Harap bijak memilih bacaan.
Jika cerita ini bertentangan dengan prinsip anda, saya harap jangan membuat keributan! Karena cerita ini hanyalah karangan fiktif semata!
Nesya, anak yang tidak diinginkan oleh sang Daddy, akibat kematian ibunya karena melahirkannya. Hingga membuat Ansell membenci gadis itu. Ansell selalu memberikan penderitaan pada Nesya, tidak pernah sekalipun memberikan kasih sayang pada anak yang sebenarnya bukan anak kandungnya itu.
Namun, ketika Nesya sudah di ambang kematian, Ansell menyadari semua kesalahannya dan berniat menebus perbuatannya.
Bagaimanakah selanjutnya, stay tuned di karya aku... DADDY'S LOVE
FOLLOW MY IG ACCOUNT: Novia_GULTOM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhatan Sahabat
Nesya melajukan mobilnya pada saat hari masih gelap, membelah jalanan yang sudah mulai ramai meski masih pagi-pagi buta begini.
Nesya mampir sebentar di sebuah minimarket yang buka dua puluh empat jam. Membeli sekedar makanan untuk mengisi perutnya yang belum terisi. Setelah itu, Nesya memutuskan untuk menjemput Sisi, teman satu kelasnya yang bisa disebut sebagai sahabat. Ya, hubungan pertemanan mereka cukup baik.
"Sisi..." Tepat sekali, saat Nesya sampai di depan rumahnya, Sisi juga akan berangkat ke sekolah.
Sisi yang melihat sahabatnya tiba-tiba datang mengendarai mobil heran dibuatnya. Sisi menghampiri Nesya, "Tumben bawa mobil?" Sambil masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah Nesya.
"Nggak papa. Lagi pengen aja." Jawab Nesya singkat, lalu mulai melajukan mobilnya.
Sisi yang sangat mengerti sahabatnya itu, tau kalau Nesya sedang banyak pikiran. Terlihat dari raut wajahnya yang tidak bersemangat.
"Nes...Lo lagi ada masalah?" Tanya Sisi lembut.
"Nggak. Gue nggak papa..." Namun wajahnya tidak bisa berbohong.
"Lo bohong Nes. Gue tau lo pasti lagi ada masalah. Cerita dong Nes, gue kan sahabat lo..." Cecar Sisi yang tidak bisa melihat sahabatnya itu bersedih.
Nesya bersyukur, masih memiliki sahabat seperti Sisi yang begitu peduli padanya. Setidaknya di dunia ini, dia masih memiliki tempat untuk berkeluh kesah.
Nesya menghentikan mobilnya di tepi jalanan yang sepi. Lalu menatap lurus ke depan. "Daddy Ansell udah pulang Si..." Jawab gadis itu lirih.
"Apa? Maksud lo Daddy yang tinggal di Jerman?" Sisi terkejut. Pasalnya dia tau bahwa Nesya tidak cukup akrab dengan Daddy-nya.
"Kok bisa?"
Nesya menggeleng. "Nggak tau Si."
"Terus lo udah ketemu? Sikap dia gimana, masih dingin sama lo?" Sisi begitu penasaran.
"Gue belum ketemu. Dari kemarin gue menghindar ke rumah Opa. Gue belum siap ketemu sama dia. Hati gue masih sakit, delapan tahun nggak pernah temuin gue." Hati Nesya kembali sesak mengingat semua sikap Ansell padanya.
Sisi turut merasakan kesedihan Nesya. "Yang sabar ya Nes. Gue ngerti kok perasaan lo gimana." Sambil mengusap punggung Nesya lembut.
"Gue malas tinggal di rumah. Gue mau pindah aja dari sana."
"Kalo lo mau, tinggal di rumah gue aja, Papa Mama bakal ngijinin kok" Sisi memberikan saran.
"Lo kayak nggak tau Kakek gue gimana. Kalo bisa, udah dari dulu gue pindah ke rumah Opa." Sudah beberapa kali Nesya meminta agar tinggal bersama Opa dan Oma, tapi Kakek Hutama tidak mengizinkan.
Padahal untuk apa dia tinggal di rumah besar itu, tapi tetap saja merasa kesepian. Nesya merasa Kakek dan Nenek sama egoisnya dengan Daddy Ansell. Tidak pernah mengerti akan perasaannya.
"Kalo saran gue nih ya, apa nggak lebih baik, lo ketemu sama Daddy Ansell dulu. Siapa tau kan, dia udah berubah?"
"Gue yakin seribu persen, dia nggak akan berubah. Buktinya, seharian gue nggak di rumah, nggak ada tuh dia nyariin gue." Tanpa sadar air matanya mengalir.
Sisi tidak tau lagi harus memberi saran apa. Karena posisi sahabatnya ini terlalu rumit baginya. Sebagai sahabat, Sisi hanya bisa terus memberikan semangat.
"Lo jangan nangis Nes. Gue jadi ikut sedih." Mengusap air mata Nesya. "Gue yakin lo pasti kuat hadapin semua ini. Delapan tahun lo bisa tetap kuat, masa gini aja nggak bisa."
Eh, malah Sisi yang mewek. "Peluk..." Sisi melebarkan tangannya yang disambut pelukan hangat oleh Nesya.
Keduanya berurai air mata, saling memberi kenyamanan.
"Kalo gue jadi elo, gua nggak yakin bisa ngadepin beban itu. Tapi lo, gue salut sama lo Nes. Lo gadis yang kuat." Memeluk erat sang sahabat, berusaha untuk meluruhkan beban hidup Nesya.
"Lo jangan sedih lagi ya Nes. Kalo elo mau, Lo boleh anggap Papa Mama kayak orang tua lo sendiri."
"Iya Sisi sayang. Makasih udah tetap ada buat gue. Kalo nggak ada lo, gue pasti susah jalanin hidup gue ini." Nesya beruntung memiliki sahabat seperti Sisi.
"Udah ah. Kok jadi elo yang mewek sih." Melepas pelukannya. Nesya terkekeh melihat tingkah sahabatnya. Melihat Sisi, Nesya seperti melihat dirinya di masa lalu. Cengeng dan manja.
"Kan gue sedih Nes."
"Iya..."
"Ya ampun kita telat..." Pekik mereka berdua, ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh.
TBC ☘️☘️☘️☘️
JANGAN LUPA LIKE DAN VOTENYA YAAA 😀😀
buat apA nawarin tadi bapaknyaaa
kan dia daddy kamu