NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst / Tamat
Popularitas:554.3k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekesalan Arumi

Pukul dua siang, panas begitu terik. Malik mengantar Hanifa kembali ke butik. Ia membuka pintu mobil untuk Hanifa, lalu setelah itu ia bersandar di pintu mobil yang sudah tertutup, karena Hanifa sudah keluar. Malik berdiri dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana. Ia tampak sangat tampan.

"Terimakasih Tuan," seru Hanifa, ia berdiri di depan Malik. Jilbab lebarnya berterbangan terkena hembusan angin. Panas yang terik menyilaukan mata.

"Sama-sama. Terimakasih juga untuk hari ini Hanifa."

"Iya Tuan. Kalau begitu aku masuk dulu."

"Iya."

"Hati-hati di jalan Tuan."

"Baiklah."

Hanifa melangkahkan kakinya berlalu dari hadapan Malik.

"Hanifa, aku akan selalu setia menunggumu sampai kapanpun kau siap.'' ujar Malik sedikit keras saat Hanifa hendak melangkahkan kaki ke dalam butik. Hanifa menoleh, menatap Malik sekilas, wajahnya sedikit merona. Ia mengangguk kecil dengan senyum simpul. Lalu ia meneruskan langkahnya.

Malik menatap punggung Hanifa yang berangsur menjauh, lalu hilang di balik pintu. Malik merasa lega karena ia sudah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya terhadap Hanifa. Hanya saja sekarang ia sedikit di landa rasa cemas. Ia takut cinta nya tak terbalas. Hanifa meminta waktu untuk berpikir selama seminggu lamanya. Malik sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Ia harap Hanifa akan menerima nya, bersedia menjadi Ibu untuk anak-anaknya kelak. Setelah itu Malik kembali masuk kedalam mobil, ia melajukan kendaraan roda empat miliknya menuju perusahaan.

Saat sudah sampai di perusahaan, para karyawan sedikit menduduk memberi hormat begitu Sang CEO datang dan melewati mereka. Malik berjalan dengan begitu berwibawa menuju ruangannya. Begitu sudah sampai diruangan, Ia duduk di kursi kebesarannya sembari melamun. Ia memutar kembali memori kebersamaan antara ia dan Hanifa tadi. Di mulai saat ia menemui Hanifa di butik dan sampai pada saat mereka makan siang di restoran. Malik tersenyum mengingat itu. Lalu ia mengambil ponselnya di saku celana, ia menyalakan ponsel lalu membuka galeri foto. Ia ingin melihat foto sang wanita pujaan yang diam-diam ia ambil saat mereka berada di tepi danau tadi. Foto Hanifa nampak sangat cantik dan anggun. Tak pernah bosan Malik memandang nya. Baru kali ini Malik merasa benar-benar jatuh cinta sama seorang wanita. Tiba-tiba Abdillah masuk keruangan tanpa Malik sadari karena Malik yang masih fokus menatap layar ponsel. Abdillah memang seperti itu, sudah menjadi kebiasaan nya memasuki ruang sang atasan tanpa permisi terlebih dahulu. Mereka memang se-akrab itu.

Abdillah menatap Malik dengan kening berkerut. Rasa penasaran membuat ia bersuara.

"Tuan, anda kenapa? Sehatkah?" Tanya Abdillah. Baru kali ini ia melihat sang atasan tersenyum mesem-mesem sambil menatap layar ponsel. Benarlah dugaannya, kalau sang atasan benar-benar lagi kasmaran.

"Hah? Abdillah? Sejak kapan kamu masuk?" Malik menyimpan ponsel ke saku celana dengan cepat. Ia sedikit salah tingkah, ia takut kalau Abdillah memergoki dirinya yang tengah menatap foto Hanifa.

"Sejak anda tersenyum-senyum sendiri sambil menatap ponsel."

"Emm .... Benarkah?"

"Iya."

"Baiklah. Bagaimana keadaan kantor saat aku tinggal tadi?'' Malik mencoba bersikap biasa saja.

"Semuanya aman terkendali. Tuan sendiri bagaimana makan siang bersama wanita yang Tuan suka? Apakah berjalan baik?"

"Alhamdulillah semuanya berjalan dengan baik.''

"Wajar saja. Sudah aku duga. Wanita mana yang bisa menolak pria tampan dan mapan seperti Tuan." Abdillah terkekeh kecil.

"Aku melamarnya tadi. Tapi ... Dia masih menggantung jawabannya. Katanya ia masih perlu shalat istikharah." Malik berkata lesu.

"Sungguh? Waw wanita seperti itu wajib di perjuangkan." Timpal Abdillah. Malik dan Abdillah memang sudah biasa bercerita apa saja.

"Iya. Doakan aku Abdillah. Semoga saja wanita itu menerima aku." Ucap Malik. Malik sengaja tidak memberi tahu Abdillah kalau wanita yang itu adalah Hanifa. Ia akan mengatakan tentang semuanya saat Hanifa sudah menerimanya.

"Baiklah Tuan. Itu pasti." Jawab Abdillah pasti. Ia di landa penasaran, wanita seperti apa yang telah berhasil mencuri hati seorang CEO muda yang terkenal dingin dan abai terhadap wanita-wanita cantik selama ini. Ia menduga, pasti wanita itu sangat cantik, hingga membuat Malik terpikat.

''Ternyata perkataan Tuan Malik saat di ruang sidang beberapa bulan yang lalu hanya sebuah angin lalu. Buktinya sekarang ia sedang jatuh cinta sama perempuan lain. Lagian mana mungkin Tuan Malik mau memperistri Adik aku yang statusnya janda beranak satu. Walaupun tidak bisa aku pungkiri, kalau Hanifa memiliki wajah yang sangat cantik. Untung aku dan Hanifa tidak terlalu menanggapi ucapan Tuan Malik waktu itu.'' batin Abdillah.

***

Ditempat berbeda. Di sebuah pusat perbelanjaan. Seorang pria dan tiga orang wanita tengah menatap satu persatu tas branded yang berjejer rapi di rak.

"Mbak, aku mau yang ini." seru Arumi memanggil pelayan toko seraya menunjuk tas branded bewarna kecoklatan. Pelayanan itu mengambilnya cepat lalu menyerahkan kepada Arumi.

"Berapa harganya, Mbak?" Tanya Arumi saat tas sudah berada di tangan nya.

"Yang ini harganya tiga puluh juta aja, Bu." Jawab pelayan itu ramah.

"Apa? Tiga puluh juta?!" Ibunya Setya kaget mendengarkan harganya, ia munutup mulutnya dengan tangan. Begitu juga Hellen. Karena mereka yang berasal dari Desa masih sedikit kolot sama harga-harga tas branded. Mereka tidak mengetahui itu.

"Iya Bu." Jawab pelayan itu lagi menatap Hellen dan Ibunya Setya.

"Ya sudah aku ambil yang ini, ya. Tolong di kemas." Arumi berkata santai.

"Baiklah." Pelayan itu berlalu sambil membawa tas yang di inginkan Arumi.

"Arumi .... Kamu ... Kamu kenapa mau menghambur-hamburkan uang hanya untuk tas sekecil itu. Mubasir Nak. Mendingan kamu beli tas yang di gantung di pasar-pasar, tas yang model seperti itu banyak di pasar. Harga nya juga murah meriah. Paling cuma tiga puluh ribuan." Tutur Ibunya Setya. Ia merasa iri melihat Arumi membeli tas mahal.

"Di toko ini tas nya yang asli, Bu. Harga nya memang segitu. Yang lebih mahal dari itu juga ada." Terang Arumi.

"Arumi, mending kamu pending aja dulu tas tadi. Lebih baik beli emas, seperti ibu. Sayang uangnya." Lagi-lagi ibunya Setya mencoba membujuk Arumi agar tak jadi membeli tas berukuran kecil tapi harganya fantastis. Ibunya Setya membunyi-bunyikan gelang emasnya dengan menggerakkan tangannya di depan wajah Arumi. Arumi mulai merasa kesal melihat tingkah norak sang mertua. Moodnya tiba-tiba berubah jelek. Ia mendengus kesal.

"Aku udah ambil tas itu, Bu. Lagian uang segitu kecil buat aku." Sahut Arumi menjentikkan jarinya. Ia mencoba bersabar dan bersikap biasa menanggapi sang mertua.

"Uang segitu kecil katamu? Kalau begitu Ibu juga mau beli tas di toko ini. Tapi kamu yang bayarin." Ibunya Setya begitu pandai dalam memanfaatkan keadaan, ia begitu licik. Wajahnya tersenyum sumringah, ia mencoba membujuk Arumi agar keinginannya terpenuhi. Arumi menatap mertuanya dengan menggelengkan kepala.

"Bu ... Maaf, ya. Bukannya aku pelit. Tapi, tadi 'kan aku udah beliin Ibu dan Hellen : baju, sandal dan barang lain yang sama seperti aku. Maaf, kali ini aku nggak bisa beliin Ibu lagi. Besok aja lagi, ya." Arumi berkata lembut.

"Yah ... Padahal ibu juga kepengen banget mengoleksi tas yang ada di toko ini. Ibu pengen menunjukkannya kepada tetangga Ibu yang ada di kampung." Ibunya Setya berkata lesu dengan wajah sedih.

"Besok aja Bu. Maaf."

''Tapi ... Ibu kepengen sekali.'' Ibunya Setya memelas.

"Yang ... Sekalian saja kamu belikan juga tas yang ada di toko ini untuk Ibu dan Hellen. Sesekali kamu buat Ibu senang." Timpal Setya. Dari tadi ia duduk di sebuah kursi, ia menyimak obrolan antara Istri dan Ibunya.

''Tapi Mas, tabungan aku udah menipis." Arumi berkata dengan nada sedikit keras.

"Uangkan bisa di cari lagi. Tapi kebahagiaan Ibu dan Hellen itu yang paling penting. kapan lagi masanya kamu akan membahagiakan mertua dan Ipar mu yaaang. Tidak lama lagi Ibu akan pulang ke kampung." Setya berdiri, ia menghampiri Arumi, mengelus punggung sang istri. Itu adalah salah satu caranya agar Arumi luluh dan menuruti keinginan Ibu dan Adiknya.

"Baiklah." Akhirnya Arumi mengalah.

"Yey ...'' Hellen bersorak gembira. Begitu juga Ibunya. Kemudian mereka mulai memilih tas, mereka akan memilih tas untuk mereka yang harganya lebih mahal dari pada punya Arumi.

"Bagitu dong. Kalau begitu 'kan Mas senang lihat nya." Setya mengelus perut buncit Arumi.

"Kamu sih senang. Tapi aku ... Seketika ratusan juta uangku melayang karena mentraktir Ibu dan Adikmu." Arumi berkata di dalam hati. Saat berbelanja, ia baru menyadari kerakusan sang mertua. Ia sungguh kesel di buatnya. Rasanya Arumi kepengen Mertua dan Iparnya itu segera pulang ke kampung halaman mereka. Ia merasa keluarga Setya sudah menjadi benalu untuk dirinya.

***

Sore hari sekitar pukul empat sore, Arif tiba di butik dengan di antar oleh pak Agus. Atas perintah Hanifa. Karena sepulang dari butik nanti, Hanifa akan langsung menuju rumah Teh Hamidah.

"Bunda ..." Arif menciumi pipi sang Bunda saat Hanifa menggendong nya.

"Aku kangen Bunda. Bunda sekarang sibuk banget!'' wajah Arif sedih.

"Maafkan Bunda. Semua ini Bunda lakukan untuk masa depan kamu Sayang. Bunda juga kangen Arif.'' Hanifa balas mengecup pipi Arif.

''Terimakasih Bunda. Semoga saja Bunda sehat selalu.''

''Amiinn. Arif tau nggak Bunda nanti mau ajak Arif ke mana?''

''Nggak tahu.''

''Bunda mau main kerumah Teh Hamidah.''

''Bunda beneren?''

''Iya.''

''Hore ...'' Arif turun dari gendongan Hanifa, lalu ia berlari kecil sambil bersorak riang.

***

Hanifa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju gang sempit tempat tinggalnya dulu. Ia sudah tidak sabar lagi ingin bertemu Teh Hamidah dan juga tetangga nya yang lain. Di dalam bagasi mobil telah penuh oleh karung beras serta berbagai macam cemilan dan makanan lainnya. Hanifa sengaja membeli semua itu dalam jumlah banyak, ia akan membagikan kepada tetangga lamanya.

Mobil berbelok memasuki gang, di persimpangan Hanifa melihat beberapa orang tukang ojek tengah mangkal. Tukang ojek yang cukup Hanifa kenali. Tidak bisa di pungkiri, bayang-bayang wajah Setya yang mangkal di tempat itu masih memenuhi ingatan Hanifa.

Lalu, saat melewati rumah Pak Yusuf. Hanifa menginjak pedal gas pelan. Ia akan bertamu ke rumah pak Yusuf terlebih dahulu. Karena selama ini Yusuf dan keluarganya juga sangat baik terhadap dirinya. Mereka yang sering memberikan pinjaman kostum badut kepada Hanifa secara cuma-cuma.

Arif turun dari mobil, di ikuti oleh Hanifa. Arif juga sangat antusias. Begitu sudah sampai di depan pintu Hanifa mengucap salam.

''Assalamu'allaikum.'' ucap Hanifa lembut seraya mengetuk pintu pelan.

''Walaikum'sallam.'' jawab seseorang dari dalam, lalu terdengar suara kunci di putar. Setelah itu pintu terbuka lebar. Yusuf kaget bukan main melihat siapa yang datang. Ia repleks mengusap dadanya yang tiba-tiba berdebar tak karuan tanpa bisa ia cegah.

''Masya Allah. Hanifa makin cantik saja.'' batin Yusuf berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pria yang ketampanannya tidak kalah jauh di bandingkan Malik itu merasa mendapat kejutan yang luar biasa. Wanita yang selalu ia rindukan dan selalu ia sebut di dalam doanya akhirnya berkunjung kerumahnya. Yusuf tidak menyangka kalau Hanifa akan kembali lagi ke gang padat penduduk. Yusuf mempersilahkan Arif dan Hanifa masuk. Ia menggendong tubuh Arif. Rasanya ia sudah tidak sabar lagi ingin mendengar kabar baik tentang perceraian Hanifa dan Setya. Karena kalau memang Hanifa sudah bercerai dari Setya. Yusuf ingin menyampaikan niat baiknya sesegera mungkin, ia ingin mengajak Hanifa ta'aruf. Menikah tanpa pacaran. Pacaran setelah menikah.

Bersambung.

1
wlysnpr
Luar biasa
Evy
Malik... lebih baik jujur sama istri dari pada nanti jadi salah paham..bisa runyam tuh..
Evy
Arumi merebut suami orang akhirnya suaminya juga diembat cewek lain juga.Hukum tabur tuai..
Evy
POV Malik boleh lah..
Evy
Harusnya sih jodoh Abdillah Bu Ustazah teman baik adiknya.sama2 religius dan sekufu...
Evy
Kasihan anak istri ditelantarkan..
Muhyati Umi
bikin sibrian bucin ke intan thor
Muhyati Umi
harusnya Rian panggil kakak ke Hamidah bukan de walo mungkin usianya lebih tua. karena Rian anak dari adiknya mamanya Hamidah.
Muhyati Umi
putrinya hilang bertahun tahun sekalinya ketemu malah mau di jodohin. gemana sih pa? ortu ko seneng main jodoh2an aja.
Haerul Anwar
halah bacot anying lu Arumi dasar govlok
Tijanud Darori Tiara
lah thorr,,
DNA ga mungkin langsung keluar gitu aja,,,😁
Herma Wati
begitu cepatnya hasil DNA keluar?/Sob//Sob/
Sutiani Sutiani
kecewa
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!