NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:30.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 30 : Harmoni Keluarga Kecil

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Aira telah melahirkan anak kedua mereka, seorang bayi laki-laki yang diberi nama Banyu, sesuai dengan harapan Rinai dan keinginan keluarga kecil mereka yang selalu terhubung dengan laut. Banyu lahir sehat, dengan tangis kecil yang memecah keheningan ruang persalinan, membawa kebahagiaan baru bagi Aira, Raka, dan Rinai.

Kini, beberapa minggu telah berlalu sejak kelahiran Banyu, dan keluarga kecil ini mulai menyesuaikan diri dengan ritme baru sebagai keluarga berempat.

Pagi itu, Aira duduk di kursi goyang di ruang tamu rumah mereka di daerah Candi, menyusui Banyu dengan penuh kasih. Dia mengenakan kaus longgar dan celana panjang, rambutnya di kuncir santai, wajahnya sedikit lelah tapi penuh kebahagiaan. Banyu, yang baru berusia enam minggu, terlihat damai di pelukannya, matanya kecil terpejam sambil menyusu, tangan kecilnya memegang jari Aira dengan erat.

Rinai duduk di lantai di depan Aira, tangannya memegang buku cerita anak-anak yang berjudul Ikan Ajaib di Laut Biru, buku yang Aira dan Raka tulis bersama sebagai hadiah untuk Rinai dan Banyu. Rinai membaca dengan suara kecil, sesekali melirik Banyu dengan senyum penuh cinta.

“Mama, Banyu suka cerita ini enggak, ya?” tanyanya, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Aira tersenyum, mengelus rambut Rinai dengan tangan yang bebas.

“Mama yakin Banyu suka, Rinai. Dia kan denger suara Kakak yang lembut. Kamu… kamu hebat banget jadi kakak,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Raka masuk ke ruang tamu, membawa nampan kecil berisi sarapan, roti panggang dengan selai stroberi untuk Rinai dan Aira, serta segelas teh hangat untuk istrinya.

Dia mengenakan kaus sederhana dan celana pendek, wajahnya penuh semangat meskipun malam tadi dia terbangun beberapa kali untuk membantu Aira menenangkan Banyu.

“Pagi, Mama, Kakak Rinai, sama Banyu,” sapanya, tersenyum lebar saat melihat keluarganya.

“Aku liat tadi Rinai baca cerita buat Banyu?” tanyanya, duduk di samping Aira dan mencium kening istrinya dengan lembut.

“Pagi, Papa!” seru Rinai, berlari kecil ke arah Raka dan memeluknya.

“Iya, Rinai baca cerita Ikan Ajaib buat Banyu. Banyu suka, Papa!” tambahnya, nadanya penuh antusias.

Raka tersenyum, mengangkat Rinai ke pangkuannya.

“Bagus, Rinai. Papa seneng banget liat kamu sayang sama Banyu. Kamu… kamu kakak yang hebat,” katanya, mencium pipi Rinai dengan lembut.

Aira tersenyum, memandang Raka dan Rinai dengan mata penuh cinta.

“Raka, aku ngerasa hidup kita penuh harmoni sekarang. Rinai sama Banyu… mereka bikin setiap hari jadi lebih indah. Aku… aku seneng banget kita bisa lewatin ini bareng,” katanya, suaranya lembut sambil menggendong Banyu yang mulai tertidur di pelukannya.

Raka mengangguk, tangannya memegang tangan Aira dengan erat.

“Iya, Aira. Aku… aku juga ngerasa gitu. Rinai sama Banyu… mereka dua cahaya yang bikin hidup kita lebih berwarna. Aku… aku pengen kita terus ciptain harmoni ini bareng mereka,” katanya, nadanya penuh cinta.

Setelah Aira selesai menyusui Banyu dan meletakkannya di ranjang bayi kecilnya, mereka duduk bersama di ruang tamu, menikmati sarapan sambil mengobrol tentang rencana mereka hari itu.

Rinai, yang libur sekolah karena hari Sabtu, tampak antusias saat Raka mengusulkan untuk pergi ke taman kota.

“Rinai mau ke taman! Banyu bisa ikut, kan, Papa?” tanyanya, matanya berbinar.Raka tersenyum, mengangguk.

“Bisa, Rinai. Kita bawa Banyu pake stroller, ya. Kita ajak Banyu liat taman sama burung-burung yang Rinai suka,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Aira tersenyum, merasa ada kehangatan yang meluap di hatinya.

“Aku setuju, Raka. Aku… aku pikir Banyu bakal suka udara segar di taman. Aku juga kangen jalan-jalan bareng kalian,” katanya, suaranya lembut.

Mereka bersiap untuk pergi ke taman kota, Aira membawa stroller kecil untuk Banyu, sementara Raka membawa tas berisi bekal, roti lapis, air mineral, dan beberapa camilan untuk Rinai.

Rinai berjalan di depan mereka, tangannya memegang balon kecil yang Raka belikan, matanya berbinar saat melihat burung-burung kecil yang beterbangan di taman.

Aira dan Raka duduk di bangku taman, mengawasi Rinai yang berlarian kecil di dekat ayunan, sementara Banyu tertidur damai di stroller-nya. Aira bersandar di bahu Raka, menikmati angin sejuk yang menerpa wajah mereka.

“Raka… aku ngerasa hidup kita kayak simfoni yang indah sekarang,” katanya, suaranya lembut.

Raka tersenyum, memeluk pundak Aira dengan lembut.

“Iya, Aira. Rinai sama Banyu… mereka nada-nada kecil yang bikin simfoni kita makin indah. Aku… aku pengen kita terus mainin simfoni ini bareng mereka,” katanya, nadanya penuh cinta.

Sore itu, mereka kembali ke rumah dengan Rinai yang lelah tapi bahagia setelah bermain seharian, dan Banyu yang mulai terbangun dengan tangis kecil karena lapar.

Aira menyusui Banyu di kamar, sementara Raka membantu Rinai mandi dan bersiap untuk makan malam. Setelah semua selesai, mereka duduk bersama di ruang tamu, Rinai bersandar di samping Aira sambil mendengarkan cerita yang Aira baca dari buku Ikan Ajaib di Laut Biru.

“Papa, Mama, cerita ini beneran dari Rinai, ya?” tanya Rinai, matanya penuh kagum saat melihat ilustrasi dirinya di buku itu, gadis kecil dengan topi jerami dan ember kecil, petualang di dermaga.

Raka tersenyum, mengangguk.

“Iya, Rinai. Ini cerita yang Mama tulis dan Papa gambar, terinspirasi dari kamu. Kita… kita buat buku ini buat kamu sama Banyu, biar kalian tahu betapa kita sayang sama kalian,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Rinai tersenyum lebar, memeluk Aira dan Raka dengan erat.

“Rinai sayang Mama, Papa, sama Banyu!” serunya, membuat Aira dan Raka tersenyum haru.

Malam itu, setelah Rinai dan Banyu tertidur, Aira dan Raka duduk di halaman depan rumah, menikmati angin malam yang sejuk sambil menatap langit Semarang yang dipenuhi bintang.

Aira mengeluarkan kotak kayu kecil dari laci mereka, kotak yang berisi surat-surat yang mereka tulis untuk Rinai saat dia masih bayi, dan kini ditambah dengan surat baru untuk Banyu.

Aira membacakan surat yang mereka tulis untuk Banyu, suaranya gemetar karena haru.

“Banyu sayang, Papa sama Mama menulis surat ini pas kamu baru lahir. Kamu… kamu adalah cahaya baru dalam hidup kami, hadiah kecil yang bikin keluarga kami makin lengkap. Kami harap kamu tumbuh jadi anak yang penuh cinta, yang sayang sama Kakak Rinai, dan yang selalu inget kalau Papa sama Mama sayang kamu selamanya,” bacanya, air mata haru mengalir di pipinya.

Raka memeluk Aira erat, matanya juga berkaca-kaca.

“Aira… aku ngerasa hidup kita penuh keajaiban sekarang. Rinai sama Banyu… mereka bikin setiap hari jadi lebih berarti. Aku… aku pengen kita terus ciptain kenangan indah bareng mereka,” katanya, suaranya serak karena haru.

Aira tersenyum, memandang gelang di pergelangannya, gelang yang menjadi simbol perjalanan cinta mereka.

“Raka… semua dimulai dari hujan, dari dermaga, dan sekarang kita punya Rinai sama Banyu. Aku… aku bersyukur banget bisa bareng kamu,” katanya, suaranya penuh rasa syukur.

Raka tersenyum, mencium kening Aira dengan penuh kasih.

“Aku juga, Aira. Rinai sama Banyu… mereka harmoni kita, dan aku pengen kita terus mainin harmoni ini bareng mereka, bareng keluarga kecil kita. Aku sayang kamu, selamanya,” katanya, nadanya penuh cinta.

Di bawah langit Semarang yang berkilauan, dengan Rinai dan Banyu tertidur damai di dalam rumah, Aira dan Raka saling berpelukan, merasa bahwa harmoni keluarga kecil mereka adalah melodi terindah yang pernah mereka ciptakan, melodi yang akan terus mereka mainkan bersama, dengan cinta sebagai irama abadinya.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!