Lie seorang pria dari keluarga kelas menengah harus di usir dari sekte karena bakatnya yang buruk, tidak hanya itu, bahkan keluarganya pun dibantai oleh sebuah sekte besar, dia akhirnya hidup sebatang kara di sebuah desa terpencil. Tanpa sengaja Lie menemukan sebuah warisan dari leluhur keluarga, membuatnya tumbuh menjadi kuat dan mulai mencari siapa yang sudah membantai keluarganya,
akankah Lie berhasil membalaskan dendam keluarganya dan melindungi para orang-orang terdekatnya...
Cerita ini adalah fiksi semata, penuh dengan aksi dan peperangan, disertai tingkah konyol Mc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembah Tengkorak
Darto memandang heran pada istrinya dan juga gua di dekatnya. Tiba-tiba dia melihat kilatan tabir cahaya di depan mulut gua.
"Formasi lv3? Siapa yang memasang ini? Jangan bilang kalau anak itu yang memasangnya." kata Darto terbata-bata.
Sebuah Miya menjawabnya, sebuah suara mengagetkannya.
"Ayah ternyata lambat seperti kura-kura, ibu dan aku harus menunggu lama disini." kata suara itu yang ternyata adalah Lie yang datang sambil memainkan sebuah inti emas di tangannya.
"Kamu yang curang anak nakal, pakai acara teleportasi segala, apa kamu tidak tahu aku harus balik arah 3x untuk memastikan kalian dimana!" sungut Darto sambil berkacak pinggang.
Miya hanya tersenyum melihat kedua orang itu. "seperti kucing dan tikus, setiap bertemu pasti bertengkar." batinnya.
ketiganya pun memasuki gua dan duduk bersama di depan api unggun, mereka mulai membakar daging binatang milik Darto.
"Nak, apakah kamu juga master formasi? Formasi level berapa yang kamu kuasai?" tanya Darto sambil mengelus kepala Lie.
"Aku baru bisa membuat formasi dan juga jimat Lv3 ayah. Salah satu karya yang pernah aku buat, benda yang pernah aku berikan pada Acha." sahut Lie yang kemudian mengeluarkan dua kalung yang serupa dengan yang dia berikan pada Acha.
Hanya saja yang sekarang salah satunya berbentuk matahari dan giok yang di gunakan di dalamnya berwarna merah.
"Ini untuk ibu dan ayah, jimat ini bisa menahan serangan ranah surga puncak hingga 3 kali, kalau aku sudah menguasai konsep ruang dengan lebih baik, pasti aku bisa menambahkan ruang penyimpanan di sana." kata Lie.
Kedua orang tuanya hanya bengong melihat dua kalung di tangan mereka, semula mereka mengira harta Karun pemberian Lie hasil dari dua menemukan harta Karun bukanya membuatnya sendiri.
Keduanya pun menatap Lie dengan tatapan yang aneh...
"Ayah... Pakaikan kalung itu ke ibu, biar romantis seperti kataku kemarin, hehe." lanjut Lie menyadarkan keduanya.
Tersadar dengan cepat, Darto langsung berkata. "Istriku, berbalik lah, biar ku pasangkan kalung ini padamu."
Tanpa berkata apa-apa, Miya segera berbalik, dan sebuah kalung dengan hiasan bulan Sabit merah melingkar di lehernya.
Tepat saat itu daging bakar telah matang dan tiga orang itu segera makan bersama, saat selesai makan. Tiba-tiba Lie berdiri dan melangkah ke depan gua.
"Ada apa Lie? Mengapa kamu terlihat tergesa-gesa?" tanya Darto sambil mengedarkan kesadaran spiritualnya, kemudian dia pun segera mendekati Lie.
"kita harus segera menolong mereka, aku pergi dulu, sementara kamu bantu ibumu kesana." ucap Darto yang langsung melesat ke luar gua, mengarah ke tepian lembah di seberang gua.
"ada apa Lie? Kenapa ayahmu tergesa-gesa begitu?" Miya yang kebingungan tidak bisa tidak bertanya.
"Ada rombongan yang dalam kesulitan Bu, mereka sedang di sergap beberapa bandit, beberapa orang bandit itu sudah di alam surga awal." jelas Lie.
"Kalau begitu kita harus segera menolong mereka." Miya bangkit saat mengatakan itu.
Lie segera membungkuk dan Miya pun segera naik ke punggungnya, kemudian Lie melesat dengan langkah Naga Kegelapannya. Dalam sekejap mereka pun sampai di dekat Medan pertempuran.
Terlihat sebuah kereta dengan gambar Naga pada bendera yang tertancap di atas kereta, di kelilingi 25 orang yang sedang melawan 30 orang berpakaian hitam lengkap dengan penutup kepala.
Beberapa orang terlihat sudah terluka, namun tetap memberikan perlawanan. Sementara ayahnya sedang menghadapi tiga orang di tingkat surga awal puncak.
Bila menghadapi dua orang, mungkin Darto masih bisa dengan tenang menghadapinya, namun melawan tiga orang, membuatnya sedikit kerepotan.
Di atas kereta nampak seorang tetua yang menghalau semua serangan yang mengarah kereta. "Apapun yang terjadi, lindungi Tuan Putri, jangan biarkan bajingan lembah tengkorak mendekat." teriaknya dengan terus menghalau serangan yang menuju ke arah kereta.
"Ibu, tampaknya ibu harus membantu ayah, Aku akan membereskan yang lain dan membantu pasukan itu." ucap Lie sambil menurunkan ibunya.
Sang ibu hanya mengangguk dan segera mengeluarkan pedang dari kantung penyimpanannya, langsung melesat membantu suaminya.
Lie juga tak tinggal diam dan segera menuju orang-orang berbaju hitam, di kedua lengannya tampak riak air yang segera menyedot batu-batu di sekitarnya dan langsung membentuk sarung tangan, dengan langkah Naga Kegelapannya dalam sekejap mata, Lie sudah berada di depan seorang berbaju hitam yang sedang bersiap menebas leher pasukan pelindung kereta. Lie segera melepaskan tinju yang tidak bisa di hindari dan segera meledakkan kepalanya.
"Sembuhkan luka Anda dahulu, aku akan membantu yang lain." ucap Lie dengan cepat seiring menghilang kembali dan muncul di depan orang-orang yang dalam bahaya
Prajurit penjaga yang di bantunya akhirnya bisa bernapas lega dan segera meminum Pil Penyembuh.
Dalam sekejap lima orang tewas dengan kepala hancur. Rata-rata mereka tak sanggup melawan lebih dari empat gerakan.
Melihat hal itu orang-orang berbaju hitam segera mundur dan berkumpul. Salah satu orang dengan topeng perak menatap Lie dengan tatapan marah.
"Siapa kau? Mengapa ikut campur urusan kami." pekik pria bertopeng dengan anda tinggi.
"Aku bukan siapa-siapa, aku hanya orang yang sedang lewat di sekitar sini, dan aku sedang istirahat saat kalian membuat kegaduhan." jawab Lie dengan santai.
"Sombong, jika bukan serangan diam-diam darimu, tidak mungkin kamu bisa mengalahkan kami, kamu hanya punya kekuatan fisik. Apa kamu bisa menang jika berhadapan satu lawan satu?" timpal salah satu anggota dari lembah tengkorak.
Mendengar ejekan itu, Lie hanya tersenyum datar, dia lalu berkata dengan penuh percaya diri. "Jangankan satu lawan satu, kalian semua menyerang sekaligus pun pasti akan aku kalahkan."
"Tuan muda jangan gegabah, kami pasti akan membantu Tuan muda menghadapi mereka." suara Tetua yang sedari tadi di atas kereta tiba-tiba berdiri di samping Lie.
Begitu pula dengan para prajurit pengawal, mereka berbaris di belakang Lie dan tetua itu. Sebagai dari mereka mengelilingi kereta, untuk melindungi orang yang berada di dalamnya.
"Terimakasih Tetua, mohon bantuannya." angguk Lie sambil sedikit membungkuk.
"Tidak perlu sungkan, Tuan Muda sudah membantu kami. Sewajarnya kita hadapi mereka bersama." sahut Tetua itu, namun tatapannya tetap mengarah tajam pada kelompok lembah tengkorak.
Merasa di abaikan oleh Lie dan pasukan penjaga, pria bertopeng itu seketika berteriak, memberikan perintah pada anggotanya.
"Buat formasi, hancurkan mereka sekaligus." teriak pria bertopeng,
Saat perintah itu jatuh, segera para anggotanya bergerak membentuk formasi, sebuah lingkaran cahaya besar hadir di atas orang-orang dari lembah tengkorak.
"Bentuk formasi pertahanan!" seru Tetua memerintahkan anak buahnya.
Sementara Lie segera mengeluarkan sayap api dan segera melayang 20 meter di atas tanah, membuat semua orang membelalakkan dengan mata melotot.
Saat mereka tertegun, Lie telah membuat meteor di atas kepalanya. Tanpa menunggu lama dia langsung melemparkannya kearah para anggota lembah tengkorak.
"Kamehameha........!"
"Duaaaam...!
Benturan antara meteor dan cahaya di atas kepala anggota lembah tengkorak tak dapat di hindari, cahaya itu pecah dan meteor segera menghantam barusan lembah tengkorak.
"Aaaaaaaargh.....!"
Teriakan kesakitan membahana membuat pertempuran orang tua Lie dan Tetua lembah tengkorak berhenti sejenak. Debu tebal berterbangan dan angin kencang hasil dari serangan Lie pun menyebar.
Untung para prajurit penjaga sudah melindungi diri mereka dengan formasi pertahanan, walau begitu mereka masih terdorong ke belakang beberapa langkah.
"Sungguh dahsyat serangan itu, pasti kultivasinya sudah di alam surga, pemuda yang sangat hebat." batin Tetua pasukan penjaga.
Saat debu menghilang, tampak cekungan sebesar lima puluh meter tercipta. potongan tubuh berserakan, pemimpin bertopeng pun tampak merangkak menuju tepi cekungan dengan tubuh bagian bawah yang hancur, dia menatap Lie dengan perasaan ngeri.
Lie tiba-tiba menghilang dari pandangan semua orang lalu muncul di depan pemimpin bertopeng, tanpa permisi dan menanyakan alamat, Lie memukul kepalanya sampai hancur.
melihat hal itu, Tetua dan para prajurit penjaga menelan ludah mereka. Gerombolan bandit yang baru saja mereka lawan dengan sekuat tenaga, lenyap hanya dengan satu serangan.
"Tetua dan para prajurit bisa istirahat sekarang, aku akan membantu kedua orang tuaku disana."
Tanpa menunggu jawaban, Lie sudah melesat dengan langkah Naga Kegelapan. lagi-lagi itu membuat Tetua dan para prajurit penjaga menggelengkan kepala, bingung dengan kecepatan yang Lie tunjukan.
"Anak muda, beraninya membunuh anggota lembah tengkorak." teriak seseorang yang langsung menebaskan pedangnya kearah Lie.
Sementara dua orang yang lain pun, ikut bergerak dengan gerakan menusuk kearah Lie, dimana Lie saat ini baru saja tiba di samping Darto.
Tanpa ragu, Lie segera memblokir tusukan dengan kedua tangan batunya, sementara tebasan di abaikannya, karena yakin ayahnya akan menghalau serangan itu.