NovelToon NovelToon
Masa Lalu Pilihan Mertua

Masa Lalu Pilihan Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Thida_Rak

Aku, Diva, seorang ibu rumah tangga yang telah menikah selama tujuh tahun dengan suamiku, Arman, seorang pegawai negeri di kota kecil. Pernikahan kami seharusnya menjadi tempat aku menemukan kebahagiaan, tetapi bayang-bayang ketidaksetujuan mertua selalu menghantui.

Sejak awal, ibu mertua tidak pernah menerimaku. Baginya, aku bukan menantu idaman, bukan perempuan yang ia pilih untuk anaknya. Setiap hari, sikap dinginnya terasa seperti tembok tinggi yang memisahkanku dari keluarga suamiku.

Aku juga memiliki seorang ipar perempuan, Rina, yang sedang berkuliah di luar kota. Hubunganku dengannya tak seburuk hubunganku dengan mertuaku, tapi jarak membuat kami tak terlalu dekat.

Ketidakberadaan seorang anak dalam rumah tanggaku menjadi bahan perbincangan yang tak pernah habis. Mertuaku selalu mengungkitnya, seakan-akan aku satu-satunya yang harus disalahkan. Aku mulai bertanya-tanya, apakah ini takdirku? Apakah aku harus terus bertahan dalam perni

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thida_Rak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Masa Lalu Pilihan Mertua

Ketika mereka sudah berbaring di kamar, keheningan perlahan dipatahkan oleh suara lembut dari Raya.

“Bang, kamu harus bujuk Diva deh biar dia pulang. Aku nggak apa-apa kok, asal keluarga kita bisa utuh lagi. Apa kata orang nanti kalau rumah tangga kamu berantakan…” ucapnya dengan nada sedih, seolah-olah tulus.

Arman menatap Raya dengan rasa haru. “Aku nggak nyangka kamu sebaik ini, Ray. Aku harap Diva bisa nerima kamu juga nanti.”

Raya hanya mengangguk pelan. Namun dibalik wajahnya yang teduh, pikirannya berkata lain Bagus… Arman mulai masuk ke perangkapku. Nanti kalau Diva beneran pulang, aku dan ibu bakal bikin hari-harinya kelabu. Biar dia sendiri yang nyerah dan pergi.

“Ray, Ray…” panggil Arman sambil menggerakkan tangan di depan wajah istrinya yang melamun.

“Eh, iya bang, maaf… kepikiran aja,” jawab Raya sambil tersenyum canggung, menyembunyikan rencana busuk yang tengah ia rajut.

Setelah tidur siang, Arman masih terlelap sementara Raya bangun lebih dulu. Ia duduk di ruang tengah dengan wajah kesal sambil memainkan ponselnya.

“Kemana sih orang tua itu? Pasti arisan, ngabisin uang gaji suami gue lagi,” gerutunya pelan sambil memutar bola matanya.

Sekitar pukul empat sore, Bu Susan akhirnya pulang dengan wajah lelah tapi senang. Begitu masuk rumah, Raya langsung menyambut dengan pertanyaan sinis.

“Baru pulang, Bu?” tanyanya sambil setengah senyum.

“Iya,” jawab Bu Susan singkat. Lalu matanya melirik ke dapur. “Oh ya, kamu nggak masak, Ray? Jangan bilang beli lagi, ya. Ibu nggak mau makan makanan dari luar terus,” ucapnya ketus, nada suaranya langsung berubah tajam.

Raya hanya diam sebentar, menggigit bibirnya menahan kesal, namun mencoba tetap tersenyum. “Sabar, Ray… sabar…” batinnya.

“Iya, Bu, sebentar lagi aku masak,” jawab Raya sambil beranjak ke dapur dengan langkah malas.

Bu Susan sudah duduk di sofa ruang tengah, memperhatikan tanpa banyak bicara.

“Aduh, nasib banget punya mertua kayak begini,” keluh Raya dalam hati, menahan rasa kesal.

Ia membuka kulkas, hanya menemukan tahu, tempe, dan beberapa sisa sayuran. Tak banyak pilihan, akhirnya semua itu ia olah seadanya. Sekitar pukul 17.30, masakan pun selesai dan ia hidangkan di meja makan. Setelahnya, ia bersiap mandi dan membangunkan Arman yang masih tertidur.

Di kamar, Raya membangunkan Arman pelan. Setelah Arman bangun, Raya pun mandi. Sekitar pukul 18.30, mereka bersiap untuk makan malam.

Namun belum sempat duduk, terdengar suara lantang dari ruang makan.

“Raaayyaaa!” teriak Bu Susan dengan nada tinggi.

“Loh, ada apa sih, Bu?” tanya Arman yang panik.

Bu Susan berdiri dengan ekspresi kecewa, menunjuk ke arah meja makan. “Mana istrimu masak apa? Ini bukan masakan!” gerutunya dengan tajam.

Raya yang baru keluar dari kamar kaget mendengar nada suara mertuanya.

“Kenapa, Bu? Saya sudah masak, seperti Ibu minta,” jawabnya dengan nada berusaha tenang.

“Masak?” Bu Susan menunjuk meja. “Cuma tahu dan tempe begini kamu bilang masak? Kamu pikir Ibu kambing, Ray? Memang kamu itu nggak bisa diandalkan jadi menantu!”

Raya yang mulai terpancing emosinya menatap Ibu Susan tajam.

“Kalau memang tidak suka, silahkan masak sendiri, Bu,” ucapnya lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

“Dasar menantu kurang ajar!” Bu Susan berteriak. “Man! Ajarin istrimu cara bersikap sopan!”

Arman hanya terdiam. Dalam hati ia bingung di satu sisi takut mengecewakan ibunya, di sisi lain ia mulai merasa iba pada Raya.

Mau tak mau, akhirnya Bu Susan menyantap hidangan sederhana itu dengan wajah kesal. Dalam hatinya, ia terus menggerutu, "Kalau Diva yang masak, pasti enak dan lengkap. Ini makanan apa coba? Benar-benar nggak berguna si Raya ini."

Sementara itu, Arman yang duduk tak jauh dari meja makan hanya bisa menggelengkan kepala. "Ini semua gara-gara Diva. Coba saja dia nggak pergi..." batinnya dengan penuh kekesalan. Ia pun berdiri dan berjalan menuju kamar.

“Kamu nggak makan, Man?” tanya Bu Susan dengan nada heran.

“Nggak, Bu. Ibu makan aja dulu,” jawab Arman sambil berlalu.

Sesampainya di kamar, ia melihat Raya sedang berbaring di tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa, Arman mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan.

“Pulanglah, Div. Bagaimanapun juga kamu masih istriku. Meninggalkan rumah tanpa izin suami itu durhaka. Rumah ini jadi kacau tanpamu.”

Setelah menekan tombol kirim, Arman menghela napas panjang lalu duduk di tepi ranjang. Ia menatap Raya yang masih diam membelakangi.

“Udah ya, Sayang… Maafkan Ibu, ya. Jangan terlalu dipikirin,” ucap Arman dengan lembut, mencoba menenangkan suasana.

"Bang, aku nggak peduli. Pokoknya kamu harus bawa pulang perempuan mandul itu ke rumah ini!" ucap Raya dengan nada tajam.

"Iya, Sayang… sabar dulu ya. Abang bakal usahakan," jawab Arman pelan, mencoba menenangkan Raya yang mulai emosi.

"Yuk kita makan. Kamu pasti lapar, kan?" lanjut Arman sambil mengalihkan suasana.

"Iya, Bang. Ayo," jawab Raya, lalu mereka berjalan menuju ruang makan bersama.

Setelah itu, Arman dan Raya keluar dari kamar. Mereka melihat Bu Susan tengah duduk di ruang tengah, namun tak ada kata yang terucap hanya tatapan singkat yang penuh makna. Tanpa banyak bicara, Arman dan Raya langsung menuju meja makan dan mulai menikmati makan malam berdua dalam suasana yang agak canggung.

Pagi itu, Raya sudah terbangun lebih awal namun enggan untuk membereskan rumah. Ia memilih langsung mandi karena hari ini ia kembali bekerja seperti biasa. Sambil berjalan keluar rumah, ia membeli sarapan di depan gang, lalu membangunkan Arman dan menyiapkan segala keperluan suaminya.

Dari luar kamar, terdengar suara lantang ibu mertuanya.

"Ray! Ray! Kamu ke mana sih? Ini rumah masih berantakan, dapur penuh cucian piring dan pakaian! Kamu mau jadi menantu durhaka?!"

Raya yang mendengar itu langsung keluar kamar dengan wajah tak senang.

"Bu, mulai sekarang, ibu urus saja urusan rumah sendiri. Aku juga kerja, dan aku tetap melayani Bang Arman. Cukup itu urusanku."

Bu Susan langsung membalas tajam, "Mana bisa begitu! Kamu dinikahi anakku biar berbakti sama mertua juga, Ray! Ingat, anakku itu PNS!"

Raya hanya mengangkat bahu sambil menjawab malas, "Terus... harus gimana, Bu?"

Arman yang baru selesai mandi keluar dari kamar dengan rambut masih basah, lalu menghampiri ibu dan istrinya yang sedang bersitegang di ruang tengah.

“Udah… cukup! Ini masih pagi udah ribut aja. Capek aku dengarnya tiap hari begitu terus,” ucap Arman kesal, menatap keduanya bergantian.

Bu Susan hanya menggerutu pelan sambil melipat tangan di dada, sementara Raya diam dengan wajah kesal, menahan diri untuk tidak membalas. Suasana rumah kembali hening, tapi penuh ketegangan yang terasa menggantung di udara.

1
Uli Mafrudoh
amit2 punya mertua kaya gitu
Thida_Rak: rata2 mertua kan begini kak😊
total 1 replies
Lin
ceritanya bagus lanjut Thor
Thida_Rak: baik kak
total 1 replies
Lin
Luar biasa
Thida_Rak: terima kasih kak
total 1 replies
Sun Flower
senang kalau Arman anak Mama di pecat😊
lanjut author..💪💪
Thida_Rak: di tunggu ya kak🙏🏻
total 1 replies
Pudji hegawan
cerita yg bagus
Thida_Rak: Terima kasih kak🙏🏻🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!