Marline Miller seorang pembunuh bayaran dan ahli peretas hanya sebuah pion yang dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang sangat membenci keluarga Smith.
Demi memanfaatkan dirinya untuk sebuah tujuan, sekelompok orang menghancurkan pernikahan Marline. Serum disuntikan membuat Marline melupakan kejadian itu.
Dia diperintahkan untuk mendekati Michael Smith dan mencuri Virus berbahaya yang sedang Michael kembangkan dan setelah itu dia ditugaskan untuk menghabisi seluruh klan Smith.
Musuh lama berkumpul untuk menghancurkan klan Smith. Dua kubu organisasi berbahaya dari Hongkong dan Jepang ikut terlibat karena mereka mencari orang yang membunuh ketua mereka.
Karena sebuah tugas yang diberikan, membuat Marline membunuh kedua ketua organisasi berbahaya itu. Ketika efek obat yang dia konsumsi habis, Marline mulai mengingat kejadian tragis yang dia alami dan yang membuatnya terpukul adalah, ternyata orang yang dekat dengannya terlibat dalam pembantaian di hari pernikahannya. Sang mantan Agen pun terlibat, membantu mengusut kasus itu untuk mengungkap seorang musuh dalam selimut. Apa mereka berhasil mengungkap siapa saja musuh yang mengincar mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membayar Hutang
Beberapa lembar tisu ditarik oleh Marline untuk membersihkan air yang dia semburkan. Sambil mengelap meja, Marline melihat ke arah Michael seraya pura-pura tersenyum, sedangkan Michael juga membalas senyumannya.
Menyebalkan! Kenapa setiap kali dia keluar tanpa menyamar dia harus bertemu dengan pria itu dan kenapa dia selalu merasa harus lari?
Jika saja tidak ada keperluan dia malas keluar rumah hari ini tapi sekarang, dia harus mencari cara untuk melarikan diri dari Michael.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Michael.
Entah kenapa dia merasa senang melihat reaksi Marline. Padahal Marline tidak perlu takut tapi kenapa gadis itu terlihat gugup?
"Ha-hai," sapa Marline sambil melambaikan tangannya.
"Kau masih ingat denganku, bukan? Penyakitmu yang sulit mengenali wajah orang tidak kambuh, bukan?" senyum Michael semakin lebar.
"Ha ... ha ... ha ..., kau siapa ya?" tanya Marline sambil tertawa canggung.
"Ow, ternyata kau lupa. Perlu aku ingatkan?"
"Ti-tidak!" Marline menyambar tasnya dan hendak lari tapi sayang, langkahnya terhenti karena dicegat oleh James.
"Kenapa kau lari? Apa kau berbuat salah padaku?" tanya Michael.
"Tidak," jawab Marline seraya melangkah mundur karena James mendesaknya.
"Jika begitu duduk sini, kita bicara. Jika kau masih lari maka aku akan memerintahkannya untuk menangkapmu dan menggantungmu di atas kolam buaya agar kau tidak bisa kabur lagi!" ancam Michael.
Marline menelan ludah, apa yang diucapkan oleh Michael serius? Sebaiknya dia tidak lari lagi karena dia merasa Michael akan melakukan apa yang dia ucapkan.
"Baiklah, aku duduk kembali dan jangan tangkap aku," Marline duduk kembali dan berusaha tersenyum.
"Bagus, sekarang katakan padaku kenapa kau selalu lari?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu," jawab Marline. Dia hanya merasa bahaya dan harus lari setiap bertemu dengan Michael jika dia tidak menyamar tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu.
"Oh ya? Waktu pertama kali kita bertemu kau meminta aku bertanggung jawab. Kedua kali kau pura-pura tidak mengenalku dan lari dan sekarang kau juga ingin lari jadi katakan padaku, apa kau telah membuat kesalahan dan kenapa kau meminta aku bertanggung jawab?"
"Oh my God, bisakah pria ini melupakan kejadian yang sudah berlalu?" ucap Marline dalam hati.
"Aku salah orang, sungguh. Karena penyakitku, aku mengira kau mantan pacarku yang merusak laptopku. Aku minta maaf karena telah menuduhmu sembarangan," ucap Marline berdusta.
Semoga saja Michael mau percaya dan tidak mengganggunya karena seharusnya dia yang mengganggu Michael dalam wujud Betty. Sepertinya dia tidak bisa sembarangan keluar lagi tanpa menyamar.
"Oh, apa aku begitu mirip mantan pacarmu?" tanya Michael. Mana mungkin dia percaya dengan kebohongan gadis itu?
"Se-sedikit mirip," jawab Marline dengan cepat.
"Kenapa mantan pacarmu bisa merusak laptopmu?" Michael mencoba memancing.
"kami bertengkar," Marline mulai mengarang cerita.
"Bagaimana dia merusak laptopmu? Apa dia melemparnya hingga rusak?"
"Tidak, bukan," jawab Marline menggeleng.
"Lalu?" Michael tersenyum. Dia sungguh ingin mencari tahu, apa benar gadis itu yang ingin mencuri data miliknya?
"Laptopku rusak terkena air!" jawab Marline.
Michael bangun dari duduknya, dia benar-benar semakin curiga setelah melihat gelagat Marline.
Marline terlihat gugup dan rasanya ingin lari tapi James berdiri di samping kanannya, sedangkan Michael menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
"Sekarang tidak perlu berpura-pura lagi dan katakan padaku, apa kau yang ingin mencuri data milikku?" tanya Michael seraya merangkul bahu Marline.
Marline semakin gugup, sudah ketahuan, bagaimana ini? Sebaiknya dia bersikap tenang agar Michael tidak semakin curiga.
"Data apa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," ucap Marline.
"Tidak perlu berpura-pura lagi, Marline."
Mata Marline melotot, kenapa Michael bisa tahu namanya? Jangan-jangan pria itu mencari tahu tentang dirinya.
"Percayalah padaku, untuk apa aku berpura-pura? Aku saja tidak mengenal namamu jadi buat apa aku mencuri data milikmu?" Marline memandangi Michael dan memasang wajah serius agar Michael tidak curiga.
"Berhentilah berbohong, jika kau mau mengatakan apa tujuanmu maka aku akan melepaskanmu."
"Aku tidak berbohong, sungguh. Percayalah padaku dan ya Tuhan, kenapa kau suka mengintimidasi aku? Aku sungguh tidak melakukan seperti apa yang kau katakan!" Marline menunduk ingin pura-pura menangis tapi dia tidak menyangka Michael menangkap wajahnya dan menekan pipinya hingga mulutnya terlihat aneh.
"Dengar ya," Michael mendekatkan wajah mereka berdua.
"Jika aku menemukan bukti bahwa yang ingin mencuri dataku adalah kau, sebaiknya kau persiapkan dirimu."
Marline mengangguk dengan cepat, dia tidak mau lagi menyusup ke dalam sistem pertahanan yang dibuat Michael karena itu sangat berbahaya.
"Baiklah, hari ini aku akan percaya padamu karena tidak ada bukti. Maaf menyakitimu," ucap Michael seraya melepaskan wajah Marline.
Marline tampak lega, hampir saja ketahuan. Sebaiknya mulai sekarang dia tidak sembarangan bertindak lagi.
"Ji-jika begitu boleh aku pergi?" tanya Marline. Dia sudah tidak tahan berduaan dengan Michael dan awas saja, akan dia balas nanti setelah menjadi Betty.
"Tidak karena kau belum membayar hutang."
"Hah?" mulut Marline menganga. Apa maksudnya?
"Hutang?" Marline melihat Michael, sedangkan Michael mengangguk dan tersenyum.
"Hutang apa?" tanya Marline. Dia sungguh tidak paham apa maksud Michael.
"Seseorang melarikan diri waktu itu tanpa membayar makanannya jadi dengan terpaksa aku harus menerima amarah dari pelayan restoran dan membayarkan makanannya," ucap Michael sedikit berbohong.
Marline menelan ludah, sial. Sepertinya dia dalam masalah lagi dan dia punya firasat tidak bagus.
"Be-berapa uang yang kau keluarkan untuk membayar makananku?" tanya Marline sambil menyingkirkan tangan Michael yang masih berada di atas bahunya.
"Tidak banyak, tapi hari ini aku ingin kau mentraktir aku makan. Kau punya uang bukan untuk membayar makanan nanti?"
"Ten-tentu saja, aku putri orang kaya tentu aku punya uang. Kau boleh makan apapun yang kau mau dan aku yang akan membayar," jawab Marline dengan nada sombong.
"Bagus, aku senang mendengarnya," Michael segera memanggil seorang pelayan. Hari ini dia mau mengerjai Marline karena dia senang melihat wajah kesal Marline.
"Mau pesan apa, Tuan?" tanya seorang pelayan yang menghampiri mereka.
"Bungkus semua menu yang ada di restoran ini," jawab Michael.
"What? Are you kidding?" Marline sangat shock mendengarnya.
"No! Keluargaku banyak. Ibuku, ayahku, nenek, kakek, saudaraku dan kakak ipar juga keluarganya. Mereka harus dapat bagian," jawab Michael sambil tersenyum.
"Apa? Ya Tuhan, apa kau ingin merampok aku?" Marline benar-benar tidak percaya mendengarnya.
"Tidak, Nona. Bukankah kau bilang aku boleh makan apapun yang aku mau? Kau putri orang kaya bukan? Kau pasti mampu membayarnya."
Marline mengumpat dalam hati, seharusnya dia tidak berkata sombong tadi dan sekarang lihatlah, senjata makan tuan.
"Tentu saja," jawab Marline sambil menunduk. Semoga uangnya cukup untuk membayar makanan itu.
"James, apa kau tidak mau?" tanya Michael sengaja.
"Oh no, dia tidak termasuk!" ucap Marline dengan cepat. Jangan sampai dia berakhir di dapur restoran dan menjadi pencuci piring.
Michael hanya terkekeh, dia benar-benar senang mengerjai Marline dan melihat ekspresi wajahnya.
Setelah sekian lama menunggu, makanan yang dipesan oleh Michael dibawa keluar dan diletakkan di atas meja. Marline tampak shock melihat begitu banyak dan sebuah bil tagihan diberikan oleh seorang palayan kepada Michael.
"Kau mampu membayarnya bukan, Nona muda?" Michael memberikan bil itu pada Marline.
Marline kembali shock melihat total tagihan, sial. Dia akan bangkrut. Sebaiknya dia tidak bertemu dengan Michael dengan wajah aslinya lagi karena dia yakin, dia akan benar-benar bangkrut.
"Hei, kau mampu membayarnya atau tidak?" tanya Michael memastikan karena sebenarnya dia yang akan membayar makanan itu.
"Tentu saja aku mampu. Sana pergi, aku tidak punya hutang lagi padamu!" usir Marline sambil mendorong tubuh Michael.
"Kau yakin? Jika tidak aku yang akan membayar," ucap Michael.
"Tidak perlu! Pergi sana, hush!" usir Marline dan sebenarnya dia menangis dalam hati karena uangnya melayang ratusan dolar.
"Ya sudah, terima kasih atas traktirannya. Sampai jumpa lagi," ucap Michael seraya bangun dari duduknya.
Marline benar-benar kesal. Awas saja, akan dia balas. Dia hanya diam saja menahan kekesalan di hati dan melihat James dan beberapa karyawan restoran membawa makanan yang dipesan Michael keluar.
Marline benar-benar kesal dan ketika Michael juga James sudah berada di luar, Marline berteriak menumpahkan kekesalan hatinya sampai para pengunjung restoran melihat kearahnya
"Awas kau Michael Smith! Aku pasti akan membalasmu!" ucap Marline dalam hati dan dia tampak menahan kekesalan di hatinya.
Di luar sana, Michael mengintip dan terkekeh melihat Marline, dia tidak menyangka jika begitu menyenangkan mengerjai Marline.
"Master, bagaimana dengan makanan ini?" tanya James.
"Berikan pada gelandangan yang ada di sana," perintah Michael.
James pergi menjalankan perintah, sedangkan Michael menunggu. Dari dalam Marline berjalan keluar sambil mengomel setelah selesai membayar makanan.
Marline berjalan menuju mobilnya dan mendengus kesal ketika melihat Michael sedang bersandar di badan mobil sportnya untuk menunggu James.
"Ambil laptopmu di kantorku besok jika tidak aku akan menjualnya!" ucap Michael.
"Hm!" Marline mendengus dan membuang wajahnya, sedangkan Michael hanya tersenyum melihatnya.
Marline masuk ke dalam mobilnya, dia akan membalas Michael nanti dalam wujud Betty La Fea.