Amy Sky menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat ayahnya dibunuh tepat di luar pintu rumahnya ketika pembantaian tengah malam dilakukan oleh Jack Langton di Mansion keluarga Sky.
Derek Langton, sang pemimpin Klan keluarga Langton hanya butuh satu kali tatapan untuk memutuskan bahwa Amy harus jadi miliknya.
Tiada perasaan yg lebih besar selain kebencian yang dirasakan Amy pada musuh yang telah menghabisi keluarganya, namun harga diri dan perlawanan yang terus ia pertahankan apakah harus patah karna gairah yang tak bisa ia lawan?
Follow ig dianaz3348 & fB Dianaz ya. Thanks.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DIANAZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
** Assault suddenly **
Amy menghapus airmata yang menghalangi pandangannya. Ia menyetir kencang, melewati pepohonan di sisi kiri kanan jalan menuruni bukit. Berdoa dalam hati Derek punya sebuah rencana dengan menyingkirkan dirinya dari rumah itu.
Bayangan Derek mulai dipukuli di bawah perintah Jonathan membuat Amy bergidik, Jangan terjadi hal yang tidak diinginkan, kau harus bertahan di sana, ucap Amy berulang ulang.
Suara ledakan dahsyat yang terdengar dari arah bukit membuat Amy menoleh. Asap hitam membubung ke langit biru ... ya Tuhan ... Amy menyeka airmatanya dengan panik. Tidak menyadari arah mobil yang ia setir tidak stabil ... sampai suara klakson yang memekakkan telinga kembali membuat Amy menoleh ke arah depan dan terkejut melihat mobilnya dengan kecepatan tinggi mengarah ke sebuah mobil lain dari arah berlawanan. Tabrakan keras tidak lagi bisa di hindari.
Pekik ketakutan Amy bersahutan dengan suara kencang dari tabrakan. Amy terguncang ... kepalanya membentur stir, sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya lah yang menyelamatkannya terlempar keluar dari kaca mobil yang berhamburan.
Amy tergeletak di atas kemudi, merintih, masih dapat melihat asap yang mengepul dari arah depan mobilnya.
"please ... help me." Amy merintih, darah terasa mengalir di pipinya, bercampur lelehan air mata dari hatinya yang panik.
Derek, apa yang tengah terjadi di sana? pertanyaan yang mengalun di pikirannya berulang-ulang. Amy memejamkan mata.
"Seseorang ... tolong aku ...." bisiknya lagi.
"Cepatlah, Lance! Dia berdarah!" teriakan itu terdengar oleh Amy seiring tubuhnya yang terasa diangkat dalam gendongan seseorang. Amy mencoba membuka mata, menyipit dibawah matahari yang hangat, ingin melihat wajah pria yang menolongnya. Namun yang terlihat hanyalah kilau berlian di telinga pria itu.
"Derek ...." Amy berbisik, mencoba menunjuk ke arah bubungan asap di atas bukit. Namun rasa pusing yang hebat menghantam kepalanya. Membuat jarinya yang belum sempat terangkat terkulai bersamaan dengan kepalanya tanpa daya.
Nama yang dibisikkan gadis itu sebelum tidak sadarkan diri membuat Lucius terdiam seketika. Memandang gadis dalam gendongannya dengan kepala terkulai di bawah matahari, darah yang terus mengalir dari wajah gadis itu membuat Lucius bergidik. Merasa bingung darah yang mengalir atau nama yang di dengarnya barusan kah yang membuatnya bergidik.
"Tuan ... kita harus segera ke rumah sakit."
Suara asistennya mengingatkan Lucius kembali pada apa yang harus segera dilakukan. Secepat kilat Amy dimasukkan dalam mobil mereka yang syukurlah masih bisa digunakan setelah kecelakaan itu.
"Cepat, Lance! " perintah Lucius sambil menekan lembut luka yang mengucurkan darah di bagian kepala Amy.
*****
Deru peluru yang menghujani daerah itu membuat para pengawal yang berada di luar berjatuhan. Sebagian mencari perlindungan di balik apapun benda yang bisa dijadikan tameng. Derek hanya tiarap, mencium tanah di pelataran rumah itu sambil menyeringai. Terkekeh senang membayangkan wajah Alex dan Mike ketika menghabiskan peluru dari senjata mereka.
Satu demi satu tim Alex maju mendekat. Menghabisi setiap orang yang terlihat di seluruh wilayah rumah. Kepungan menyeluruh membuat tidak ada sedikitpun celah untuk melarikan diri. Derek melihat lewat ekor matanya posisi Jack yang ikut tiarap. Lelaki itu tidak bergerak, bahkan mungkin sudah tidak bernafas.
suara langkah para tentara Alex memasuki pelataran rumah, tetap maju tanpa memedulikan Derek, masuk ke dalam rumah dan kembali memberondong seluruh isinya dengan peluru. Alex terdepan memastikan tidak ketinggalan menghabisi seluruh pengawal Jonathan.
Derek mendengus," Kau berpesta dan lupa padaku, Alex."
Keluhan Derek disambut oleh sepasang army boot yang berhenti di depan kedua matanya hingga debu tanah yang beterbangan karena hentakan kuat sepatu itu beterbangan dan mengotori wajahnya.
Suara tawa membahana ketika tanpa daya Derek berusaha menghilangkan debu yang menghalangi mata dan mengotori mulutnya.
"Kau berantakan sekali, Derek! "
Mike terkekeh geli , merasa sangat senang mendapati pimpinannya terlihat tak kurang suatu apapun. Hanya beberapa memar yang mengintip dari kemejanya yang sudah tak tentu rupa, sobek dimana- mana.
"Aku akan membalas mu ,Mike!" Derek menggeram.
Mike mengambil pisau kecil . Mengiris tali yang mengikat tangan Derek . Merasa terbebas Derek melompat duduk, menyeka wajahnya yang penuh debu.
Mike berdiri lebih dulu. Berputar melihat keseluruhan area. Jumlah mereka lebih banyak. Alex tak mau mengambil resiko.
Keduanya tak menyadari Jack yang perlahan mengangkat sebuah pistol. mengarahkannya pada Derek dengan tangannya yang gemetar. Beberapa peluru sudah bersarang di tubuhnya. Ia akan berakhir sebentar lagi. Namun tidak ada salahnya membawa sepupu sialan itu bersama bukan. Dengan seringai kejam Jack menembak.
Mike terkejut dan bergerak reflek ketika tembakan terdengar. Berteriak kencang dan memuntahkan pelurunya ke arah Jack.
"Mike!"
Teriakan Derek yang memasuki telinganya membuat Mike berhenti. Membuang senjata dan segera menyangga Derek. Kemeja yang hampir hancur itu berubah warna menjadi merah. Darah menggenangi tangan mike yang berusaha menutup luka dengan tangannya.
"Bertahanlah ...." Mike terlihat pucat dan sedikit panik. Derek merasa terhibur oleh wajah yang dilihatnya.
"Oh, tenanglah, Mike. Aku tidak akan mati sekarang." Derek menyeringai.
"Alex!" suara panggilan itu membahana di sekitar rumah.Mike membuka kemeja Derek , merobeknya dan membebat bahu kiri bawah Derek yang tertembak.
"Berbaringlah ...." Mike mendorong Derek kembali ke tanah. Namun Derek menepis tangannya.
"Aku tidak sekarat!"
Alex berjalan cepat sambil mendorong seorang pria berjubah. Melirik terkejut ke arah warna merah darah di dada Derek.
"Mau kau apakan la ...." kata-kata Alex terhenti. Terkesima melihat Derek menembakkan senjata yang tadi Mike buang di dekatnya. Tak berhenti sampai pelurunya habis. Tubuh Jonathan terhempas, tersungkur keatas tanah, tak bernyawa.
"Itulah yang ingin kulakukan pada dua laki laki itu. para pembunuh ayahku!" Derek menatap nanar ke arah Mayat Jack dan Jonathan.
Mike menyangga Derek ke bahunya. Membawa Derek menjauh dari rumah tersebut. Suara ledakan yang terdengar kemudian bersahutan, Asap membubung tinggi ke udara. Mereka membiarkan Alex menyelesaikan semuanya dengan meledakkan tempat itu. Habis hingga rata dengan tanah.
Derek berhenti berjalan. Membuat Mike turut menghentikan langkahnya. Ia berbalik, melihat ke arah rumah yang terbakar, sudah tidak berbentuk, asap hitam membubung. Segerombolan pria berpakaian loreng meninggalkan pesta mereka, mengiringi di belakang Alex dan dua pria paruh baya pengacara mereka yang berhasil mereka bawa keluar. Derek tersenyum dan kembali berjalan, memandang ke arah langit, tempat bayangan seorang gadis tengah tersenyum padanya.