaskan kecupannya. Kemudian dia mengecup lagi, namun saat Ayunda ingin mengangkat bibirnya Revan malah menahan kepala Ayunda dan membiarkan bibir mereka tetap menempel.
Sesaat kemudian Revan mulai memainkan bibirnya. Tak hanya mengecup, Revan juga mulai melu**t bibir Ayunda.
Ayunda yang sedang di bawah pengaruh obat perangsang semakin berdesir saat mendapat rangsangan dari Revan. Tubuhnya semakin panas dan ingin meminta lebih.
Suara lenguhan Ayunda di sela-sela ciuman terdengar sangat merdu di telinga Revan. Revan memang terlihat dingin dan cuek, tapi dia tetaplah seorang pria biasa yang memiliki nafsu dan keinginan kepada seorang wanita.
Apa lagi gerakan liar Ayunda yang mencari kenikmatan di atas tubuhnya, membuat Revan jadi semakin tidak tahan.
Revan menatap penuh naf*u saat Ayunda yang sedang duduk di atasnya melepas kebaya.
"Jangan!" Revan yang masih memiliki sedikit kewarasan mencegah Ayunda membuka pelindung aset kembarnya.
Tapi sayang, sudah terlambat. Benda berbentuk seperti kaca mata itu sudah terlepas dari tubuh Ayunda.
"Astaga, kau membuat ku gila Ayunda." Revan menelan kasar salivanya melihat gunung kembar Ayunda yang begitu indah terpampang di depan matanya.
Dengan gerakan cepat, Revan bangun dan menggendong Ayunda seperti bayi kola membawa ke kamarnya.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya