NovelToon NovelToon
SENORITA PERDIDA

SENORITA PERDIDA

Status: tamat
Genre:Misteri / Cintapertama / Mafia / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #2

Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.

Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.

Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Sesalan

...•••Selamat Membaca•••...

Dalam Gereja, Rayden Tenggelam dalam Kenangan Kelam

Gereja itu sepi, hanya suara langkah Rayden yang bergema di lantai batu yang dingin. Langit sore menembus jendela kaca patri, memberi cahaya redup yang seolah memantulkan bayangan masa lalu yang gelap. Setiap langkahnya terasa berat, seakan beban yang harus ia pikul semakin menyakitkan di hatinya.

Dia duduk di bangku kayu yang keras, di depan altar yang megah. Di sana, tempat yang dulu pernah ia kunjungi untuk mencari ketenangan, kini hanya menyisakan kekosongan dan keheningan yang mencekam.

Di sana, di dalam gereja yang penuh dengan aura sakral ini, Rayden merasa dirinya terjebak di antara dosa-dosanya dan doa-doa yang tak bisa lagi ia ucapkan.

Matanya tertuju pada altar yang bersinar samar, namun pikirannya malah melayang kembali ke kenangan yang menyakitkan.

Kenangan tentang Maula—tentang bagaimana dia telah menyakiti wanita yang paling ia cintai. Ia tak bisa lagi melupakan ekspresi di wajah Maula saat itu, saat darah masih menetes dari luka-luka yang dia sebabkan.

Saat itu, dia yang seharusnya menjadi pelindung, malah menjadi penyebab rasa sakit istrinya sendiri.

“Kenapa aku begitu buta?” pikirnya, menggenggam tangan yang bergetar.

Tangan yang dulu pernah mengangkatnya dengan penuh kekuatan lalu dia layangkan ke tubuh Maula. Ia tidak tahu berapa lama dia duduk di sana, terhanyut dalam keheningan dan rasa bersalah yang semakin dalam.

Rayden memejamkan mata, berusaha mengingat bagaimana dulu mereka saling mencintai. Betapa hangatnya perasaan yang dulu memenuhi dadanya setiap kali dia memandang Maula.

Betapa segala sesuatu terasa sempurna hingga dia menghancurkannya dalam waktu singkat, dua hari di tempat yang gelap serta lembap. Tangan yang seharusnya melindungi, malah menorehkan luka-luka yang tak akan pernah bisa ia sembuhkan.

“Piccola,” bisiknya perlahan, memanggil nama itu dalam hati. “Maafkan aku... Maafkan aku.”

Namun, sepertinya kata maaf takkan pernah cukup untuk menghapus luka yang dia buat.

Dia teringat betapa kerasnya dirinya, betapa kebencian yang terkadang merasukinya membuatnya lupa akan siapa dirinya yang sebenarnya. Tangan-tangannya yang dulu digunakan untuk melindungi Maula, kini justru merusak segala yang telah mereka bangun bersama.

Dan kini, Maula terbaring di rumah sakit, mempertaruhkan hidup, akibat tindakan kejinya sendiri.

Seketika, air mata mulai menetes dari sudut mata Rayden. Ia tak bisa menahan rasa sesak yang meresap di dadanya.

Rayden menunduk, berdoa dengan hati yang penuh penyesalan, mencoba mencari pengampunan yang tak kunjung datang.

“Jika masih ada harapan... izinkan aku menebus semua kesalahanku, ya Tuhan. Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

Ia mengangkat wajahnya, menatap langit-langit gereja dengan pandangan kosong, berharap ada jawaban. Namun, yang ada hanya keheningan.

Suara derap langkah tegas terdengar tapi Rayden enggan menoleh ke belakang, tak lama Leo duduk di samping Rayden sambil menatap patung Bunda Maria.

“Aku berdosa padanya, Pa. Dua hari, aku menculik dia darimu dan memperlakukan dia bak tawanan tak berharga. Aku memperkosanya, memukulinya, menampar bahkan membentukan kepalanya berulang kali ke dinding dan sesuatu yang keras. Aku membiarkan dia makan makanan yang sudah berserakan di lantai, menyayat kulitnya, menjambak rambutnya hingga mengucapkan sumpah serapah di depan wajahnya. Dia menangis, Pa. Dia menangis.” Leo tak menyela sama sekali, kali ini yang dibutuhkan oleh Rayden adalah sepasang telinga untuk mendengarkan penyesalannya.

Rayden masih menunduk, menatap lantai dengan tangan yang mulai basah oleh keringat.

“Saat itu yang ada dalam pikiranku. Aku akan membuat dia hancur, memberikan kematian yang tidak akan pernah dia dapatkan sekalipun dia memohon, lalu aku akan memulangkan tubuhnya padamu beserta surat cerai yang dia inginkan. Yah... Itu yang aku pikirkan ketika menyiksanya.” Rayden terisak lalu menghapus air matanya dengan sapu tangan yang dia pegang saat ini.

Leo masi duduk bersandar dengan kedua tangan terlipat di dada, menatap lurus ke depan tapi telinganya masih terus mendengarkan sesalan menantunya.

“Malam kedua, setelah dia aku buat terluka, aku pergi mencari ketenangan dan pulang kembali lalu mencari putrimu, ketenangan yang aku cari ternyata ada padanya. Aku merebahkan diri di sampingnya sambil memeluk kaki putrimu. Aku pikir dia akan marah atau memukulku tapi tidak. Dia mengusap kepalaku dan ikut menangis, aku bisa mendengar isakan kecil dari bibirnya. Pagi saat bangun, aku pikir dia kabur karena dia memiliki kesempatan untuk itu, ternyata aku salah. Dia menjagaku dan memberikan maaf padaku, bertahan di sisiku tanpa ingin pergi. Aku mencintai putrimu, Pa. Aku sangat mencintai putrimu dan sayangnya niatku saat itu menjadi nyata sekarang, aku benar-benar memperlihatkan kehancuran dia padamu. Dia mungkin ingin mati saat ini tapi tidak dia dapatkan karena aku masih ingin dia hidup. Dia bertahan... dia bertahan untuk sebuah kehidupan. Padahal dia memiliki kesempatan untuk pergi dariku tapi tidak dia lakukan, Pa. Putrimu memilih memberikan kehidupannya untukku, menyalakan cahaya untuk menerangi hidupku yang mana tidak ada sosok pelita lain yang mampu menembus gelapnya hidupku.” Rayden benar-benar menangis sesegukan mengingat istrinya.

“Aku pernah ada di posisimu Ray, menjadi seorang bajingan untuk sebuah pelita yang nyata. Maureen. Dia aku miliki dalam sebuah kesalahan, kesalahan yang tidak dia inginkan. Aku menawan Maureen dan mengambil kehormatannya dengan paksa, lalu mengusirnya bagai seorang budak jahannam. Sampai satu waktu, aku mengetahui kalau dia hamil, hamil anakku. Aku kembali membawa dia dengan paksa dan menjadikan dia sebagai tawanan pemuas hasratku, dia ingin menolak tapi takut. Tanpa aku ketahui, dia justru mencintaiku dan saat itu aku juga mencintai dia. Ego kami membuat rasa itu terhalang dan dia pergi, aku sempat emosi dan membiarkan dia pergi sampai saat di mana dia menjadi bahan perundungan dan sekarat. Saat itu duniaku hancur Rayden. Sangat hancur, gadis tawanan yang aku cintai disakiti oleh orang lain, gadis yang sangat aku ratukan disiksa.” Leo ikut meneteskan air matanya namun kedua tangannya enggan menghapus. Rayden masih menunduk.

“Dia koma, aku menunggu dia sadar dan kemudian menikahinya. Kami bahagia, dia menjadi istri yang luar biasa, hidupku yang kelam tanpa kasih sayang kini berubah menjadi sebuah warna yang begitu cerah. Sampai satu ketika, aku cemburu padanya, ada yang mengirimkan pesan berupa foto saat Maureen dekat dengan teman kampusnya. Aku naik pitam dan menyeret Maureen ke ruang bawah tanah, di sana aku memukulkan palu ke tubuhnya dengan membabi buta lalu aku mengeluarkan kata-kata tak pantas. Saat itu dia memiliki kesempatan untuk pergi, tapi tidak. Dia keluar dari rumah hanya untuk mendapat pengobatan, dia ke klinik dalam keadaan sakit menggunakan ojek. Dia tidak menyalahkan aku Ray, dia justru bilang kalau dia hanya ingin berobat karena tubuhnya sakit. Aku menangis, merutuki kebodohanku karena tidak bisa menahan emosi.” Leo tersenyum lalu menghapus air matanya.

“Setelah itu aku mencoba menebus kesalahanku, kami kembali bahagia dan dikaruniai dua orang anak. Semua berjalan tanpa halangan hingga Mama menculik Maureen dan mengurungnya. Kau pasti tahu cerita itu bukan? Maula sudah cerita padamu.” Rayden hanya mengangguk.

“Dia memiliki kesempatan untuk menghukum Mamaku, aku dan Axelo sudah berniat membunuh dia tapi Maureen tidak mengizinkannya. Dia tidak membenci Mamaku, dia bahkan menyadarkan kami betapa tersiksanya Mama dengan segala penderitaannya selama ini. Maureen memandang mental Mamaku yang memang saat itu sedang tidak normal. Satu tahun Ray, satu tahun istriku disiksa dan didera dalam ruangan gelap. Tapi dia tidak membalas dengan kebencian, dia justru mengembalikan kehangatan keluargaku. Dan bodohnya lagi, aku sempat cemburu pada Archer kala itu, aku kembali melakukan kekerasan dan saat itu kau lihat bukan? Tapi dia tidak pergi Ray, karena baginya seorang suami adalah rumah untuk pulang. Jadi... Kita ini sama, sama-sama bajingan yang diberikan seorang wanita hebat.” Rayden semakin sesegukan.

“Aku menganggap semua ini adalah karma buruk untukku karena sudah merampas kebebasan dan kesucian seorang gadis di masa lalu. Walaupun gadis itu menjadi istriku tapi aku sepenuhnya bersalah. Aku tidak menyalahkanmu Rayden, ini karma untukku. Hukuman Tuhan karena sudah gagal menjadi insan yang baik.” Rayden mengangkat pandangannya dan menggeleng.

“Ini bukan karmamu, Pa. Ini murni kesalahanku.” Leo menyunggingkan senyum lalu menatap Rayden.

“Ini jalan Tuhan memberikan hukuman untukku, kau akui atau tidak, ini kenyataannya. Tidak guna meratapi dan menyesali apa yang telah terjadi, yang ada bukan menyelesaikan masalah, malah akan menambah masalah. Kalau kau sakit, siapa yang akan menguatkan istrimu?” Leo menarik Rayden dan memeluk menantunya, mereka saling menangis dalam diam disaksikan oleh tempat suci itu.

“Kau tidak salah Rayden, semua sudah jalan-Nya.”

...•••Bersambung•••...

1
Putri vanesa
Semoga Maula kuat dan msih aman sma yg lainnya, Ray knpa gk minta tolong papamu dan om axelee
Putri vanesa
Sukaa banget setelah sekian lamaaaa Mauuulaa ❤️❤️
Vohitari
Next, seriesnya seru thor
Pexixar
Lanjut lagi
Miami Zena
Series yg paling ditunggu, mentalku aman kok thor
Sader Krena
Lanjutan ini selalu kutunggu, cepat rilis thor
Flo Teris
Selalu nungguin series nya, btw mentalku aman banget
Cloe Cute
Segerakan series 3 kak, udah gak sabaar aku tuh
Bariluna Emerla
Aku menunggu series 3 kak
Zayana Qyu Calista
Sedih kan kamu Ray, mana istri lagi hamil lagi kamunya berulah. Sekarang Maula hilang malah kelimbungan, cepat rilis yang ketiga kak, udah gak sabar mau baca
Rika Tantri
Puas banget sama pembalasan Maula tapi kesel banget sma Rayden. Udah tau si barabara itu otaknya gesrek, masih aja diikutin
Zayana Qyu Calista
Ditunggu banget nih series 3, yg paling dinanti ini mah. Cepetan kak ya
Arfi
Cepat di rilis kak, gk sabar aku
Arfi
Puas banget sama Maula ih, salah cari lawan kan lo Bar
Hanna
Kamu tuh ceroboh banget tau dak sih Ray, gak bisa baca apa kalo dia pura2
Hanna
Wajar aja Maula ngamuk dan ninggalin kamu Ray, dia ngeliat pergulatan panas kamu sama barbara.
Hanna
Puas banget aku weehh
Hanna
Dia nyoba ngeracau pikiran Maula ini mah
Ranti Zalin
Puas banget ngeliat dia diginiin, mampos
Ranti Zalin
Bikin masalah nih org njirr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!