Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.
Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?
Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Pembalasan Untuk Jesica
Di sisi seberang, di rumah yang tidak terlalu besar. Seorang wanita merasakan kecemasan tiada henti.
"Kenapa daddy tidak pulang-pulang?" ucapnya sambil menggigit ujung jari telunjuknya.
"Ini sudah siang, tapi daddy tidak terlihat sama sekali." Sambungnya lagi.
"Apa jangan-jangan...?"
"Tidak. Ini tidak mungkin, daddy tidak mungkin tertangkap." Imbuhnya menggelengkan kepala.
"Aaarggh... daddy tidak mungkin mati di tangan pemuda itu." Teriaknya mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. Penampilannya hampir seperti orang gila saat ini.
Ada yang tahu siapa wanita itu? Wanita itu adalah mommy dari Jesica. Mereka membeli rumah yang tidak terlalu besar dengan sisa-sisa uang mereka kemarin.
la tengah menunggu sang suami untuk kembali dari aksi balas dendamnya yang di lakukan semalam. Sepertinya dia mulai menyadari jika sang suami tengah di tangkap oleh Sean. Dia berteriak histeris dan membanting barang-barang yang ada di rumahnya.
Kehancuran keluarganya semakin lengkap saat ini. Putri dan suaminya berada di tangan Sean. Perusahaan mereka yang bangkrut hingga tidak memiliki apa-apa lagi sekarang.
Itulah akibatnya jika bermain-main dengan seorang Sean.
.
.
.
.
Kembali ke kediaman Sean...
Diva dan Ana sedang asik menikmati bunga berwarna-warni yang sedang bermekaran di taman.
"Cantik sekali, Diva. Kenapa Aunty baru mengetahuinya?" Ujar Ana.
Di taman tersebut terdapat banyak sekali jenis bunga-bunga yang cantik, berbagai mawar, aster, lily dan bunga matahari.
"Apa uncle tidak pernah menunjukkan taman ini?" Ana hanya menggelengkan kepala. Karena memang Sean belum pernah menunjukkan padanya taman yang berada di belakang mension.
Ana sendiri pun juga belum berkeliling hingga kebelakang selama ini. Bagian depan dan dalam mension saja sudah sangat luas. Makanya belum sempat Ana melihat kebelakang.
"Payah sekali uncle itu." Gerutu Diva.
"Aunty... ayo kita bermain di ayunan sana." Ajak Diva menunjuk kearah ayunan yang tidak jauh dari taman.
Diva menyeret tangan Ana, Ana hanya pasrah saja dengan ajak Diva.
"Aunty... ayo dorong untuk Diva." Aba pun mencoba mendorong ayunan yang di tumpangi oleh Diva dengan pelan.
"Sedikit kencang aunty... Diva ingin terbang tinggi." Pinta Diva.
"Baiklah... aunty akan membuat Diva terbang. Pegangan yang kuat."
Ana menuruti permintaan Diva. Diva tertawa dengan riangnya, rambutnya yang panjang menutupi wajah mungilnya.
Sean dari kejauhan tersenyum melihat Diva yang tertawa riang bersama Ana. Awalnya dia ingin menyusul Ana ke taman, tapi ia urungkan setelah melihat Diva tertawa dengan riangnya. Sean memberikan waktu berdua untuk keponakan kecilnya bersama Ana.
la sangat tahu jika Diva masih membutuhkan sosok ibu, makanya ia membiarkan Diva bersama Ana.
Sean memutuskan kembali ke dalam.
"Kenapa balik lagi?" Tanya mami Sean melihatnya kembali masuk ke dalam mension.
"Tidak apa-apa. Biarkan Diva bermain dengan Ana. Sean mau ke markas." Kata sean pada sang mami.
"Mami ikut." Sahut sang mami. Sean mengernyitkan sebelah alisnya. Untuk apa sang mami ikut dengannya, tidak biasanya.
"Mami mau memberi pelajaran pada anak itu." Jawab mami Sean. Mami Sean mengerti dengan reaksi Sean yang seperti itu.
"Kan sudah ada sean, mi." Cegah papi Sean.
"Pokoknya mami mau ikut. Mami ingin memberi pelajaran pada anak itu." Mami Sean tetap bersih kekeh.
Untuk ikut ke markas.
"Terserah mami saja." Jawab Sean. Mana bisa dirinya melarang sang mami. Maminya akan melakukan banyak cara jika sudah sangat ingin.
"Tunggu mami, mami mau ambil tas dulu," ucapnya lalu melenggang pergi ke kamar yang ia tempati.
"Kenapa kau mengijinkan mami mu ikut?"
"Papi seperti tidak tau mami saja. Meskipun tidak di
ijinkan pasti ada saja caranya." Jawab Sean pasrah.
Markas Kingdom...
"Selamat datang nyonya besar, selamat datang tuan ." Sapa anak buah Sean.
"Dimana wanita itu?" Sungut mami Sean. Bukannya Sean yang terlihat garang, justru mami Sean yang terlihat garang sekarang.
"Semua tahanan ada di ruang bawah tanah, nyonya besar." Jawab anak buah Sean.
Mereka semua menuju ke ruang bawah tanah yang berada di markas Sean. Di sana terasa sedikit pengap, karena memang minimnya udara. Di sana juga pencahayaan tidak terlalu terang, karena memang itu di desain khusus oleh Sean setelah menggantikan sang papi.
Di sana terdapat 3 ruangan yang terisi semua orang-orang yang bersangkutan. Daddy Jesica di letakkan di ruangan yang berbeda dengan Jesica.
Jesica yang terlihat sangat berantakan, rambut acak-acakan dengan sekujur tubuhnya kotor semua. Sedari kemarin ia terus saja memberontak dan berteriak meminta untuk di lepaskan.
Hingga pada akhirnya, anak buah Sean mengikat dirinya dengan rantai agar tidak memberontak terus terusan.
"Sean... maafkan aku. Lepaskan aku, aku janji tidak akan mengganggumu lagi. Tolong lepaskan aku." Ucapnya memohon. Sepertinya, dia sangat takut sekali jika nyawanya berakhir di tangan Sean.
"Tidak semudah itu gadis bodoh. Kau kira kami akan melepaskan mu, jangan harap itu terjadi." Ketus mami Sean pada Jesica.
Mami Sean meminta salah satu anak buah Sean untuk membukakan pintu untuknya masuk ke ruangan yang di gunakan untuk Jesica.
Sean hanya membiarkan saja apa yang akan di lakukan oleh sang mami pada Jesica.
Mami Sean menjambak kuat rambut Jesica, hingga sang empunya berteriak kesakitan karena saking kuatnya jambakan dari mami Sean.
"Aaarrkk...lepaskan aku." Teriak Jesica karena rasa sakitnya. Mami Sean semakin memperkuat jambakan pada rambut Jesica..
"Aaarrghh..." teriak Jesica lagi.
"Ini belum seberapa untukmu. Kau hampir saja membuat menantuku kehilangan nyawa." Ucap mami Sean dengan penuh emosi.
"Hahaha... dia pantas mati. Dia sudah merebut Sean dariku." Tukas Jesica.
"Sepertinya kau sudah gila!!" Ucap mami Sean mendengar jawaban dari Jesica.
"Iya... aku memang gila. Aku tergila-gila dengan putramu." Jawab Jesica.
"Aku tidak sudi memiliki mantu sepertimu. Hah, untung saja Sean tidak ada rasa padamu." Ucap mami Sean yang seperti ingin memainkan emosi Jesica.
"Harusnya aku menculik mu sekaligus waktu itu wanita tua." Sentak Jesica. Sepertinya, ia tidak merasa takut sama sekali. Padahal, nyawanya sudah berada di ujung tanduk.
"Apa kau bilang?" Emosi mami Sean meninggi saat dirirnya di katai tua oleh Jesica.
la kembali menjambak kuat rambut Jesica. "Aaarrgh .... Lepaskan tanganmu dari rambutku." Teriak Jesica karena sakitnya.
Daddy Jesica yang mendengar teriakan Jesica itu pun mencoba bangun. "Lepaskan tanganmu dari putriku ." Teriaknya.
"Kau diamlah. Harusnya kau mengajarkan putrimu ini untuk bersikap lebih baik lagi." Sentak mami Sean semakin menjambak kuat rambut Jesica. Rambut Jesica terlihat banyak yang rontok karena saking kuatnya jambakan dari mami Sean.
"Aku akan membalas kalian semua." Teriaknya lagi.
"Hahaha.... Apa yang kau katakan. Apa kau tidak lihat jika kalian berada di mana sekarang?" Ejek mami Sean. Sean sedari tadi diam melihat tingkah laku sang mami tanpa berprotes. Ternyata maminya juga bisa bersikap kejam, pikirnya.
"Aku sendiri yang akan memberi pelajaran pada putrimu ini." Sambung mami Sean. Jesica tidak bisa berbuat apa-apa sekarang, karena dirinya tengah di ikat. Dia hanya bisa menangis menahan sakit.
"Aku bilang lepaskan putriku." Teriak daddy Jesica.
"Diamlah pak tua. Kau tidak perlu berteriak." Suara Sean menggelegar memenuhi ruangan di sana.
Orang-orang Jesica yang berada di sana pun ikut gemetar mendengar suara Sean yang begitu lantang. Dia merutuki kebodohannya karena mau saja di perintahkan oleh Jesica. Jika saja mereka tahu dengan siapa mereka berhadapan, mereka tidak akan menerima tawaran Jesica.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Ingin kabur pun mereka tidak akan bisa lagi, mereka hanya pasrah bagaimana nasibnya nanti.
Sean memerintahkan anak buahnya untuk membuka pintu ruangan yang di tempati Daddy Jesica..
Pintu terbuka, sean mendekat kearah Daddy Jesica. "Apa kau lupa di mana kau sekarang. Kau tidak perlu berteriak pada mamiku." Sean mencekik leher Daddy Jesica dengan kuat.
Daddy Jesica tidak bisa berkata-kata lagi. Wajahnya mulai memerah karena susah untuk bernafas.
Sean melepaskan kasar cekikan nya dari Daddy Jesica. "Belum waktunya kau mati." Tekan Sean lalu kembali keluar.
Jesica yang melihatnya hanya bisa menangis dan meringis kesakitan saat ini.
Plaak...
Mami Jesica menampar kuat pipi Jesica hingga memerah.
Plaak...
Satu tamparan lagi mendarat di pipi Jesica yang satunya. Sudut bibirnya berdarah karena saking kuatnya tamparan mami Sean.
Plakk...
Tamparan yang terakhir begitu kuat hingga hidung Jesica mengeluarkan darah dan pingsan..
"Itu untuk menantuku." Ucap mami Jesica menghentikan tamparannya karena Jesica sudah jatuh. pingsan. Mami Sean membalas Jesica berkali-kali lipat karena sudah berani menyentuh menantunya.
Mami Sean melenggang keluar dari sana.
"Siapkan pembakaran yang besar di luar. Ikat kedua. orang itu di tengah-tengah dan bakar hidup-hidup." Perintah Sean pada anak buahnya.
la menyuruh anak buahnya untuk memberi pelajaran pada orang-orang suruhan Jesica terlebih dahulu. Untuk Jesica, jelas saja masih ada pelajaran lagi dari Sean.
Anak buah Sean melaksanakan perintah dari sang majikan tanpa berlama-lama.
Tentu saja kedua orang suruhan Jesica sangat gemetar saat ini. Ia tidak menyangka nyawanya akan berakhir seperti ini.
Sean melangkahkan kakinya keluar menyusul sang mami yang sudah berjalan jauh di depan.