Menikah dengan pria yang membuat hidupnya bagai di Surga membuat Ayu benar-benar bucin dan berjanji untuk tidak akan menikah lagi jika suaminya meninggal dunia duluan atau sebaliknya ia tidak akan membiarkan suaminya menikah lagi jika ia yang meninggal duluan. Namun apa boleh di kata kebahagiaannya tak berlangsung lama, Ayu meninggal setelah melahirkan putri pertamanya. Seperti Janjinya ia pun menjadi arwah penasaran untuk menjaga suaminya dari godaan wanita lain. Namun siapa sangka bayi mungilnya masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu membuat ia harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan adiknya Hera. Awalnya ia tidak keberatan karena ia tahu benar Hera, pribadinya yang sangat baik bagai malaikat membuatnya mengikhlaskannya hingga ia rela melepaskan suami tercintanya. Namun kehadiran seorang wanita tua di rumahnya membuatnya sadar jika Heralah penyebab kematiannya???, lalu bagaimana kelanjutan hubungan Hera dan suami Ayu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Malam itu Ayu tampak gelisah. Sebagai hantu, ia memang bisa menembus tembok, melayang di udara, bahkan bisa membuat Mbak Yati pingsan hanya dengan senyuman penuh gigi. Tapi ada satu hal yang membuatnya benar-benar takut, Hera. Jika dulu ia rela Adi menikah lagi asal dengan Hera. Tapi sekarang ia justru takut adiknya itu akan merebut suaminya.
Ia tak mau Reina memiliki ibu tiri jahat.
Dulu dia begitu girang saat Hera memutuskan pindah ke rumah Adi.
Wah, ada yang jagain Reina. Ada temen ngobrol juga. Ayu merasa nyaman. Ia bahkan sempat ikut nimbrung diam-diam saat Hera dan Adi mengenang kebersamaan mereka.
Tawa mereka terdengar tulus, penuh nostalgia. Ayu ikut ketawa, meski suaranya cuma berdesis, bikin Adi merinding mendadak.
Tapi makin lama, aura Hera makin bikin bulu kuduk Ayu berdiri. Ada sesuatu yang tak wajar.
Malam itu, Ayu melihat Hera duduk sendirian di ruang tamu. Lampu sengaja dimatikan, hanya diterangi cahaya bulan yang masuk lewat jendela. Hera menempelkan ponselnya ke telinga. Suaranya pelan, tapi jelas penuh rahasia.
“Bagaimana ini Nyai, sudah lima hari tapi belum ada tanda-tanda juga, sepertinya semua mantra Nyai gagal,"
Hening sejenak.
“Ya... bahkan Hanin pun bisa kembali lagi, untung saja aku langsung pakai rencana kedua. Pokoknya aku gak mau tahu, Aku mau Nyai membereskan semuanya malam ini juga,"
Ayu langsung menegang. Hanin? Sahabatku? Apa maksudnya diurus?
Belum sempat Ayu mendekat, Hera tiba-tiba menoleh cepat ke arah jendela. Mata mereka bertemu. Tapi bukannya kaget, Hera malah tersenyum samar. Senyum itu dingin. Sepertinya ia bisa melihat kehadirannya namun ia menyembunyikannya.
Ayu langsung menembus tembok ke dapur. Napasnya, kalau masih punya napas mungkin ia terengah-engah.
"Dia lihat aku, Mustahil, Aku kan hantu, Masa manusia bisa lihat hantu sih. Apa dia Indigo??. Tapi gak ah, tapi tatapannya itu begitu jelas seperti ia melihat ku. Dan senyumannya seperti menertawakan aku??"
"Ah, gak mungkin, apa aku aja yg porno??"
"Emang lo porno, masa gitu aja kaget!" celetuk Mardi tiba-tiba muncul
"Menurut lo gimana Bes??"
"Lo itu ya, ih dasar hantu Beg*!"
"Emang aku beg* dari hidup Bes,"
"Astoge, bener-bener ya, buka baju lo, eh salah buka mata lo!. Hera itu emang bisa lihat kita, makanya gue tuh gak mau menampakkan diri saat ada dia!" seru Mardi
"Lo takut sama dia??"
"Bukan takut Ayu, tapi serem!!"
"Sama aja, dasar sue!"
Keesokan harinya, Hanin datang lagi. Tentu saja kedatangannya membuat Hera semakin kesal.
"Ya ampun Nyai, nyingkirin anak satu aja gak bisa, sepertinya aku harus ganti orang kayaknya," gumam Hera
Ia kemudian tersenyum menyambut kedatangan Hanin.
"Ya ampun Hanin repot-repot datang ke sini, emang lo udah sembuh??" sapa Hera
Hanin menghentikan langkahnya dan terdiam melihat sambutan hangat Hera.
"Kamu bawa apaan tuh?" tanya Hera lagi
"Sob buntut kesukaan Ayu," jawabnya datar
"Ya ampun so sweet banget kamu ya, padahal Ayu udah meninggal kamu masih aja membawakan makanan kesukaannya,"
"Raga ayu memang sudah tidak ada, tapi aku yakin sukmanya masih ada di sini, di rumah ini menjaga suami dan anaknya!"
Seketika Ayu meraung, menangis sesenggukan, membuat Hera langsung menoleh kearahnya.
"Hanin, kenapa kamu bikin aku makin susah meninggalkan dunia ini??"
Hera mengeluarkan sapu tangan dan mengusap matanya yang berkaca-kaca.
"Aku terharu Nin, aku gak nyangka lo bener-bener sahabat sejati Ayu, makasih ya!"
"Btw kamu mau ketemu Mas Adi kan, bentar ya aku panggilkan?" imbuhnya
Hera bergegas masuk ke dalam, tidak lama Adi keluar sambil menggendong Reina.
“Ini buat Adi sama Reina,” ucap Hanin tersenyum.
Tapi baru beberapa menit ngobrol, wajah Hanin tiba-tiba pucat. Ia pegang perutnya, lalu jatuh tersungkur.
“Haninnn!” Adi panik.
Hera yang baru keluar lagi cepat-cepat maju, pura-pura panik juga.
“Aduh, kenapa lagi nih? Cepat bawa ke kamar biar istirahat!” ucapnya
Kali ini Adi sengaja tak membawa Hanin ke rumah sakit. Ia membaringkan Hanin di kamar tamu.
"Sepertinya dia bukan sakit biasa, ada yang berusaha mengganggunya, biar aku telpon Ustadz Aziz!" ucap Adi
Ayu yang menyaksikan semua itu dari pojokan hampir menjerit. Ia melihat jelas, sebelum Hanin jatuh, Hera sempat menyentuh gelas air minumnya. Ada sesuatu di ujung kuku Hera yang samar-samar berkilau. Bubuk putih.
Apa-apaan ini? Hera sengaja nyakitin Hanin?
Malamnya, Ayu tak bisa tidur (meski sebenarnya, hantu kan memang nggak tidur). Ia mondar-mandir di kamar Reina, wajahnya penuh kebingungan. Mardi, hantu gondrong gundul yang setia jadi teman curhat, muncul tiba-tiba dari plafon.
“Lagi manyun kenapa, Yu?” tanyanya sambil menggoyang-goyangkan kakinya di udara.
Ayu menjawab cepat. “Mardi, aku curiga Hera ada maksud jahat. Tadi aku dengar dia telepon seseorang. Terus Hanin tiba-tiba sakit setelah minum dari gelas yang disentuh Hera.”
Mardi menggaruk kepala botaknya. “Hmm bisa jadi. Aku dari dulu nggak percaya sama orang yang alisnya terlalu rapi. Biasanya banyak rahasia.”
Ayu menatapnya datar. “Mardi, ini serius!”
“Ya aku serius! Kau perhatiin deh, biasanya orang jahat itu kelihatan dari alis.” Mardi bersikukuh.
Ayu menggeleng, gemas. Tapi hatinya makin yakin jika Hera bukan malaikat seperti yang ia kira. Ada sesuatu yang lebih gelap di balik senyumnya.
Di kamar, Adi masih sibuk menjaga Hanin yang terbaring lemah. Ia bolak-balik mengompres dahi Hanin dengan handuk basah. Hera masuk dengan membawa teh hangat.
“Ini diminumkan saja,” katanya lembut.
Adi menerima. Tapi Ayu buru-buru menepuk gelas itu hingga tumpah. Tehnya muncrat ke lantai.
“Eh? Kok jatuh?” Adi bingung.
Hera menatap tajam ke udara kosong, tepat ke arah Ayu berdiri. Senyum itu muncul lagi.
“Kadang memang ada hal-hal yang tak terlihat, Adi,” bisiknya pelan.
Ayu merinding. Dia bener-bener bisa lihat aku? Gawat! Kalau gitu, semua permainanku untuk menghalau cewek Adi dari dulu Hera tahu dong?
Sejak malam itu, Ayu makin hati-hati. Ia tetap berusaha melindungi Adi dan Reina, tapi rasa curiga terus menghantui. Hera tak seperti yang terlihat.
Dan di suatu malam, saat Ayu sedang mencoba menembus tembok kamar Hera, ia malah tersangkut setengah badan. Mau maju nggak bisa, mundur pun nyangkut.
“Duh! Kenapa harus nyangkut di bagian pinggang sih. Kalau paha masih oke lah, tapi pinggang?!” gerutunya.
Hera yang sedang duduk di meja rias, perlahan menoleh. “Kau sudah kelewatan, Ayu...”
Ayu membeku. Matanya membelalak. Hera menatapnya lurus. Tak ada lagi topeng kepura-puraan.
mgkin klo udh nemu yg pas dan ccok agak nya ayu akan tenang dan g gentanyangan lagi
apa setiap kali dpt lwt makanan apa ya jd ceoet kena juga itu si adi
rasuki suster itu
dan bilang jauhi dia serta menarik apa yg sudah di kirimkan sm hera wow keren dehh
jgn biarkan dia sng dan jgn birkan dia mengiasi semuanya
lawan ayuu
hera aq juga g iklas klo sam hera deh
ayu lawan hera aq suka itu apa misteri ya knp ayu ttp gntanyangan gtu
moga aja ini lekas terungkap knp ayu masih saja bisa kalyapan sdkn hanin g
adi ceoetan sadar yaaa