Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.
Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30. Menyambut
Kehadiran Rara sebagai menantu termuda di keluarga besar Pak Nugraha disambut hangat. Ketiga kakak iparnya menyukai Rara yang humble dan supel ramah dan sopan.
Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan kehamilan Rara, malahan mereka menunggu kelahiran baby triple dengan antusias.
Mereka bukan tipe orang-orang suka menjudge, menghakimi apalagi sok berlagak paling baik dan benar sehingga membuat Rara bisa nyaman hadir di tengah-tengah mereka.
“Ini gaun sangat cocok untuk kamu, Mbak juga udah memilihkan Kamu beberapa pakaian gamis muslimah yang bagus kamu pakai,” ucap Masitha sembari menyodorkan selembar pakaian yang pas dengan ukurannya Rara.
“Alhamdulillah makasih banyak Mbak,” balas Rara kemudian berjalan ke arah ruang ganti untuk mencoba terlebih dahulu beberapa set pakaian yang akan dibelinya
“Sama-sama cantik, Sari bantuin Rara berganti pakaian untuk mencoba beberapa pakaian yang sudah aku pilihkan untuknya semoga saja cocok,” pintanya Masitah gadis berdarah Aceh itu.
“Baik Bu,” balasnya perempuan yang bernama Sari.
Rara cukup kagum dan puas dengan model dan kualitas kain gaun dan beberapa gamis yang sudah dicobanya. Beberapa pakaian tersebut sangat pres body di tubuhnya sehingga semakin mempercantik penampilannya Rara.
Rara juga memilih beberapa potong pakaian yang khusus untuk ibu hamil. Rara semakin senang karena mendapatkan baju-baju yang bagus dengan harga yang cukup miring karena mendapat potongan harga yang lumayan besar.
“Masya Allah, Alhamdulillah makasih banyak Mbak sudah dipilihkan baju yang bagus-bagus dikasih lagi diskon,” imbuhnya Rara.
“Kamu kan pelanggan spesial kami jadi wajarlah dapat potongan harga khusus,” balasnya Masitah yang sedikit bercanda.
Bara bermain bersama kedua keponakannya yang baru saja pulang dari sekolahnya.
“Om Bara, apa Tante Rara ada?” Tanyanya Alina anak sulungnya Baruna dengan Masitha.
“Tante kamu lagi sama mami kamu nyobain baju untuk Tante Rara,” jawab Bara ketika tangannya dicium oleh Alina.
Alina berjalan tergesa-gesa ke arah dalam butik untuk menemui Rara sedangkan Baruna yang baru pulang duduk bersama dengan adiknya.
“Gimana dengan bulan madu kalian, kapan berangkat ke Bali?” Tanyanya Baruna yang baru saja menjatuhkan bobot tubuhnya ke salah satu sofa.
“Kalau masalah bulan madu kami masih dalam proses rencana Bang, karena kami masih sibuk di sekolah juga lagian istriku sedang hamil muda. Jadi aku pasti banyak pertimbangan sebelum berangkat ke Bali dan Singapura,” jelasnya Bara.
“Tokcer juga bibit kecebong kamu, ngomong-ngomong apa kamu sudah memeriksakan kandungannya istrimu ke dokter kandungan?” Tanyanya Baruna yang memuji adiknya.
Bara cengengesan sebelum menjawab pertanyaan dari kakak ketiganya itu,” Alhamdulillah sudah dan insha Allah kami akan mendapatkan tiga sekaligus calon bayi dan salah satunya adalah baby boys.”
“Masya Allah tabarakallah selamat yah dek akhirnya kamu yang pecah telur bisa dapatkan cucu laki-laki. Istriku hamil ketiga tapi lagi-lagi anak cewek makanya aku minta istriku untuk berhenti hamil dan tutup kandungan saja. Aku sedih melihat istriku kesakitan setiap kali melahirkan,” imbuhnya Baruna yang sedikit kecewa karena dirinya belum dikaruniai anak laki-laki.
“Tambah lagi toh kalau belum berhasil, masih panjang waktu dan Mbak Masitah masih muda nggak kayak Mbak Aminah dan Fatimah yang memilih balik kandungan,” ujarnya Bara yang masih saja menggelitik tubuh ponakan paling kecilnya yang sudah tertawa terbahak-bahak karena digelitikin.
Keduanya berbincang-bincang mengenai keberangkatan mereka besok pagi.
“Kenapa kalian nggak berangkat lebih duluan ke kampung? Sekalian honeymoon tipis-tipis dulu. Cantik loh sekarang Tanjung Bira dan semakin eksotis bisa kalian jadikan tempat bulan madu sebelum ke Bali,” Baruna melihat ke arah jam tangannya, ”kamu masih banyak waktu untuk bersiap setelah magrib juga masih bisa melakukan perjalanan.”
Bara menimbang usulan dari kakaknya itu,” aku akan sampaikan kepada Rara kalau setuju pasti kami akan jalan duluan ke Bulukumba.”
Berselang beberapa menit kemudian, Rara sudah mendapatkan beberapa potong pakaian termasuk pakaian bersantai dari butik yang cukup luas itu yang berlantai dua dan melayani juga pesanan online.
“Assalamualaikum Mas Baruna,” sapanya Rara.
“Waalaikum salam, kamu dan calon bayimu sehat kan? Semoga nggak mual muntah kayak istriku kalau hamil sungguh tersiksa makanya aku minta untuk stok hamil,” tuturnya Baruna.
“Alhamdulillah aku dengan calon bayi kembar kami baik-baik saja dan sehat. Alhamdulillahnya lagi aku nggak pernah merasakan mual-mual atau morning sicknes juga sampai sekarang. Mbak Masitha hamil muda juga rupanya,” imbuhnya Rara.
“Syukurlah kalau begitu, kalian kenapa nggak jalan duluan saja ke Bulukumba sekalian nginap di resort anggap saja lagi bulan madu kecil-kecilan,” ucapnya Baruna yang menyarankan kepada Rara.
“Itu ide yang bagus juga Mas, tapi takutnya Mas Bara keberatan dan ngga bisa berangkat sore ini,” sahutnya Rara yang sudah duduk tepat di samping kanan suaminya.
“Aku bisa kok, kamu nggak apa-apa kalau Kita melakukan perjalanan sore ini juga?” Tanyanya balik Bara.
“Aku nggak masalah dan insha Allah calon baby tripel juga pasti mereka akan senang melakukan perjalanan karena bayi kami anak-anak yang kuat dan tangguh,” tuturnya Rara sambil mengusap perutnya yang membesar karena hamil anak kembar sekaligus.
Bara meyelesaikan pembayaran semua pakaian yang dibelinya dan untungnya mereka mendapatkan potongan harga dan beberapa bonus pakaian couple untuk kedua pasangan pengantin baru itu khusus dari Baruna dan Masitha.
Setelah mereka membayar beberapa pakaian itu, keduanya gegas balik ke rumah karena belum shalat ashar dan sekalian akan bersiap-siap berangkat ke Bulukumba.
Mereka tidak menyangka apabila ternyata Bu Ratu dan Pak Nugraha kedua mertuanya Ikut bersama mereka karena besok pagi-pagi sekali adalah hari mapaccing Tiwi dengan Ridwan.
Mapaccing adalah salah satu adat istiadat suku Makassar yang biasa diadakan sehari sebelum acara akad nikah dilangsungkan.
Rara mengemas beberapa pakaian yang akan mereka bawa ke kampung. Untungnya besok adalah hari sabtu dan dua hari kedepan cuti bersama sehingga rencananya pagi selasa barulah mereka akan kembali ke kota Makassar.
Bara yang melihat istrinya mengemasi beberapa barang-barang dan pakaian yang akan mereka bawa gegas menggantikan Rara.
“Kamu istirahat saja, biarkan suamimu ini yang mengerjakannya. Kamu sedang hamil jangan banyak beraktifitas berat-berat,” cegah Bara.
“Mas ini hanya pekerjaan ringan kok, masa dikategorikan berat kalau cuma memasukkan pakaian ke dalam koper, yang berat itu kalau kelonin Mas Bara,” candanya Rara yang masih saja melanjutkan packing barang bawaannya.
Bara terkekeh mendengar perkataan dari suaminya,” kalau itu mah nggak keberatan istriku tapi keenakan malah minta tambah sampai tepar,” balasnya Bara sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Rara menggeplak lengannya Bara,” ish apaan sih Mas! Kalau masalah adegan plus-plus pasti paling jago dan paling pinter.”
Bara cekikan mendengarnya, “Kalau gitu Kamu mandi dan bersiap-siaplah jadi ngga perlu berlama-lama karena Mama dan Papa sudah di jalan mau ke sini barengan sama Tante Hajah Halimah dengan kedua anaknya,” ujar Bara.
Rara kemudian bangkit dari posisi duduknya yang sedikit kesulitan dan berjalan ke arah dalam kamar mandi setelah mengambil handuk.
Bara tersenyum nakal ketika melihat beberapa benda berbentuk segitiga bermuda yang ada di dalam koper istrinya.
“Modelnya ternyata lucu-lucu yah, baru ngebayangin Rara memakainya aku sudah ngakak. Apalagi Rara langsung memakai di hadapanku, tapi ngomong-ngomong apa dia nggak masuk angin kalau pake celana dalam yang lubang-lubang kayak gini? Ini juga kayak jala emangnya ikan kali yah yang mau ditangkap. Ada-ada saja ide penjahitnya,”
Bara malah mengambil beberapa potong kemudian mengangkat tepat di depan wajahnya. Ia geleng-geleng kepala melihatnya dan baginya ini adalah sebuah hiburan tersendiri untuknya.
Ia gemes melihat bentuk dan model cd-nya Rara yang unik-unik dan lucu. Tapi, Bara sedikit kaget ketika melihat ada beberapa macam lingerie di dalamnya yang sudah terlipat dengan rapi mulai dari warna merah muda, ungu, merah maroon.
“Istriku niat banget menyenangkan hati suaminya. Ya Allah, semoga saja dia nggak trauma lagi ketika aku meminta hakku. Masa si Joni kembali berpuasa, kasihanilah diriku ya Allah sudah hampir empat bulan nanti karatan lumutan juga kodong,” mohonnya Bara sambil menengadahkan tangannya ke atas.
Beberapa menit kemudian, ia juga membersihkan tubuhnya di kamar lain karena menunggu istrinya sama saja membuang waktu lebih lama lagi.
Keduanya memakai pakaian couple, kemeja biru langit, celana kain abu-abu serta blezer abu-abu sepasang dengan hijabnya semakin mempercantik penampilan Rara yang sudah cantik dari sananya.
Bara pun memakai celana drill abu-abu dan kemeja biru lengan panjang,tapi dilipat hingga ke siku tangannya yang membuat Rara terkesima melihat pria yang sudah halal diapa-apain.
Siapapun perempuan yang melihat ketampanan Bara pasti akan klepek-klepek salting melting dibuatnya.
Alis mata yang tebal, rahang bawah yang tegas, kulit putih dan mata sipit khas orang keturunan Tionghoa. Hidung mancung sedikit bangir, bibir seksi dan tebal. Bodynya tinggi bak atlet sepakbola naturalisasi dan dada bidangnya yang semakin mempertegas kegantengannya.
“Subhanallah Mas Bara ganteng banget kayak lagi melihat Songkan saja,” pujinya Rara ketika melihat suaminya keluar dari dalam walk in closednya.
Bara berjalan sambil menyunggingkan senyuman terlebarnya,” bukan Songkan tapi Jhi Chan Wook. istriku juga sangat cantik dan semakin cantik tentunya dan seksi pastinya.”
Bara menarik tubuhnya Rara hingga mereka saling menempel, pandangan mata mereka saling beradu. Memang benar adanya kalau hubungan suami istri bisa terjalin meskipun tanpa ada rasa suka di sana atau belum ada rasa cinta diantara keduanya.
Rasa nyaman yang membuat kebersamaan mereka semakin terlihat mesra. Sehingga ketika berinteraksi membuatnya hubungan mereka semakin dekat dan akrab.
Bara memiringkan kepalanya agar lebih leluasa mencium bibir seksi istrinya, Rara reflek memejamkan matanya. Dadanya bergetar hebat hingga degupan jantung mereka bertalu-talu hingga sanggup terdengar hingga ke rungu mereka masing-masing.
Padahal ini bukan lah ciuman pertama, selama mereka menikah ini adalah yang kedua kalinya akan terjadi. Tetapi tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka lebar dari arah luar yang merusak moment keintiman mereka.
“Maaf kayaknya kedatangan kami tidak tepat waktu,” ucap Bu Ratu salah tingkah.
Bara dan Rara sedikit canggung karena kedapatan sedang bermesraan oleh kedua mertuanya.
“Anak-anak jaman sekarang,” Pak Baruna geleng-geleng kepala melihat putranya yang masih memeluk tubuh istrinya.
“Kalian lanjutkan di kamar resort saja, sudah pukul empat kita harus gegas menuju kampung,” celetuk Andika.
“Kalian datang kayaknya terlalu cepat,” ejek Bara yang kesal karena kesenangannya terganggu.
Bara dan Rara gegas melerai pelukan mereka dan bersiap-siap berangkat ke daerah Bulukumba. Rara yang salah tingkah memperbaiki pakaiannya yang sedikit kusut.
Ada lima mobil yang berangkat sore itu, sedangkan anggota keluarganya yang lainnya seperti ketiga saudaranya Bagas, Bisma dan Baruna rencananya besok pagi sekitar jam tujuh akan berangkat dan menyusul rombongan mereka.
Dari dalam kabin mobil yang mereka tumpangi terdengar suara canda tawa. Bara memakai mobil yang sedikit besar dari mobilnya yang dipakainya selama ini.
Mobil berwarna hitam itu adalah hadiah pernikahan untuk Rara kalau di Makassar namanya sungrang atau mahar selain rumah dan sejumlah uang tunai berbentuk mata uang Dollar AS.